"Sebelum kamu meminta maaf juga sudah aku maafkan"
****
Satu minggu setelah Sania jatuh sakit akibat terkunci dan kehujanan kini Sania sudah sembuh dan sudah kembali ke kamar pondoknya.
Kegiatan sebagai santri ia lalui dengan penuh keikhlasan. Kuliahnya sudah kembali berjalan lancar.
Untuk Mirna sendiri, ia sudah mendapat takzir langsung dari Kyai Sulaiman dan Bu Nyai Latifah.
****
Flashback
Sore hari ini kegiatan pondok free maklum saja hari jumat memang kegiatan hanya terlaksana dimadrasah ataupun kampus. Untuk jadwal pondok libur, bukan berarti para santri santai melainkan harus tetap belajar dan menghafal al quran.
Tepat hari ini juga Mirna dipanggil Kyai Sulaiman untuk menemuinya. Mirna yakin ini menyangkut kesalahannya. Ia sudah pasrah, memang sudah salah mau mengelak pun tetap sama saja.
"Assalamualaikum" salam Mirna ketika memenuhi panggilan dari ndalem.
"Waalaikum salam"
"Duduk nduk, benar sampean yang namanya Mirna" Mirna mengangguk dan mengikuti perintah Nyai Latifah untuk duduk.
"Sampean tahu Kyai manggil ada perlu dengan sampean" Nyai Latifah berbicara selembut mungkin karena Mirna sudah menunjukkan wajah takut dan bersalahnya.
"Nggeh Bu Nyai kulo ngertos" dengan bergetar Mirna menjawab pertanyaan yang diberikan Nyai Latifah.
Kyai Sulaiman hanya menyaksikan perbincangan antara istri dan santrinya saja. Memang dalam hal seperti ini Kyai Sulaiman hanya akan memberikan takzir selebihnya akan ia serahkan pada pengurus.
"Coba jelaskan kenapa kamu melakukan ini" akhirnya suara tegas Kyai Sulaiman bertanya pada Mirna.
"Maafkan saya Kyai, Bu Nyai saya salah. Awalnya saya hanya tidak suka dengan Sania yang dekat dengan Gus Aji. Saya yang melabrak Sania, Kyai. Saya juga yang mengaku sebagai calon istri Gus Aji" pecah juga tangis Mirna ketika ia menjelaskan semua kesalahannya.
"Saya menyesaal, saya siap menerima sanksi apapun Kyai. Saya juga yang mengunci Sania di kamar mandi kampus. Jujur saya cemburu ketika Sania bisa sedekat dan sering berbicara dengan Gus Aji. Sedangkan saya yang sudah mencari cara agar bisa disapa juga ndak bisa sedekat Sania yang santri baru" lanjut penjelasan Mirna. Ia sudah tidak malu jika kedua orang tua Gus Aji bahkan gurunya ini tahu jika ia menyukai putra Sulungnya.
"Astagfirullah hal adzim" gelengan kepala Nyai Latifah dan Kyai Sulaiman secara bersamaan ketika mengetahui semuanya.
"Apa kamu tahu nak ini kesalahan yang sangat besar dan fatal" Mirna mengangguk.
"Kenapa kalau sudah tahu masih dilakukan nak? Kamu sudah minta maaf dengan Sania?" Kali ini Mirna menggeleng, jujur sampai saat ini ia belum bertemu dengan Sania.
"Umi panggilkan Sania, biar Mirna minta maaf dan selebihnya Abi serahkan sanksinya pada Sania saja" Mirna tersentak kaget tidak percaya jika nanti yang akan menghukumnya adalah santriwati baru. Bagaimana kalau dia dendam. Banyak hal yang dipikirkan Mirna. Entahlah saat ini ia sedang terancam karena ulahnya sendiri.
Nyai Latifah menuruti apa kata Kyai Sulaiman. Beliau memanggil Sania yang saat itu masih berada dikamar Ning Ela.
Nyai Latifah menjelaskan semua yang terjadi pada Sania setelah sampai dikamar Ning Ela. Sania sempat terkejut. Ia tidak menyangka jika keluarga ndalem sudah mengetahui semua. Memang ia sengaja diam agar tidak ada yang tahu menau tentang apa yang diperbuat Mirna namun mau bagaimana lagi semua sudah mengetahui. Sania pun sebenarnya tidak dendam sama sekali hanya saja ia takut jika sewaktu waktu fens Gus Aji ada yang sefanatik Mirna lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Teen FictionCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...