"Jangan biarkan hatiku goyah dengan yang lain"
****
Sania kembali dengan hati yang sulit sekali untuk dideskripsikan, disisi lain ia mantap dengan keputusannya sedang disatu sisi ia kasihan dengan Rasyid.
'Astagfirullah'
Hanya beristigfar dan selalu meningat Allah dalam situasi apapun yang bisa membuat kelegaan tersendiri.
Sania hanya bisa bermonolog sendiri dengan berkata kuatkanlah hati hamba ya Robb. Sungguh hari ini banyak sekali kejutan untuknya. Dari mendapat piagam terbaik hingga Rasyid yang mengungkapkan jika mengaguminya.
"Allah" gumam Sania
Sesegera mungkin Sania kembali menuju rombongan keluarga dan kedua sahabatnya. Ia tidak ingin keluarga ataupun kedua sahabatnya menunggu terlalu lama karenanya.
"Assalamu'alaikum, maaf jika membuat kalian menunggu" Sania merasa bersalah karena mungkin terlalu lama.
Sedang yang ditunggu hanya menjawab salam dengan menggelengkan kepala tanpa tahu apa arti dari gelengan kepala dengan senyum yang seolah menggoda Sania karena tadi pergi bersama Rasyid.
"Kalian kenapa kok senyum gitu?" Sania yang bingung pun bertanya dengan kedua orang tuanya bahkan kedua sahabatnya serta sepupunya yang tiba-tiba saja mendadak manis.
"Kamu ngapain aja sama Rasyid lama bener" goda Farida.
Sungguh Sania bingung harus menjawab apa, jika ia jujur pasti akan mendapat cibiran dari kedua sahabatnya dan sepupunya yang paling suka menggoda.
"Oh tadi hanya mengucapkan selamat saja"santai Sania namun tetap ia meminta maaf pada sang penciptanya karena sudah berbohong.
'Maafkan Sania Ya Allah, Sania terpaksa bohong' batin Sania.
Keluarga Sania dan sahabatnya memutuskan untuk pulang karena hari sudah siang. Terlebih mereka sudah terlalu lelah dengan acara hari ini.Dari raut wajah saja sudah menampakkan kelelahan yang mereka rasakan. Terlebih Sania yang jelas jelas sangat lelah karena hellsnya. Sembilan belas hampir duapuluh tahun ia hidup tak pernah sekalipun menggunakan hells selayaknya wanita diusianya.
Dulu ketika duduk dibangku Taman kanak-kanak ataupun madrasah ibtidaiah banyak anak seuisa Sania sangat senang dan berantusias jika ada hari dimana diadakan karnaval seperti hari anak dan hari santri.
Banyak teman seuasianya yang menggunakan berbagai macam kostum dari kebaya hingga baju cinderella. Namun Sania tertarik pun tidak, Sania memilih untuk sekedar menyaksikan kalupun harus wajib berpartisipasi ia hanya akan menggunakan baju gamis ataupun baju seragam agar tidak membuatnya merasa kesusahan sendiri.
Sejujurnya Ibu Iza sudah menyuruh putrinya untuk ikut dan sekali-kali dandan namun hasilnya tetap saja Sania akan merengek tetap pada pendiriannya. Dasar keras kepala.
Sampai saat ini pun Sania masih saja berpenampilan apa adanya. Menurutnya selagi ia nyaman dan pakaiannya pun sopan ia akan menggunakannya.
Namun jika ia tidak suka ataupun tidak nyaman, sebagus apapun pakaiannya Sania enggan memakainya meski dipaksa sekalipun tetap saja ia tak akan memakainya.
*****
Sania dan keluarga sudah sampai dirumah. Sania sudah berganti dengan pakaian santainya, begitu juga dengan ayah dan ibu Sania juga sudah berganti baju seperti Sania. Sedangkan Sovia? Ia memilih untuk pulang karena ingin istirahat dirumah saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Fiksi RemajaCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...