60

12.7K 477 17
                                    

"Ketika langkah membawa pada jarak yang jauh hingga lupa bahwa masalalu pernah menyakiti dan masa kini mengobati"

***

Kedua pasangan ini sudah selesai merapikan barang bawaannya meski hanya menepikan koper yang mereka bawa.

"Abi" panggil Sania

"Dalem, ada apa" tanya gus Aji

"Malam ini Sania langsung kembali ke pondok ya bi" ijin Sania pada gus Aji.

Gus Aji memandang istrinya yang sedang duduk didekatnya dengan pandangan memohon.

"Jangan malam ini ya" jawab gus Aji.

"Kenapa bi" tanya Sania lagi.

"Abi masih rindu istri abi" jawab gus Aji jujur.

Sania menatap mata teduh gus Aji dengan intens. Tidak ada kebohongan pada tatapan bahkan ekspresi suaminya. Berarti memang suaminya menginginkannya tidur dikamar yang baru sekali ini ia tempati.

"Tapi besok besok Sania boleh ya bi" tanya Sania lagi.

"Iya boleh tapi jangan malam ini ya" jawab gus Aji dengan ekspesi memohon.

"Iya bi, yaudah yuk istirahat. Apa abi mau Sania bikinin teh dulu biar hangat" tanya Sania

Gus Aji mengangguk mengiyakan pertanyaan istrinya. Sedangkan Sania hanya tersenyum melihat ekspresi suaminya yang seperti anak kecil jika sedang ada maunya.

****

Suasana pagi dirumah Mirna sangat hangat meskipun tanpa ayah bagi Mirna ibu dan kakaknya sudah melengkapi semua kebahagiaannya. Jangan ditanya tentang kesedihan tak ada sang ayah. Jujur dari dalam hatinya ia sedih seharusnya seorang ayah bisa menjaga keluarganya tapi ini justru meninggalkan. Sudahlah lupakan.

"Assalamualaikum, selamat pagi ibu, abang" sapa Mirna ditengah kakak dan ibunya yang bersiap untuk sarapan pagi.

"Waalaikum salam, pagi kembali" jawab keduanya kompak.

"Roman romannya ada yang ceria banget nih, lagi jatuh cinta ya" cletuk Raza kakak Mirna.

"Apa sih bang sedih salah ceria salah" ketus Mirna.

"Yah marah lagi, abis ini ada nih yang ngrengek minta tolong ibu" goda Raza.

"Sudah sudah jangan pada berantem, dah yuk sarapan dulu" lerai ibu Mirna yang melihat kedua anaknya saling berdebat.

Semuanya menikmati makanan dengan nikmat, ada rasa bahagia pada hati Mirna bisa kembali berkumpul dan menikmati makan bersama.

Sarapan pagi telah usai dengan semua lauk dan sayur habis tinggal kuah dan sedikit cabai yang tertinggal.

Mirna yang sudah terbiasa membereskan perlengkapan makan ketika dipondok pun sekarang sudah bersiap ingin membawa piring kotor menuju tempat cuci piring, namun baru akan bangun dari duduknya langkahnya dicekal oleh perkataan ibunya yang menyuruhnya tetap duduk karena ada hal yang ingin disampaikan.

"Ada apa bu? Sepertinya penting sekali" to the point Mirna pada ibunya.

"Ayah mau bertemu denganmu"

Degh

Perkataan ibunya masih Mirna cerna, apa tidak salah ayahnya ingin bertemu. Memang seharusnya tidak salah sih tapi apa masih penting dirinya dimata sang ayah. Astagfirullah

"Mau apa lagi bu" tanya Mirna dengan nada dinginnya.

"Dek kenapa kamu tanya begitu, pasti ayah rindu sama kamu" Raza berusaha memberi pengertian pada adik satu satunya ini. Apa selama ini adiknya masih belum bisa memaafkan kesalahan ayahnya.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang