27(Revisi)

12.3K 438 6
                                    

"Bantu aku beradaptasi. Aku bukan orang yang pandai menghibur diri sendiri."

****

Sebelum berangkat Sania memutuskan untuk terlebih dahulu menghubungi sahabatnya. Ia takut sahabatnya mencari perihal ia tak membalas chat darinya karena tidak mungkin jika dipesantren Sania bisa membawa ponsel ataupun bermain ponsel bisa-bisa kena takzir kan?

Ciwi Shalihah❤️

Sania Putri Maheswara
Assalamualaikum ciwi ciwiku, aku cuma mau pamit kalo aku mau mondok dipesantren Al Furqon Kalibeber nanti kalo kalian rindu kesana saja ya hehe maaf kalo kabarinnya dadakan. Ya sudah aku pamit dulu ya.
Wassalamu'alaikum cinta❤️

Farida Fauziah
Wa'alaikum salam cinta, lah kok mendadak. Hati-hati ya disana bakal rindu deh sama ustadzah. Nanti kalo ada waktu kita samperin ya ke pondok ya gak Syah

Aisyah Azizah
Wa'alaikum salam ustadzah, lahh bakal sepi nih grub pokoknya jaga diri baik-baik ya ustadzahku nanti bakal disamperin deh sama kita kita. See you hati-hatii
Bener kata si Ida hehe

Sania Putri Maheswara
Iya aku pamit ya, terimakasih semangatnya. Ditunggu deh dipondok hehe
Kalian jaga diri baik-baik ya, sukses selalu

Aisyah Azizah
Aamiin ya Allah aamiin

Farida Fauziah
Aamiin ustadzahkuh

Read

Sania bergesas memasukkan koper dan tasnya ke bagasi mobil ayahnya. Sebenarnya Gus Aji ingin membantunya namun ditolak halus oleh Sania.

Sania merasa tidak enak jika harus merepotkan orang lain alhasil Sania mengangkat barangnya sendiri, orangtuanya pun hanya membukakan bagasi mobil saja agar tidak terlalu menyusahkan Sania jika harus membuka bagasi sendiri. Ponsel Sania sengaja ia titipkan pada ibunya agar lebih fokus belajar dipondoknya nanti.

Setelah semua siap dan lengkap Sania segera masuk kedalam mobil karena ayah dan ibunya sudah menunggu didalam mobil.

Sementara Gus Aji dan kang Usman sudah masuk kedalam mobilnya. Sania masuk kedalam mobil disusul Ning Ela yang sekarang pindah mobil karena ingin terus didekat Sania.

Mobil mulai berjalan meninggalkan pekarangan rumah Sania, suasana hati Sania pun masih tidak karuan. Ia sudah ikhlas jika harus tinggal dipesantren setidaknya ada Ning Ela yang bisa menghiburya nantinya.

"Mbak kenapa melamun" suara Ning Ela memecahkan lamunan Sania. Memang sedari tadi berangkat Sania hanya memandang kearah kedua orang tuanya. Ia akan rindu dengan mereka dan semua tentang kedua orang tuanya.

"Eh..ndak Ning mbak ndak melamun" sebisa mungkin Sania menetralkan wajahnya agar tidak terlihat jika ia memang sedang melamun.

Sesekali ia tersenyum kearah Ning Ela agar Ning Ela tidak curiga akan apa yang sedang ia rasakan.

Suasana kembali hening, Ning Ela merasa bosan dengan suasana yang menurutnya hanya akan membuat kantuknya datang.

Ia berinisiatif menceritakan kakaknya kepada Sania mungkin saja dengan ini akan bisa memecahkan keheningan.

"Mbak tahu ndak, Mas Aji itu sebenarnya kaku banget kalo sama perempuan. Padahal ya mbak dipesantren abi banyak banget yang ngefens sama mas Aji tapi ya gitu responya cuma diam kadang senyum saja ndak keliatan senyumnya mbak" suara cerita Ning Ela begitu antusias, Sania sendiri tertarik dengan cerita dari Ning Ela, kenapa dengan santri sikapnya begitu sedang dengan Sania sendiri begitu ramah. Dasar aneh

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang