52

11.3K 533 8
                                    

"Saya percaya akan takdir. Ketika saya ikhlas, saya akan mendapatkan begitu banyak nikmat. Termasuk memilikimu menjadi bagian dari hidupku. Kekasih halalku"

****

H-1 Menuju halal

Semua keluarga Sania sudah berkumpul termasuk budhe bahkan tante dan juga Sovia, masih ingat dengan Sovia?

Ya sepupu Sania yang mengaku pacaran dengan laki laki bernama Ardan. Perlu diketahui mereka baru saja melangsungkan lamaran karena ketahuan keluarga Sovia pacaran jadilah mereka harus memilih melanjutkan kejenjang pernikahan atau saling meninggalkan.a

Awalnya Sovia menolak untuk menikah karena masalah kuliahnya bagaimana, begitupun dengan Ardan, ia menolak dengan alasan masih fokus kuliah. Namun dengan berbagai pilihan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah meskipun masih kuliah.

"Kenapa?" Tanya Sania yang melihat Sovia seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ah tidak apa" jawabnya singkat.

"Jangan berbohong, ceritalah aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu" desak Sania.

Sovia menghela nafasnya berat, ia berpindah posisi duduk menjadi menghadap kearah Sania.

"Sebenarnya aku bingung, aku takut kalau nikah nanti jadi memberatkan Ardan" Sovia menghembuskan nafasnya kasar

"Kamu kan tahu, kita masih sama sama fokus kuliah. Aku takut San" lanjut Sovia dengan menunduk. Ya Sovia menangis.

Sania tersenyum, ternyata sepupunya ini masih ragu untuk melangkah, padahal ini untuk kebaikannya juga. Diusapnya punggung Sovia untuk menguatkan Sovia. Sania ingat akan kata kata ibunya, mungkin Sovia juga membutuhkannya seperti dirinya yang beberapa hari yang lalu sempat ragu.

"Begini Persoalan utama seseorang yang akan menikah adalah penyakit ragu-ragu. Jika penyakit tersebut hinggap dalam pikiran dan hati seseorang, maka saat itu juga waktu yang paling tepat untuk introspeksi diri terhadap keyakinannya. Karena itulah kunci utama dalam melangkah ke depan dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup.

Berkaitan dengan kekhawatiran itu, yang karenanya seseorang tidak segera menikah padahal sudah mempunyai calon pasangan, Allah Ta'ala berkalam,

وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٣٢

"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Qs. an-Nur [24]: 32)

"Jika memang Allah Ta'ala berjanji demikian, kenapa harus ragu? Jika memang janji dari Zat yang Maha benar itu sudah jelas tertulis di dalam al-Qur'anul Karim, mengapa mesti ada ketakutan untuk segera menikah? Padahal, calon pasangan sudah ada. Padahal, umur sudah waktunya dan memang pantas segera menikah. Maka jalan keluarnya adalah berikhtiar. Jika berikhtiar sudah dilakukan, maka jangan pernah berhenti sekaligus berdoa. Percayalah, Allah Ta'ala telah menentukan saat-saat yang tepat dan terbaik bagi hamba-Nya yang tak pernah putus asa dari Rahmat-Nya."

"Kewajiban kita adalah mempercayai janji Allah. Jangan sampai bisikan-bisikan setan menyusup ke dalam hati. Karena itu dapat menggoyahkan keimanan kita terhadap kebenaran janji Allah Ta'ala, termasuk ketika Allah Ta'ala berjanji akan memampukan hamba-Nya yang miskin bila menikah. Tiada yang sulit bagi Allah Ta'ala jika ingin memberikan karunia kepada hamba-Nya. Sungguh, Allah Ta'ala Maha Pemurah dan Pemberi rezeki. Tinggal kita meyakini atau tidak. Dengan keyakinan itu, hidup kita akan optimis dan selalu berpikir posititf." Jelas Sania.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang