64

11K 455 18
                                    

Assalamualaikum

Saya kembali

Siapin tisu gih...

Eh jangan seperti saya ding hehe

Happy Reading❤️❤️

🌼

"Kita hanya bisa menerka tanpa tahu yang akan terjadi sesuai atau bahkan sangat bertolak belakang"

****

Tidak sesuai dengan apa yang gus Aji pikirkan. Dua hari setelah bertemunya dirinya dengan Mia, justru banyak gosip yang beredar tentang dirinya.

Entahlah darimana gosip itu dimulai. Awalnya ia tidak menggubrisnya, tapi semakin lama gosipnya semakin gencar, banyak yang mengatakan jika Mia adalah istrinya.

Begitu banyak komentar tentang dirinya dan juga Mia. Intinya semua tidak sesuai dengan apa yang gus Aji pikirkan. Ini terlalu rumit. Belum lagi ia harus meminta maaf pada istrinya dan menjelaskan semuanya kesalah pahaman yang terjadi.

"Mas" panggil ning Ela sebelum duduk disamping gus Aji yang memang sedang duduk dengan memikirkan masalahnya.

"Dalem, ada apa" sahut gus Aji dengan menatap ning Ela sekilas.

"Mas beneran ketemu sama bu Mia" gus Aji mengangguk dengan pertanyaan ning Ela.

"Pantas saja banyak gosip mulai dari teman ning disekolah sampai dipondok" keluh ning Ela dengan menyandarkan punggungnya dikursi.

Gus Aji hanya menyimak dengan sesekali menoleh ke arah adiknya. Pikirannya kacau, bagaimana dengan istrinya nanti.

"Gosip apa ning" tanya gus Aji.

"Gosip yang mengatakan bu Mia istri mas Aji" Gus Aji menghela nafas beratnya, memang ini salahnya. Tapi nasi sudah menjadi bubur mau bagaimanapun tetap waktu tidak bisa kembali ke dua hari yang lalu.

Usahanya kini hanya berdoa memohon ampun pada Allah dan meminta maaf serta menjelaskan pada istrinya karena kesalahan dirinya yang tidak seharusnya bertemu dengan wanita lain tanpa istrinya.

"Ya sudah terimakasih ning. Kalo ning mau ke pondok tolong panggilkan mbakmu suruh ke dalem mas mau bicara" ning Ela mengangguk mengiyakan perintah kakaknya.

Gus Aji sudah pergi setelah mengucapkan salam pada ning Ela. Ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya untuk sekedar membaca Al Quran agar lebih tenang pikirannya.

****

Sementara dikamar pondok Sania hanya diam dengan beberapa baju yang baru saja kering, bukan dirapikan melainkan hanya dibolak balik hingga terlihat kusut.

"Hey Sania bengong aja, kesambet baru tahu rasa!" Sania terlonjak kaget karena gretakan dari Suci diikuti Rara yang sudah memposisikan diri duduk disebelah Sania.

"Astagfirullah, bukannya salam palah ngagetin" dengan memegangi dadanya dan geleng kepala serta menatap Suci dan Rara bergantian.

"Kita udah salam bahkan tiga kali tapi ndak nyaut nyaut, eh tahunya kamunya bengong" jelas Rara yang memperhatikan Sania dengan geleng geleng kepala.

"Hehe ya maaf" ucap Sania dengan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu kenapa melamun begitu, ada masalah?" Sania menggeleng dengan pertanyaan Rara sedangkan Suci menatap Sania dengan tatapan menyeliknya.

"Jangan bohong, kamu nggak pinter bohongin kita San" ucap Suci dengan masih menatap dengan tatapan selidiknya.

"Kalau kamu belom siap cerita gapapa kok" Rara tahu keadaan temannya saat ini masih butuh waktu untuk sendiri. Ia pun paham dan memberi kode pada Suci agar paham juga perihal keadaan Sania.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang