13(Revisi)

12.3K 477 0
                                    

"Jangan pandang saya seolah saya putra seorang raja. Kita semua sama di mata Allah Azza wa jalla"

~Gus Muhammad Aji Alfarizi

****

Mirna sibuk mencari info atau sekedar bertanya pada Ika temannya yang biasanya tau tentang apapun yang ada dipesantren.

Seperti saat ini Mirna sedang menanyakan perihal kebenaran info kalau nanti akan diadakan pengajian rutinan sekaligus pengenalan putra Abah Sulaiman.

Saat berada dikamar yang hanya berdua saja yaitu Mirna dan Ika. Mirna menecahkan keheningan dengan bertanya pada Ika.

"Eh Ik aku mau tanya sama kamu deh, barangkali kamu tau" Ika mengangguk, apapun dari pada sahabatnya nanti merajuk.

"Tanya apa sih Mir, jangan bikin aku takut dong" kesal Ika karena Mirna tak kunjung bertanya.

"Kamu tau kabar tentang pengajian rutinan pondok dan tentang putra abah Sulaiman yang katanya pulang dari Mesir" antusias Mirna berharap sahabatnya ini tahu perihal informasi itu.

"Oh itu, iya tau sedikit dari teman kelasku tadi juga banyak yang cerita tentang itu" jujur Ika sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Cerita dong Ik aku kepo" desak Mirna dengan senyum yang dibuat buat.

"Iya-iya aku ceritain tapi dengerin jangan dipotong dulu" ujar Ika meyakinkan, pasalnya sahabatnya ini sering sekali memotong pembicaraannya.

"Iya ih ayo cepetan ceritain kepo" rengek Mirna persis seperti bayi usia lima tahun.

"Jadi yang aku tau tuh putra abah udah pulang sekitar dua minggu yang lalu, tapi ndak tau juga sih soalnya kan ndak pernah ada sambutan ataupun salam selamat datang. Terus tentang pengajian rutinan nanti memang akan ada acara pengenalan putra sulung Abah Sulaiman dan acaranya pun dipindah diaula bukan dimasjid katanya biar spesial gitu" jelas Ika panjang lebar setelah menghela nafas kembali melanjutkannya.

"Dan yang banyak dibicarain itu tuh katanya putranya Abah Sulaiman ganteng Mir makanya aku juga penasaran pengen lihat nanti waktu perkenalan" antusias Ika dengan bahagianya.

"Yang bener Ik? Wah aku jadi penasaran seperti apa ya ketampanannya" terka Mirna dengan membayangkan wajah tampan laki-laki yang sedang ia cari namanya itu.

"Udah ah jangan dibayangin nanti jadi zina pikiran gabaik juga" Ika mengingatkan.

"Eh Astagfirullah khilaf Ik" Mirna tersadar dan mendapat gelengan kepala dari Ika.

****

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 yang artinya setelah sholat isya akan langsung diadakan pengajian rutinan pondok.

Gus Aji sendiri sekarang sudah berada di dhalem dan ada didalam kamarnya ia sudah mempersiapkan semuanya sedari tadi.

Hanya menunggu abinya yang akan mengajaknya naik dan duduk disebelah abinya nanti.

Hati Gus Aji bimbang, ada rasa bahagia karena ia dipercayai amanah oleh abinya. Tapi setelah ini bagaimana dia akankah dibedakan karena statusnya sebagai penerus pondok pesantren Al Furqon.

Gus Aji terus saja berdzikir agar hatinya tenang, hingga adiknya Ning Ela memanggilnya dan menyuruhnya untuk bersiap karena keluarga dhalem akan pergi ke acara pengajian rutinan pondok.

"Assalamu'alaikum mas, Ning boleh masuk" salam Ning Ela pada Gus Aji.

"Wa'alaikum salam, masuk saja Ning pintunya tidak mas kunci" Gus Aji menyuruh ning Ela dari dalam kamarnya.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang