[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif]
Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2339 kata
UNDER WATER
Ini adalah bukit ketiga.
Bukan lagi sekumpulan pohon kehijauan yang biasa tersaji, melainkan hamparan pohon maple keoranyean yang memenuhi bukit. Tidak ada warna hijau sejauh mata memandang sebagai gantinya beribu pohon maple meranggas menyapa pucuk kepala dengan rontokan daun oranye dan merah maroon, ciri khas maple itu sendiri. Bukan humus dan paku-pakuan yang tersebar di sekitar tanah, melainkan karpet oranye bercampur maroon dari maple yang dipijaki.
"Ini maple, 'kan?" Hebize mendongak ke atas, di mana daun-daun oranye itu masih bertengger di cabangnya, sesekali ia menyingkirkan daun-daun yang menghalangi pandangan. "Aku tidak tahu guguran maple bisa seindah ini. Bahkan lebih indah dari buku ilustrasi."
Yegi sengaja merentangkan kedua tangannya, sementara kepalanya ikut mendongak ke atas. Ia memasang wajah damai kala daun-daun maple membelai rambut dan pipinya. Yegi lantas berputar-putar layaknya sebuah gasing manusia.
"Perhatikan jalan, Yegi. Walau medan yang kita lalui tidak sesulit tadi tapi tetap saja ada batuan seukuran genggaman tangan tersebar," kata Ruvallo selepas melirik tingkah adiknya itu.
"Apa kalian tidak sadar suhu di sini jauh lebih dingin?!" Jean mengeratkan pelukan pada dirinya sendiri. "Ini jauh lebih dingin dibandingkan bermalam di bukit jauh di belakang kita." Jean semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku merasakannya, Jean, tapi kurasa ini cukup wajar. Hari mulai gelap dan tentu saja suhu turun," kata Macica pura-pura menyangkal.
"Aku tetap tidak setuju, Macica! Tetap saja kulitku peka kalau soal suhu seperti ini." Jean menghembuskan napas dengan keras. "Lihat! Aku bahkan bisa melihat kepulan napasku!"
Macica tersenyum menanggapi, hal itu juga yang ia rasakan sejak pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini.
"Rambut Cokelat benar, Macica," ucap Hebize tepat di belakang Macica. "Dari buku ilegal yang kubaca, ada waktu di mana pohon maple yang semula berwarna hijau biasa berubah menjadi berwarna kemerahan seperti ini ..."
"Saat hampir memasuki musim dingin, bukan?" Macica tertawa kecil menatap ekspresi kaget Hebize. "Sederhananya pohon maple ini tengah mempersiapkan diri untuk hibernasi dengan merontokkan daun-daunnya, semacam mengurangi penguapan. Itu wajar jika Jean merasa kedinginan, ini untuk persiapan musim salju mereka nantinya. Sepertinya khusus untuk bukit ini suhu didesain semirip mungkin untuk pertumbuhan maple, jadi kurasa salju hanya akan turun di sekitaran maple ini dalam waktu dekat, tapi kita tidak mungkin menghentikan perjalanan ini demi menanti salju, bukan?"
Hebize menyenggol Jean tanpa mempedulikan gerutuannya, segera ia menggantikan posisinya di samping Macica. "Kukira kau tidak tahu apa-apa, Macica!"