57

13K 546 7
                                    

"Setiap berumah tangga pasti akan ada lika likunya termasuk sebuah masalah yang selalu menemani disetiap langkah"

****

"Sania, sudah belum abi sudah menunggu daritadi kenapa...." ucapan gus Aji terpotong karena melihat Sania sedang berbincang dengan seseorang yang ternyata

"Pak Anas.."

"Gus Aji.."

Ketakutan Sania mulai terlihat ketika melihat suaminya yang terkejut akan adanya Anas yang sedang bersama dengan dirinya.

"Abi? Maksudnya kalian menikah?" Tanya Anas dengan nada penuh penenekanan.

Sania sudah menunduk, banyak rasa bersalah yang hadir dalam dirinya, seharusnya sejak awal ia mendapatkan surat memang harus segera dibalas daripada kejadian seperti ini akan merumitkan dirinya dan pasti menyusahkan gus Aji suaminya.

Banyak pertanyaan yang ada didalam diri Sania. Ia takut suaminya akan marah karena dirinya mendapatkan surat dari laki laki lain.

"Iya pak saya sudah menikah dengan Sania tiga hari yang lalu" jawab gus Aji tenang.

Anas mengepalkan tangannya. Ia marah perihal gus Aji yang tidak terus terang ketika ditanya mengenai santri yang sekarang sudah sah menjadi istrinya.

Anas juga marah karena Sania yang tidak merespon surat darinya, sama sekali tidak pernah ia mendapatkan balasan dari Sania.

"Kenapa anda tidak bilang itu calon istri anda ketika saya bertanya tentang santri njenengan" tanya Anas sarkatis.

"Maaf saya hanya menepati janji saya agar tidak memberitahukan siapapun tentang hubungan saya dan Sania" jelas gus Aji.

Anas yang masih tersulut emosi hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Sesakit ini kah jatuh cinta?

"Maafkan saya pak, harusnya saya balas surat dari bapak tapi saya takut, saya sudah terikat dengan seorang laki laki yang akan menjadikan saya istrinya. Saya takut akan jadi fitnah"

"Maaf, lagi pula saya tidak mengenal siapa bapak dan saya juga belum pernah melihat pak Anas sebelumnya"

"Sekali lagi maafkan saya pak, dan tolong jangan membenci suami saya" jelas Sania meminta maaf dengan menunduk menyembunyikan rasa bersalahnya.

Menyembunyikan air mata yang siap meluncur jika ia berkedip.

"Oke saya maafkan kamu Sania tapi tidak dengan dia" tegas Anas dengan menunjuk kearah gus Aji.

"Permisi" pamit Anas.

****

Gagal sudah acara refreshing Sania, memang harusnya ia dirumah saja.

Semenjak kejadian tadi di mall. Sania dan gus Aji memutuskan untuk pulang. Lebih tepatnya Sania yang mendesak meminta pulang dan tidak ingin kemana mana.

Gus Aji hanya bisa menuruti apa kata istrinya saja ia yakin mood istrinya sedang tidak bagus.

Suasana perjalanan pulang ramai hanya dijalan bukan dimobil yang dikemudikan gus Aji. Hening sepi, sedari tadi Sania hanya diam menatap kearah luar dengan tatapan kosongnya.

Gus Aji bingung, ada rasa tidak tega melihat istrinya hanya diam dan merenung. Ia yakin istrinya masih memikirkan kejadian tadi di mall.

Kejadian yang tak terduga, kejadian diluar pemikiran gus Aji sebelumnya. Gus Aji merasa bosan jika berdiam diaman seperti ini.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang