Tuan Krosktan berlutut menyejajari Macica kecil lalu menggenggam kedua tangan mungil anaknya, tak lupa melemparkan tatapan teduh teruntuk bocah bersurai kelam itu.
"Berlarilah selagi kaubisa. Ikuti arus selagi kau mampu. Membaur sebaik mungkin."
Macica memiringkan kepalanya sambil berkedip manis di depan Ayahnya "Ayah ini bicara apa? Macica tidak paham," rengek manja Macica.
Tuan Krosktan tertawa renyah, melayangkan kecupan manis pada kening Macica sebagai balasan. Tuan Krosktan kemudian berdiri tegap dan beralih mengecup kening Lyra sebelum langkahnya meninggalkan mereka berdua, menuju ke dermaga dan berlayar di perairan belantara.
UNDER WATER
Macica tertatih-tatih menyejajari langkah besar Tuan Murov dan Tuan Simon, kedua kaki telanjang Macica sampai lecet terkena goresan kayu dari tangga lilit bertekstur kasar. Sedangkan kedua tangan Macica terikat erat di masing-masing pergelangan tangan, ruam merah mulai tampak di sekitaran tangan pucatnya.
Macica merasakan pasokan air di dadanya berkurang lebih cepat dari yang seharusnya, bahkan air yang melumuri seluruh anggota tubuh Macica mulai kering di beberapa bagian. Ia terlalu lama berada di daratan dan itu tidak baik.
Sedikit langkah lagi Macica akan memasuki wilayah penduduk Azera sektor bawah, dengan keadaan yang seperti ini kemungkinan buruk yang ada di pikiran Macica mulai silih berganti memenuhi ruang imajinasi Macica.
Bagian terburuknya ketika jauh di atas Macica terdapat sekumpulan besar penduduk yang berdiri di sekitaran tambang melempar tatapan sangar ke arahnya.
Tuan Murov dan Tuan Simon yang menyadari gerak-gerik Macica memilih berhenti sejenak dan menatap kedua mata Macica lekat-lekat.
"Sekarang kau bernapas dengan air, bukan?" Tuan botak Simon memastikan.
Macica hanya melemparkan tatapan tajam pada kedua pria paruh baya itu yang malah terlihat mengenaskan karena wajah Macica terlihat pucat dengan ringkikan napas di setiap tarikan napasnya.
Perlahan namun pasti Tuan Murov menggerayahi pucuk kepala Macica walau sempat menerima penolakan keras dari gadis bermanik hijau seraya Tuan Murov berkata, "Dengarkan aku, Nak."
Sejenak Macica terikat pada keheningan, seluruh atensi tertuju pada Tuan Murov hingga Macica lupa pada keadaan terburuknya karena saat ini penuturan Tuan Murov mampu membuat mata hijau Macica membeliak kaget dengan mulut ternganga.
UNDER WATER
Sebuah bogeman mentah melayang kuat di pipi mulus Jean, membuat pemuda manis itu jatuh tersungkur dengan hidung mengeluarkan tinta kemerahan. Sungguh kuat kepalan dari pemuda air itu, mampu membuat Jean mengerang kesakitan.
Belum puas membogem pipi kiri Jean, pemuda bermanik biru itu menindih Jean dan kembali melayangkan kepalan di sisi kanan wajah Jean, tak memberi Jean kesempatan untuk menjelaskan sekalipun. Hampir tak ada ruang bagi Jean untuk mengutarakan pendapat.
Di sini Yegi mulai berperan sebagai penengah, solusi yang melintas di kepalanya ialah langsung menampar pipi Ruvallo. Alih-alih membuat sadar diri malah membuat pemuda manik biru menatap tajam Yegi.
Betapa pintarnya Yegi, keahlian terpendam dia menguar di saat yang sangat tepat, memperkeruh suasana dengan pilihan terburuk. Menampar Ruvallo bukan hanya sebagai tindakan kurangajar, tetapi juga menampah suhu kemarahan Ruvallo.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasy[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...