"Waktu tidak akan berhenti. Tinggal kamu yang memilih, mau tetap ditempat atau lanjutkan dengan semangat"
~Sania Putri Maheswara
****
Masih gelap dan sunyi menemani seorang gadis yang sudah bersiap ingin segera bercerita dengan sang penciptanya. Dengan senang hati dia mengambil air wudhu dan segera mengenakan mukenanya walaupun hari dingin tak pernah membuatnya merasa malas dengan kegiatan disetiap sepertiga malamnya itu.
Gadis itu dengan tenang dan ikhlas menjalankan ibadahnya, dengan hati tenangnya memohon ampun dan memohon apapun yang diinginkannya.
Gadis itu bernama Sania Putri Maheswara, gadis dengan keceriaannya, gadis yang selalu menurut akan kata orang tuanya. Anak tunggal yang penuh dengan kasih sayang orang tuanya. Gadis itu terus berkutat dengan ibadahnya dengan seluruh doa yang dipanjatkan agar semua keinginannya bisa tercapai.
"Ya Allah ya Robb, hamba mohon ampunilah dosa dan kesalahan hamba serta kedua orang tua hamba. Maafkan hamba jika hamba selama ini masih melanggar semua larangan Engkau ya Robb. Hamba mohon jagalah hati hamba untuk jodoh hamba yang telah Engkau tuliskan di Lauhul MahfudzMu ya Robb. Aamiin.
Setelah selesai berdoa dan memohon apapun kepada sang penciptanya, Sania meneruskan dengan berdzikir dan bertadarus sembari menunggu solat subuh yang sebentar lagi sudah masuk waktunya. Pikir Sania dari pada harus tidur nanti telat bangun subuh nya.
Waktu adzan subuh berkumandang, Sania bergegas mengambil air wudhu agar lebih segar dan lebih semangat menjalankan solat subuh nya nanti, namun ketika ingin mengambil air wudhu dikamar mandi kamarnya ada yang mengetuk pintu kamarnya seperti suara membangunkan Sania dari tidurnya.
Tok...tok...tok...
"Sania kamu sudah bangun nak" ibu Iza, ibunya Sania yang setiap pagi memanggil anak gadisnya untuk ikut serta solat berjamaah di mushola milik keluarga yang memang disediakan dirumah mereka.
Pintu terbuka dan menampakkan wajah ayu sang ibu yang sudah tersenyum menatap sang putri "Sudah bu, Sania mau wudhu dulu" pamit Sania.
"Ya sudah ibu sama ayah tunggu di mushola ya nak" Sania mengangguk akan penuturan sang ibu dan berbalik lekas menuju ke kamar mandi di dalam kamarnya
"Baik bu"
Setelah solat subuh keluarga kecil Maheswara melanjutkan aktifitas mereka masing-masing.
Seperti Sania saat ini yang sedang mandi dan bersiap siap pergi ke sekolahnya di daerah kota, Sania duduk pada bangku SMA kelas XII disalah satu daerah di Wonosobo. Ayah Sania bernama Ilham Maheswara memiliki usaha Garmen yang terkenal didaerahnya dan juga sudah punya cabang dimana-mana. Sedangkan ibu Sania atau Ibu Iza Astuti seorang ibu rumah tangga yang memiliki usaha toko kue di kota mereka.
"Assalamu'alaikum, ayah, ibu" Sapa Sania yang menghampiri kedua orang tuanya di meja makan, rupanya sudah ditunggu.
"Wa'alaikum salam sayang" kompak kedua orang tua Sania menjawab secara bersamaan.
"Wah ayah sama ibu kompak ya hihi" sindir Sania dengan cengiran khasnya.
"Kamu ada-ada aja sayang, sudah makan dulu habis ini berangkat sekolah nanti telat lho" titah Ayah Sania
"Nggeh yah siap" jawab Sania dengan gerakan hormat.
"Ya sudah nduk makan dulu ini" sanggah ibu Iza dengan menyodorkan sarapan pada anak sematawayangnya.
"Makasih bu" ucap Sania dan diangguki ibunya.
Suasana sarapan sangat nikmat hingga hanya ada dentingan sendok dan piring yang terdengar, mereka memang membudayakan jika makan jangan berbicara agar tidak tersedak nantinya. Dan berjalanlah sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Teen FictionCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...