21. Lari

2.3K 666 40
                                    

Alam raya turut menyangga pertahanan alami kepunyaannya, melindungi apa yang seharusnya tanpa harus bergerak mengikuti arus ketegangan. Kenyataan alam menutupi keberadaan tiga pasang kaki remaja tak tahu apa-apa selebihnya mereka berjuang entah dengan taktik apa.

Sementara dentuman kedua terdengar mendekat, ketiga remaja tersebut kontan lari menjauhi pusat  bunyi memasuki hutan penuh lembaran dedaunan. Baretan ranting tajam yang mengenai lengan dicampakkan begitu saja, itu jauh lebih baik kenimbang baretan melukai dalam organ vital mereka.

Lari yang utama!

Ketiga remaja itu tahu sang pemegang senjata takkan mengetahui hawa keberadaan saking jauhnya jarak antar keduanya. Semakin mereka bertiga menjauh semakin besar pula jarak antar keduanya.

Seakan situasi tak bisa berkompromi jauh di depan langkah tiga remaja itu pergi terdengar kembali suara dentuman kuat mengisi lobang telinga masing-masing.

Semakin ditilik mereka akhirnya mengerti sang pemburu berhasil mengepung hanya berbekal seekor rusa sebagai umpan.

Jean memerintahkan dua gadis di samping kanan dan kirinya menghentikan pelarian lalu segera Jean memanjat pohon secepat kilat mengawasi dari atas.

Beberapa orang yang diduga pria mengenakan setelan hijau tua serta penutup kepala melingkar tengah siaga mengacungkan senjata ke arah di mana Jean dan dua gadis ini berada. Jean menyipitkan mata karena masing-masing dari mereka mengenakan sesuatu di mata mereka.

"Apa yang kaudapatkan?!" tanya Hebize.

"Sesuatu menutupi salah satu mata mereka!" Jean lompat dari atas pohon. "Itu satu-satunya yang menarik perhatianku."

"Apakah berkat benda itu mereka bisa mendeteksi kita?" terka Macica.

Hebize dan Jean saling berpandangan lalu mengangguk serempak.

"Kemungkinan kita akan tertangkap atau mati sebentar lagi. Maka dari itu sebelum terjadi kita serang salah satu dari mereka ini ... incar yang paling jauh dari kawannya," tegas Hebize.

Jean memeriksa benda yang ada di balik punggung, sebuah belati sebagai senjata membuat Jean berdecak pelan dan menghela napas panjang.

Hebize melepas sarung belati yang tersimpan di balik jubahnya dan menunjukkannya pada Jean. "Dua belati cukup untuk membunuh salah satu dari mereka."

"Tidak ... tiga belati lebih efektif"

Seketika Jean dan Hebize menatap Macica.

UNDER WATER

"Lapor! Pasukan pengintai menemukan target untuk kita serang. Dari arah jam dua jarak seratus meter dari target. Sniper siap menembak menunggu perintah, ganti," ucap seorang eksekutor sigap lewat earpiece yang terhubung.

Oke ... izin diterima bersiap menembak

Selepas melapor sebuah belati melesat hampir mengenai wajah eksekutor. Ia mengumpat dan berlindung di balik pohon. Tepat di depannya seorang gadis surai hitam berlari menuju ke arahnya terang-terangan. Sang eksekutor bersiap melepaskan tembakan berhasil dihentikan oleh serangan kejutan.

Hantaman kuat dari kaki remaja di sampingnya hampir meremukkan wajahnya bila tak menghindar. Jean kembali melayangkan belati di dada yang berhasil ditahan oleh senjata laras panjangnya.

Si eksekutor melayangkan tendangan namun berhasil ditahan oleh lengan Jean. Jean berdecih, si eksekutor menyeringai dan memanfaatkan momentum mengarahkan shotgun ke arah Jean.

Kembali sebuah belati dari Hebize memelesat kuat menggores bagian belakang kepala si eksekutor.

"Terima ini!"

Jean menancapkan serangan di bagian dada si eksekutor begitu dalam lalu merobeknya kuat memancarkan darah yang mengenai Jean.

"Dia sudah mati?"

Jean memastikan saksama lalu mengangguk kuat.

"Jean ... kaumengerikan," komentar Macica.

"Justru lebih mengerikan mereka yang mempermainkan hajat hidup kita semua," tandas Jean lantas menggerayahi mayat baru. Dia menelisik benda-benda aneh yang tergolek di samping lengan kakunya. Tanpa pikir panjang Jean meletakkan senjata tersebut di samping pundaknya. Ia juga mengambil benda permukaan lingkaran yang membingkai sebelah mata yang membeliak lebar.

"Mungkinkah ini alatnya?" tanya Hebize memerengut heran melihat benda sama sekali asing. Gadis itu tanpa ijin memindahkan posisinya dari tangan Jean dan segera mengenakan. Jean ganti memerengut sebal melihat tingkah spontan Hebize.

"Wow! Ini keren!"

Jean dan Macica saling pandang melihat tatapan berbinar Hebize dengan mulut melengkung O besar. Gadis itu berjalan sesuka hati diekori dua kawan lainnya yang mengira Hebize sedikit terobsesi, lihat saja kepala Hebize geleng-geleng liar ke segala arah mata angin tak lupa bergumam tak jelas. Lengkaplah sudah ketidakwarasannya.

"Sensor pendeteksi panas! Pantas saja mereka bisa mendeteksi kita walau jarak terpaut jauh," jelas Hebize menghela napas seraya memberikan alat tersebut pada Jean yang terlihat memboyong banyak barang yang tersampir di sisi kanan dan kiri paha Jean dan tersampir di belakang punggung pemuda itu.

Jean segera memasangkan alat berwarna hitam penutup sisi salah satu mata tersebut dan menyelipkannya di ketiak telinga sebelum melingkar di sekeliling belakang telinga kirinya. Jean sedikit asing dengan yang terjadi di salah satu matanya. Hal tersebut nampak aneh karena sisi kiri matanya berfungsi normal namun sisi kanan matanya memancarkan cahaya abstrak dominan kuning, hijau, dan kemerahan.

Di alat pendeteksi itu ada sesuatu bergerak mendekat ke posisi Jean di kejauhan dua kilometer. Bagaimana Jean bisa tahu? Status di samping layar tersebut menampilkan info beserta titik koordinat.

"Sial! Sementara kita diserang, Ruvallo dan Yegi bisa saja kesulitan di sana. Oi kau rambut cokelat! Apa benda itu bisa memperlebar jangkauannya?"

"Aku baru saja memakai ini beberapa menit yang lalu. Ngomong-ngomong bisakah kau memanggilku Jean, gadis pirang?!"

Suara nyalak senjata kembali beradu tumpah ruah ke alam memekakan telinga. Spontan tiga remaja itu merunduk dan menutup telinga. Para binatang liar dari yang terbang sampai melata memilih diam di balik persembunyian menunggu kondisi aman. Sementara tiga remaja terlalu besar untuk bersembunyi di lubang ular agar tak terdeteksi.

Hebize menyenggol kasar Jean yang memakan banyak tempat di sela-sela dedauan. Hebize menunjuk kaku ke arah alat yang dikenakan Jean namun hanya dibalas gelengan kuat.

"Seorang pemburu bergerak menjauhi kita. Dia mengarah ke barat ... di sana ada dua orang, " gumam Jean menjelaskan. "Dan dua sisanya mendekati kita sebentar lagi"

Hebize menepuk jidatnya kuat. Hal yang tidak diinginkan terjadi juga.

Mereka bertiga saling pandang dan mengangguk mantab.

"Bunuh sisanya!"

UNDER WATER

.

915 kata
Minggu, 29 September 2019

UNDER WATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang