25(Revisi)

12.8K 448 3
                                    

"Bahagia bisa menjadi putri kecil Maheswara. Meskipun sudah dewasa tetap saja dimata kalian aku tetap bayi yang selalu merengek minta asi"

Sania Putri Mahrswara

*****

Dingin yang menyeruak memaksakan seorang gadis untuk terbangun karena waktu yang mustajab untuk berdoa.

Tepat pukul 02.30 Sania sudah terbangun walaupun bulan ini cuaca ekstrim sering terjadi di Wonosobo kota terkadang sampai suhu 13° derajat namun tidak melunturkan semangat seorang Sania yang akan bercerita dengan sang penciptanya. Memperpanjang sujudnya untuk sebuah keinginan dan doa yang selalu ia panjatkan.

Sania sudah bersiap dengan mukna yang melekat ditubuhnya. Ia niatkan untuk shalat tahajjud dan hajat. Jujur Sania ingin melanjutkan berkuliah meskipun harus dipesantren ataupun menikah.

Sania masih ingin mencapai cita-citanya menjadi seorang guru. Bukankah itu cita-cita yang mulia? Mengabdi pada negara dengan memberikan dan menyalurkan ilmu.

'Allahu Akbar'

Sania memulai shalat tahajjudnya dengan khusyuk, ia serahkan semua kepada Allah. Dua rakaat telah usai dilaksanakan, dilanjutkan dengan shalat hajat agar semua yang Sania harapkan dapat segera Allah kabulkan.

Selepas shalat dan berdzikir serta membaca Al Quran Sania berniat untuk packing karena tadi malam setelah berbincang dengan ayah dan ibunya Sania langsung tertidur. Lelah seharian membantu ibunya berjualan ditoko kue milik ibunya.

Sania menyiapkan pakaian selama tiga bulan, kurang lebih satu koper kecil dan satu tas ransel kecil untuk tempat dompet dan perlengkapan pribadinya.

Sania bukan tipe wanita yang riweh jika berpakaian, ia termasuk wanita yang simpel dan tidak terlalu fanatik dengan fashion masa kini. Ia lebih nyaman dengan gamis dan jilbab syar'inya.

Menjelang subuh Sania sudah selesai packing. Sania memutuskan untuk mengambil wudhu kembali dan langsung pergi ke mushola didalam rumahnya agar ia tidak terlalu lama ditunggu oleh ayah dan ibunya.

"Assalamu'alaikum nak kamu sudah bangun?" bu Iza bertanya saat akan memasuki mushola dan melihat putrinya yang sudah selesai shalat sunah khabliyah subuh.

"Wa'alaikum salam, sudah bu hehe kan Sania ndak mau dibangunin ibu lagi kasihan ibu jika harus naik turun tangga hanya untuk membangunkan Sania" ujar Sania dengan terkekeh karena malu seringnya ia dibangunkan oleh ibunya untuk sekedar shalat subuh.

"Alhamdulillah, ibu ndak papa nak" senyum bu Iza yang menancarkan ketulusan membuat teduh hati Sania, sangat menenangkan. Ini salah satu senyum yang akan dirindukan oleh Sania nantinya.

"Bu, Sania sudah siap ayo kita shalat subuh dulu baru lanjutkan lagi ngobrolnya nanti" ujar Ayah yang baru saja datang setelah mengambil air wudhu.

Keluarga Maheswara melaksanakan shalat subuh dengan khusuk, selepas shalat pak Ilham berdoa dan diaamiinkan oleh Sania dan ibunya.

****

Sania

Seperti biasa setelah shalat subuh berjamaah aku pergi menuju dapur untuk membantu ibu memasak sarapan pagi.

Pagi ini berbeda karena ayah dan ibu tidak pergi bekerja. Aku membuat nasi goreng bersama ibu dan menyiapkannya dimeja makan.

Sedangkan ayah masih sibuk dengan acara televisinya yang masih menayangkan tentang berita di Indonesia.

Setelah sarapan siap tersedia dimeja makan, ibu segera memanggil ayah untuk ritual sarapan bersama. Hal yang paling menyenangkan ketika sarapan adalah kehangatan kebersamaan jika salah satu belum pulang ataupun belum datang dimeja makan maka yang lain masih menunggu sampai yang ditunggu datang.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang