57. Hancurkan Temboknya

1.6K 408 70
                                    

3817 kata

Dari semua chapter Under Water, inilah chapter paling panjang. Kusarankan dicicil bacanya, jangan lupa istirahatin mata

(ノ◕ヮ◕)ノ*.✧



UNDER WATER

M

ulanya seluruh atensi mengarah kepada kami, sampai akhirnya sebuah anomali tercipta di kejauhan—di mana dinding yang kami tuju nantinya perlahan menguarkan warna sekelam batu obsidian. Tak beberapa lama kemudian dinding mahabesar tersebut merekah, menunjukkan sebuah celah yang cukup untuk dimasuki pasukan hitam-hitam dan pelbagai senjata.

Ruvallo yang semula berhasrat melukai Tuan Murov urung melanjutkan tindakannya, pun aku yang menahan serangannya memilih meratapi apa yang seharusnya dilawan sebentar lagi.

Aku tidak sempat memikirkan apa reaksi Tuan Murov saat dirinya hampir dicelakai sebab ia melangkah ke depan, memunggungi kami semua. Tuan Murov sama sekali tak menoleh ke belakang untuk memberi siraman pidato yang menggugah hati. Ia hanya berdiri, membiarkan tiupan angin peperangan mengepakkan ujung seragamnya yang berkibar pelan sekaligus membasuh seluruh tubuh kita dengan rasa ketegangan ...

... dan rasa keingintahuan akan sesuatu yang berada di luar dinding itu. Sesuatu mengintip dari balik celah dinding yang merekah seolah menunggu kedatangan kami nantinya. Setidaknya sedikit kuketahui ada kumpulan bangunan kotak bervariasi tingginya saling tumpang tindih.

Saat aku hendak melangkah lebih dekat lagi dengan penuh gairah yang menggebu-gebu, celah yang semulanya merekah kembali tertutup rapat—meninggalkan kesan amat sangat berharga bagiku dan yang lainnya.

Akan tetapi, sebelum aku dapat menyentuh apa yang ada di balik sana, sekumpulan pasukan besar bersama alat-alat canggih yang mereka miliki lebih dulu memblokir jalan. Tidak ada celah yang cukup untuk kami terobos selain melawan mereka dengan kedua tangan. Ketika aku masih mengamati apa-apa yang kiranya kami lawan, Ruvallo kontan menjulurkan telunjuk sedikit condong ke arah kanan. "Senjata besar itu ada di sana."

Meriam yang mengambang di atas tanah, ujung senjatanya berbentuk seperti sebuah tabung panjang dan dikendalikan oleh seseorang di belakangnya. Aku menyadari itu adalah senjata yang sama saat kami mengawali pertarungan untuk pertama kali, senjata yang mengeluarkan energi luar biasa dan mampu menghancurkan sebuah bukit besar semudah menjentikkan jari. Kini moncong senjata itu menyorot kepada kami, bagian ujung moncongnya terbentuk sebuah bola cahaya energi yang perlahan semakin membesar dan memandat.

"Tuan Murov, kita harus segera pergi dari sini!" Aku menoleh ke belakang di mana orang-orang tak lagi memasang raut kebahagiaan sebab mereka baru sadar baru saja tiba di jurang kematian.

"Li-one ... aku tak menyangka proyek itu berhasil," racau Tuan Murov tanpa melepaskan pandangan redupnya ke arah senjata besar itu. "Tidak perlu panik, senjata itu memakan waktu yang cukup lama untuk melepaskan satu misil cahaya," lirihnya.

Tanpa kuduga-duga Ruvallo berniat menempeleng kepala Tuan Murov. Beruntung, dengan tangkas tanganku menahan pergelangan tangannya yang telah siap meninju. Kakek Ivan juga turut berinisiatif mengunci pergerakan Ruvallo. Kami bersepakat menggaet setan ini menjauh sebelum Tuan Murov membalikkan badan.

Aku tidak tahu kenapa Ruvallo tiba-tiba mencak seperti ini, yang pasti aku dan Kakek Ivan agak kewalahan membekap mulut dan kedua tangannya yang mencakar-cakar udara. Dalam keadaan baru sadar ia sudah bersikap seperti bukan Ruvallo. Jadi melalui sorotan mata antara aku dan Kakek Ivan, kami menyimpulkan bahwa Ruvallo sedang kerasukan.

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang