Assalamu'alaikum
Jangan lupa klik bintang pojok kiri bawahnya dulu
Semoga suka sama part ini yaa
Happy Reading❤️
🍂🍂🍂
"Entahlah, manusia hanya bisa iri tanpa mau menyadari betapa banyak nikmat yang sudah diberi"
****
Mia tersenyum miris, ternyata pertanyaannya hanya terasa sebagai angin lalu saja.
"Hah! Jawab saja mas"
"Saya hanya menganggapmu sebagai..." Belum sempat gus Aji menyelesaikan ucapannya ia sudah dipanggil Sania.
"Abi..." Sania berdiri tidak terlalu jauh hingga suaranya bisa terdengar oleh gus Aji maupun Mia.
"Umi sudah datang?" entahlah sejak kapan panggilan itu jadi panggilan utama Sania.
Sania menghampiri gus Aji, meski ada raut kekesalan pada dirinya. Namun meskipun begitu, prinsipnya adalah jangan sampai orang lain tahu masalah rumah tangganya apalagi tahu jika dirinya sedang tidak baik-baik saja dengan suaminya.
Menurut Sania itu semua aib bagi rumah tangganya, jadi sebisa mungkin Sania akan diam. Meski akan banyak pertanyaan yang muncul dihatinya. Toh bisa ditanyakan ketika sedang bersama bukan?
"Sudah bi" seperti biasa, Sania mencium punggung tangan gus Aji sebagai rasa hormatnya.
Bagaimana dengan Mia? Ia berdiri mematung, bisa-bisanya pasangan ini bermesraan di depannya yang sudah jelas pasti cemburu.
"Ndak tahu diri" kesal Mia.
"Maksud kamu apa, Mia?" Nada gus Aji naik satu oktaf. Beruntungnya mereka jam kampus sudah banyak yang selesai jadilah tidak banyak mahasiswa yang berlalu lalang di sekitar mereka.
"Kamu sudah merebut mas Aji dari aku" Mia menunjuk Sania dengan suara yang bergetar menandakan ia akan menangis dan menahan emosi.
"Maaf mbak, saya merebut bagaimana ya?" Sania berbicara dengan Mia setenang mungkin. Dalam hatinya ia sudah beristigfar berkali-kali agar tidak terpancing emosinya.
Sedang gus Aji sudah mengepalkan kedua tangannya. Tidak habis pikir, hanya karena cinta yang tidak terbalas membuat seorang sahabat lupa akan semuanya. Astagfirullah.
"Kan memang dasar ndak tahu diri. Kamu datang hanya merusak kebahagiaanku dengan mas Aji. Harusnya aku yang menikah dengannya, bukan kamu anak kecil sok berani"
Ucapan Mia yang menohok hatinya menimbulkan banyak sekali pertanyaan dalam hati Sania. Benarkah dirinya tidak pantas bersanding dengan seorang gus Aji? Apa dirinya memang tidak tahu diri? Atau memang sifat dan sikap kekanak-kanakkannya membuat gus Aji sengsara? Entahlah. Semua pertanyaan hanya membuat kepala Sania pusing saja.
"Cukup Mia" bentak gus Aji.
"Kenapa mas? Kenapa, hah?" Tanya Mia sinis.
"Saya kecewa sama kamu, permisi. Assalamu'alaikum"
Hanya itulah kata yang keluar dari mulut gus Aji. Tanpa berpikir panjang ia langsung membawa Sania pergi dari depan Mia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Teen FictionCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...