31(Revisi)

12.7K 447 6
                                    

"Hari pertama, bismillah semoga lancar"

***

Hari ini setelah sarapan pagi, Sania dan kedua sahabatnya berangkat menuju kampus agar tidak terlambat. Mereka menggunakan seragam hitam dan putih serta gantungan ID card sebagai tanda pengenal.

Pagi ini hanya diadakan perkenalan dan keliling area kampus agar tahu ruang juga kelas kelas yang ada dikampus Al Amin tersebut.

"Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh" salam salah satu panitia penyelenggara masa orientasi mahasiswa ini.

****
Sania

Pagi ini adalah hari pertamaku memasuki bangku kuliah. Alhamdulillah aku didaftarkan Gus Aji masuk fakultas tarbiyah dan bertepatan dengan Gus Aji juga yang akan menjadi dosen agama disana.

Aku sedang berkumpul dihalaman kampus karena akan diadakan arahan untuk hari ini. Aku berbaris bersama kedua sahabatku karena memang kami satu kelas.

Ada satu kakak pembimbing yang maju kedepan podium yang sudah tersedia mic dan sepertinya akan membuka kegiatan pagi ini.

"Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabarakatuh" suara salam yang terdengar tegas dari pengeras suara.

Setelah acara perkenalan dan arahan untuk kegiatan hari ini juga akan dilaksanakan perkenalan dosen baru. Sebelum kakak pembimbing yang diketahui bernama Latif itu mengatakan bahwa akan ada dosen baru dan akan perkenalan pada mahasiswa baru, riuh lapangan akibat banyaknya yang berbisik bahkan ada yang hampir teriak aku saja heran ada apa sebenarnya.

Degh

Ternyata ada Gus Aji didepan sebelah podium pantas saja semua mahasiswa baru terdengar sangat berisik. Memang aku akui sekilas aku melihatnya hari ini tampan dengan kemeja biru dan celana kain serta dasi yang menambah aura wibawa dan tampannya.

Belum juga perkenalan mereka sudah riuh sendiri apalagi nanti jika perkenalan. Astagfirullah kenapa hati hamba seperti tidak ikhlas begini.

Jauhkanlah dari pikiran buruk ini Ya Allah. Aku terus saja berdoa agar rasa ini tidak menjadi sakit nantinya hingga aku sadar kedua sahabatku memanggilku dan melambai lambaikan tangannya didepan wajahku karena memang sedari tadi aku hanya melamun saja.

"Sania, hey San" lambaian tangan Rara dan sentuhan tangan Suci membangunkan lamunanku tentang ketakutan yang aku rasakan saat ini.

"Ah..iya ada apa, ngagetin saja" keterkejutanku dengan perlakuan Rara dan Suci.

"Ngalamun aja kesambet nanti"kata Rara padaku dengan nada perhatian

"Ngaco kamu, aku ndak ngalamun kok" ya jelas aku membela diri agar tidak ditanya hal-hal yang aneh nantinya.

"Sudah sudah mending tuh lihat depan Gus Aji mau perkenalan" kini giliran Suci yang berbicara dan fokus pada arah depan.

"Iya San jangan bengong lagi, tuh lihat siapa yang didepan kali saja jodohmu" ujar Rara tanpa menoleh padaku.

"Memangnya kamu sama Suci ndak tertarik sama Gus Aji" tanyaku yang sudah penasaran karena mereka selalu saja menjodoh jodohkanku pada Gus Aji. Jika mereka tahu apa mereka akan kaget atau palah biasa saja. Ah entahlah

"Siapapun pasti tertarik sama beliau San, sudah tampan, mapan, shalih pula siapa yang tidak mau dengan beliau ini. Siapapun mau San. Tapi aku sudah ada pilihan" kini ucapan Suci membuat aku dan Rara bingung dan langsung menoleh meminta penjelasan pada Suci yang hanya tersenyum dan mengangkat bahu tanda ia tidak mau menjelaskan.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang