75

12.7K 500 30
                                    

Assalamu'alaikum

Saya update lagi hehe

Ada yang nunggu? Atau palah bosen?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, klik bintang pojok kiri bawah hehe

Komentarnya dipart ini, ditunggu ih

Happy Reading❤️

🌼🌼🌼

"Jangan katakan sabar juga ada batasnya. Jika kamu paham seberapa kuat kamu harus bersabar, kamu tidak akan pernah mengatakan kata-kata itu"

****

Tiga bulan sudah berlalu, itu artinya usia kandungan Sania memasuki usia ke empat.

Itu bukan perkara mudah untuk Sania apalagi gus Aji yang harus selalu siaga. Begitu berat menjalani sebuah kehidupan rumah tangga, jika tidak disediakan stok sabar yang amat sangat luar biasa, bisa-bisa pasangan ini menyerah sebelum berperang.

Cobaan mereka selalu di lalui bersama. Memang benar menyatukan dua pemikiran itu sangat sulit, terlebih perbedaan selalu menciptakan ego pada diri masing-masing.

Lelah? Pasti. Tapi bukan Sania dan gus Aji bila tidak bisa menyelesaikan dengan kepala dingin.

Pernah ada satu kejadian yang membuat kandungan Sania hampir celaka ketika bu Mia tiba-tiba saja menjegal kaki Sania ketika sedang berjalan di dekat bu Mia.

Untunglah pertolongan dan lindungan Allah selalu membersamai Sania. Tidak ada yang luka ataupun jatuh sampai mencium lantai, kenapa?

Beruntungnya Sania ketika di depannya ada ning Ela yang berdiri dan menopang lengan Sania.

Sempat terjadi ketegangan ketika ning Ela sudah khawatir membuatnya menjadi sangat ingin marah pada bu Mia. Ning Ela tahu kejadian detailnya, tapi apalah daya jika kakak iparnya ini memilih memaafkan daripada memperpanjang masalah.

"Lihat saja ning mau bilang mas Aji" kesal ning Ela.

"Sudah ndak papa ning, lagipula mbak kan baik-baik saja" Sania tersenyum setelah mengatakan hal tersebut.

Jadilah ning Ela urung untuk mengatakan semua perbuatan bu Mia pada sang kakak.

*****

Gus Aji memang sudah kembali mengajar dikampus lagi sedang Sania memilih mematuhi keinginan gus Aji untuk tidak meneruskan kuliahnya karena kondisi kandungannya.

Terlebih gus Aji tidak bisa selalu mengawasi kegiatan Sania ketika Sania berada di kampus.

Terdengar begitu over memang, tapi mau bagaimana lagi, gus Aji tidak mau hal yang tidak di inginkan terjadi.

"Abi nanti pulang jam berapa?" Tanya Sania disela membenarkan kerah baju gus Aji.

"Memangnya kenapa sayang?" Bukan menjawab justru gus Aji bertanya pada Sania.

"Ya kalau pulang sore nanti Sania bawain bekal" jujur Sania.

"Emm..."

Gus Aji tampak berpikir dengan telunjuknya ia tempelkan di dagunya sendiri dengan sesekali ia ketuk.

"Ish lama.." kesal Sania.

Gus Aji terkekeh dan mencubit pipi Sania yang masih berdiri di depan gus Aji meski sudah selesai merapikan baju gus Aji.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang