42

10.6K 406 0
                                    

"Jangan kotori hatimu hanya karena nafsu"

****

Rasyid

"Astagfirullah. Assalamualaikum" spontan aku istigfar dan mengucap salam. Karena kaget ada wanita menangis dengan membenamkan wajahnya diantara dua kakinya.

Ia yang melihat dan spontan beristigfar dan salam hanya memandang dan kembali membenamkan wajahnya. Aku masih mendengar tangisnya meski hanya tinggal isakan aku yakin dia masih menangis.

"Kamu Mirna kan" aku berusaha bertanya. Sepertinya wajahnya tidak asing. Jelaslah dia wanita yang waktu itu aku temui ditaman ini juga.

"Iya" jawabnya singkat sepertinya dia sedang tidak baik baik saja. Pikirku.

"Maaf jika saya menganggu permisi. Assalamualaikum" aku berpikir daripada menganggu ketenangannya ya lebih baik pergi lagipula suasananya tidak mengenakan melihat dia menangis hatiku seperti ah entahlah.

"Tunggu" aku menaikkan sebelah alisku. Kuurungkan langkahku. Dia mencegahku. Ada apa? Batinku.

"Ada yang bisa saya bantu" tanyaku, dia mengangguk. Sepertinya suasana hatinya sudah tidak seperti tadi. Ya sudahlah aku ikuti saja.

"Aku ingin bertanya denganmu apa tidak merepotkan" tanya Mirna padaku. Aku hanya mengangguk saja, sebenarnya aku bingung apa yang terjadi padanya hingga terlihat berantakan seperti ini.

"Tanyakan saja" jawabku singkat.

"Maaf apa kamu pernah jatuh cinta" untuk apa Mirna bertanya seperti itu? Entahlah.

"Pernah, memangnya kenapa" tanyaku lagi

"Apa cintamu terbalaskan" aku menggeleng sebagai jawaban. Aku melihat wajahnya terlihat bingung dengan jawabanku.

"Apa kamu tidak berjuang mendapatkan cintamu" sebenarnya apa yang sedang dialami Mirna, kenapa dia bertanya soal cinta seperti ini? Apa dia baru saja tersakiti oleh cinta. Jujur pikiranku kemana mana

"Apa kamu sedang jatuh cinta" bukan aku menjawab pertanyaannya, namun justru bertanya pada Mirna. Jawaban Mirna mengangguk, berhubung aku bingung jadi aku lanjutkan saja bertanya.

"Tapi kenapa kamu menangis" tanya ku lagi.

"Emm..cintaku tidak terbalaskan. Yang aku cinta sudah mengkhitbah wanita lain" jaawabnya parau, air matanya kembali menetes membasahi pipinya. Ada rasa bersalah yang bersarang dihatiku. Karena ulahku dia kembali menangis.

"Maaf kalau saya salah bertanya padamu" kataku yang meminta maaf pada Mirna.

"Saya juga sepertimu cinta saya tidak terbalaskan, bahkan sama wanita yang saya cintai sudah menerima pinangan laki laki lain" jujurku. Karena aku tahu Sania memang sudah dijodohkan dan sudah menerima perjodohan itu.

"Tapi kenapa kamu biasa saja" aku menautkan alis, sebab aku tidak paham dengan pertanyaannya.

"Maksudmu bagaimana" aku kembali bertanya.

"Maksudku kenapa kamu terlihat tidak sedih sepertiku" katanya dengan menunduk.

"Karena cinta tidak harus memiliki. Cinta itu mengikhlaskan dia yang kita cintai bahagia. Jika yang kamu pikirkan hanyalah memiliki dan mendapatkannya itu artinya bukan cinta yang kamu rasakan melainkan nafsu dan sebuah obsesi belaka" tampak Mirna menoleh kearahku. Air matanya kembali membasahi pipinya. Kenapa lagi?

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang