"Kamu siapa sebenarnya? Aku ingin mengenalmu tapi sulit sekali"
~Muhammad Rasyid Syahputra
*****
Sebuah mobil menghampiri Sania yang sedang menunggu jemputan dari pak Joko, karena Sania tidak tau menau siapa pemilik mobil tersebut Sania hanya mengenyitkan dahinya tanda ia tidak tau. Hingga tiba-tiba kaca mobil terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang sedari tadi membuat moodnya berantakan.
"Assalamualaikum kok kamu belum pulang" tanyanya pada Sania ramah.
"Hah... Em wa'alaikum salam, belum masih nunggu jemputan" Jujur Sania sedikit gugup karena tak enak hanya berdua saja dengan laki-laki yang ternyata Rasyid teman barunya.
"Bareng aku aja gimana?" Ajak Rasyid pada Sania.
"Eh, gausah habis ini dateng kok jemputannya" ujar Sania menolak halus.
"Ya gak pa-pa bareng aku aja sebagai tada maafku karena tadi menabrakmu terus menerus" Mohon Rasyid namun tiba-tiba ada mobil yang berhenti dibelakang mereka.
" Em aku duluan ya sudah dijemput soalnya, Assalamu'alaikum" pamit Sania sembari melenggang dan memasuki mobilnya.
"Iya Wa'alaikum salam"
****
Rasyid Pov
Aku lelah sekali ingin rasanya segera pulang dan beristirahat, cuaca hari ini sangat tidak mendukung karena mendung dan hari jadi terasa gelap ditambah dingin. Bel sudah terdengar, aku mulai merapikan bukuku dan segera melangkahkan kakiku menuju parkiran untuk mengambil mobilku. Setelah aku masuk dan menjalankan mobil tak terasa ada dia. Ingin sekali aku mengenalnya, dia yang aku tabrak tadi namun susah sekali berbicara dengannya. Dia selalu menjaga jarak dengan lawan jenisnya, aku jadi ingin mengenalnya lebih dalam lagi, namun sulit bagiku mencari namanya saja sulit sekali. Entahlah
Aku memberanikan berhenti dan mengajaknya pulang bersama denganku, semoga saja mau batinku berbicara begitu.Memang sebuah kebetulan bisa saja terjadi kapanpun, meskipun gagal aku tak patah semangat. Dia wanita langka yang aku temukan di sini, wanita yang dua kali aku tabrak secara tidak sengaja. Mungkin saja ada hal baik setelah ini.
Dengan langkah gontai aku memasuki mobilku dan menjalankannya pulang kembali ke pesantren tempat pakdhe dan budhe ku. Aku lelah sekali.
****
Setelah mobil terparkir dirumah, Sania bergegas masuk kedalam rumah. Hari ini ibu dan ayahnya tidak ada dirumah jadi cuma ada mak inah asisten rumah tangga yang sudah Sania anggap seperti ibunya sendiri. Tapi dugaan Sania salah karena dirumahnya ada ibunya yang sedang memasak seperti ada acara besar seperti makan malam.
"Assalamu'alaikum Sania pulang" salam Sania memasuki rumahnya yang bertingkat itu.
"Waalaikum salam, sayang kamu sudah pulang" jawab ibu yang menghampiri Sania.
Sania mengangguk dan bertanya "Loh ibu, katanya tadi ditoko kok tumben udah pulang" lanjut Sania sambil mencium punggung tangan ibunya.
"Sudah sayang hari ini akan ada acara makan bersama budhe dan bulek" jujur ibu apa adanya.
"Owalah, ya sudah bu Sania kekamar dulu abis itu Sania bantu ya biar ibu ndak kecapean" ujar Sania pada ibunya.
"Iya sayang makasih ya" ujar ibu sambil mengusap pucuk kepala anaknya.
Sesampainya dikamar, Sania bergegas mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian sehari-harinya dirumah. Perlu diketahui walaupun Sania dirumah tetap saja menggunakan jilbab karena sudah kebiasaan dari kecil. Walaupun ayah dan ibu Sania bukan ustad ataupun lulusan pondok pesantren tetapi mereka mengajarkan Sania agama dan sopan santun agar nantinya tidak terjerumus dengan hal-hal yang zaman sekarang semakin mengerikan.
