Liana merambati tubuh kanopi dan akasia saling melilit indah dengan sesekali menyenggol lawan mainnya agar melilit di batang muda saja.
Embun turut serta memeriahkan pagi. Bertebaran rata ke segala daun kehijauan sebagai sambutan pagi untuk memulai hari. Dingin yang dikandungnya melumuri pohon cemara dan liana sebelum berkumpul di ujung lancip tiap lekukan dan menjadi saripati air murni sebelum jatuh tercerai di atas permukaan humus.
Burung bermoncong lancing sampai bengkok dari ras masing- masing mulai menjelajahi hutan tanpa ujung mencari apa yang dibutuhkan: makanan. Buah atau sekadar biji-bijian untuk mengisi lambung sebelum diambil binatang jenis lainnya. Saling mendahului jika tak ingin kelaparan saat mimpi membuai diri.
Cahaya kekuningan yang dibiaskan dari atas langit menyoroti semua di bawahnya. Menyudahi acara bermalas-malasan bagi para primata agar segera mencari kegiatan yang lebih berfaedah: mencari makan.
Burung-burung saling bersautan menjajakan keindahan pita suara yang dimiliki. Mengusik pendengaran kakak beradik yang saling bersandar menunduk khikmad sambil bersidekap menghangatkan diri dari dinginnya hutan. Mulut mereka berlomba menghembuskan uap air paling pekat di sela-sela nikmatnya mengistirahatkan diri.
Hidung mereka kembang-kempis kemerahan seperti buah tomat. Tapi entah apa yang menjadi keajaiban, dingin kesulitan menggoda kakak beradik ini agar terjaga menemani.
Tapi apa mau dikata, tubuh mereka bukan lagi seperti manusia air yang akan sakit bila tidak istirahat. Tubuh mereka butuh berehat sejenak mengoptimalkan badan.
Maka bila sekali saja mereka berdua berehat walau sempat sepakat menjaga keamanan, toh pada akhirnya mereka digelayuti benda berat pada kelopak mata masing-masing.
Alhasil saat ketiga kawannya pergi, barulah Ruvallo dan Yegi sadar kalau mereka saling bersandar menghangatkan badan di bawah pohon kanopi ditemani jejak api di arang kayu. Ucapkan terima kasih pada cahaya mentari karena sudah membangunkan mereka berdua.
Yegi mengecap pelan dengan sesekali menggaruk pantat, sedangkan Ruvallo memijat kepala pelan yang terasa berat dan mata yang masih belum berfungsi sepenuhnya.
Yegi yang baru saja melenturkan sendi hendak menangkupkan diri dan bersiap tidur lagi namun segera Ruvallo menyepak pantat adiknya hingga terjengkang.
Yegi mendesis, Ruvallo memincing. Sebelum Ruvallo menjelaskan, Yegi buru-buru berdiri melihat sekeliling tanpa tiga kawannya.
“Mereka pasti kembali, ‘kan?” terka Yegi berusaha meyakinkan diri.
“Ayo kita cari”
Karena tubuh mereka masih dibuai mimpi, mereka jadi nampak kehilangan rotasi. Berjalan zig-zag dengan sesekali terantuk pepohonan dan batu berlumut. Yegi menggerutu, apa karena efek tidur semalaman bisa membuat mereka yang baru saja menjadi manusia darat mengalami hal ini, sedangkan semua kawannya mengenakan serum yang sama—serum hijau.
“Ini diskriminasi! Tak kusangka serum yang tidak bernyawa pilih kasih dengan kita ini, Kak!” Yegi menyepak kerikil yang kakinya malah berbelok menyepak batu. Yegi berteriak kencang sambil menggosok cepat jemari kakinya yang berkedut di balik boots.
“Kita sedang menyesuaikan diri, Yegi!”
Yegi berdecih dan melangkah cepat mendahului kakaknya tanpa memalingkan wajah ke belakang. Langkahnya cukup stabil dibandingkan tadi—sempoyongan tak keruan.
Demi apapun, Yegi ingin sekali saja menjitak tempurung kepala kakaknya itu. Sekali saja Yegi berlagak senior di hadapan kakaknya sambil menggerutu gelagat kecil kakaknya. Jika tak sempat, setidaknya Yegi bisa menjewer pelan Ruvallo dia sudah sangat senang.
![](https://img.wattpad.com/cover/187823792-288-k540572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER WATER
Fantasía[Pemenang Wattys 2021 Kategori Fantasi dan Dunia Paling Atraktif] Ketika dunia telah lenyap bersama sejarah jauh tertimbun berselimutkan perairan tanpa ujung, maka pohon Azera memberi secerca harapan untuk bertahan. Manusia yang tersisa mulai memban...