Setelah selesai berganti pakaian, Sania bergegas menuju dapur dan membantu ibu dan mak inah memasak untuk keperluan nanti malam.
"Assalamualaikum bu, mak inah" Salam Sania sambil menghampiri ibu dan mak Inah.
"Waalaikum salam" jawab mereka bersamaan.
"Bu, Sania bantuin apa?" Sambil netranya mengelilingi dapur Sania bertanya pada ibunya, barangkali ada hal yang harus ia bantu.
"Kamu siapin kue ya masukin aja ke toples sama yang jajanan basah kamu tata dipiring ya nduk" perintah ibu dan diangguki Sania.
Setelah selesai mengerjakan tugasnya Sania kembali ke dapur menemui ibunya dan menanyakan tentang ayahnya.
"Em bu ayah kok belum pulang?" Tanya Sania pada bu Iza.
"Belum nak, sebentar lagi ayahmu pulang kan nanti ada acara makan bareng nak" jawab bu Iza
"Tumben ma budhe sama bulek mau kesini, mereka sekeluarga ikut demua bu?" ada rasa ingin tahu Sania pada acara malam ini, pasalnya tak biasanya akan mendadak begini.
"Iya sayang mereka ikut semua, udah kamu siap-siap sana mandi biar nanti sudah siap" perintah ibu pada Sania.
"Nggeh bu, Sania ke kamar dulu bu" Sania pamit menuju ke kamarnya.
Sania menuruti apa kata ibunya, jam sudah menunjukkan pukul 18.00 dan artinya sudah memasuki waktu solat mahrib, Sania bergegas mandi dan menjalakan ibadah solat mahrib sebagai umat yang wajib melaksanakan solat. Sania dengan khusyuk solat dan memanjatkan doa semoga saja sekolahnya berkah dan bisa lulus dengan nilai yang memuaskan hingga bisa memasuki universitas yang diimpikannya dan bisa membanggakan kedua orangtuanya.
Selesai solat maghrib, Sania menunggu dengan berdzikir dan membaca Al-Qur'an agar tidak mengantuk dan bisa menambah hafalannya nantinya.
Kumandang adzan mengahiri kegiatan yang Sania lakukan, Sania segera mengambil wudhu dan menjalankan solat isya dengan khusyuknya.
Setelah selesai solat, Sania bergegas turun ke bawah sembari menunggu kedatangan keluarga budhe dan buleknya yang akan makan bersama dengan mereka.
Baru saja Sania menuruni tangga, terdengar suara mobil ayahnya hingga Sania bergegas turun dan membukakan pintu untuk ayahnya dengan senang hati karena biasanya Sania jarang bertemu ayahnya yang pulang pasti malam.
"Assalamu'alaikum" salam ayah Ilham
"Wa'alaikum salam ayahh" girang Sania menjawab salam dari sang ayah dan langsung berhambur dipelukan ayahnya.
"Wah anak ayah kenapa manja sekali, udah mau lulus kok masih manja saja" ejek ayah Ilham pada Sania putri sematawayangnya.
"Ih ayah kan Nia kangen sama ayah, biasanya ayah pulang Nia udah tidur ketemunya pagi kalo mau berangkat sekolah" kesal Sania sambil memanyunkan bibirnya.
"Aduh sayangnya ayah kangen, sini peluk ayah lagi" goda ayah Ilham yang membuat Sania kesal dan mengerucutkan bibirnya dan langsung berhambur ke pelukan ayahnya. Ibunya yang baru datang hanya bisa menggelengkan kepala melihat anak gadisnya yang masih saja manja pada ayahnya.
"Aduh sudah-sudah kangen kangenanya dilanjut nanti sayang biar ayahmu istirahat dan mempersiapkan buat makan malam nanti" sanggah ibu yang diangguki oleh Sania.
Sania melepaskan pelukan pada sang ayah namun tidak pada tautan tangannya yang masih menggandeng lengan sang ayah dengan manjanya. Hal inilah yang membuat sang ibu merasa bahagia, anak gadisnya masih saja manja bahkan akan lebih manja jika dengan sang ayah, dan lihatlah sekarang sang ibu sudah ditinggal sendiri, tak habis pikir memang tapi bu Iza bahagia melihatnya.
****
Tbc.
sedikit revisi tapi semoga menyenangkan hehe
Jazakillahu khairan katsir❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Teen FictionCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...