"Waktu begitu cepat berlalu hingga tak terasa akan ada perpisahan diantara kita"
****
Seminggu sebelum Ujian Nasional. Sania dan sahabatnya sedang berada dikantin karena jam sedang menujukkan waktu istirahat. Setelah memesan makanan mereka asik berbincang dan bercanda bersama.
"San, Syah kalian mau nerusin di univ mana?" Ida membuka obrolan pada kedua sahabatnya.
"Kalo aku InsyaAllah mau ke IAIN Walisongo Semarang aja deh" Aisyah menjawab dengan mantapnya.
"Kalo aku yang deket aja sih, lagian kalian tau kan aku udah dijodohin sama keluargaku" Sendu Sania. Sebenarnya ada keinginan untuk berkuliah jauh seperti Aisyah sahabatnya, namun mengingat akan perjodohan itu Sania hanya bisa pasrah yang penting cita-citanya tetap bisa berlanjut nantinya.
"Yah San jangan sedih dong, maaf ya kalo pertanyaanku jadi buat kamu sedih" Ida merasa bersalah di sini, kenapa jadi melow begini. Niat Ida hanya ingin tahu saja tak lebih.
"Iya San jangan sedih kali aja calon suamimu nanti ngebolehin kamu buat kuliah" ujar Aisyah menenangkan Sania.
"Iya gapapa cinca-cincaku, makasih ya buat suportnya. Bakal rindu kalo nanti kita udah jarang ketemu kaya gini nih" ujar Sania dengan nada manjanya dan diakhiri senyuman manis dibibir tipisnya.
*****
Tak terasa bel sudah berbunyi dan menandakan siswa siswi harus segera kembali belajar ke kelas mereka masing masing.
Sampai dikelas XII IPA 4 suasana masih ramai riuh karena belum ada guru yang mengajar. Mapel jam setelah istirahat adalah kimia dan diajar oleh guru bernama Siti Zubaedah atau biasa dipanggil ibu Ida, guru killer tapi tidak untuk murid XII IPA 4 karena menurut mereka Bu Ida guru yang asik jika diajak bercerita asalkan tidak membuatnya marah. Alhasil seperti sekarang ini mereka asik bercerita dengan bu Ida dan melupakan pelajaran kimia padahal kimia adalah salah satu mapel ujian nasional.
"Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh, selamat siang ada PR atau tidak" Salam dan tanya Bu Ida ketika memasuki kelas. Sudah biasa seperti ini. To the point tak ingin menghamburkan waktu yang terus berjalan.
"Waalaikum salam warahmatullahiwabarakatuh, tidak bu" jawab semua siswa siswi kompak.
"Ya sudah kalau tidak ada silahkan buka buku paket kalian kerjakan halaman 30 yang tidak bisa boleh ditanyakan"
"Baik bu" serempak dan kompak
"Bu kan hampir UNBK kok masih aja dikasih tugas, refreshing gitu bu cerita biar nggak spaneng kaya gini" ujar Farid sang ketua kelas dengan sedikit memelas.
"Kalian pusing" pertannyaan bu Ida membuat seisi kelas kompak menjawab "Iya bu pusing"
Namanya juga murid jika ditanya dan akan melibatkan sedikit kebebasan untuk berpikir pasti terasa sangat antusias jawabannya.
"Ya sudah kerjakan nanti saja, yang mau bercerita silahkan kedepan ibu beri waktu satu jam" ujar bu Ida memberikan dispensasi pada muridnya ini dan lihatlah sorakan semua siswa sangat terdengar disini.
Para murid mendengarakan cerita dari bu Ida karena yang ditunjuk ataupun disuruh tidak ada yang berani bercerita, alhasil bu Ida sendiri yang harus bercerita dan didengarkan oleh para anak didiknya. Sania, Aisyah dan Ida sibuk mendengarkan dan menyimak sesekali mereka tertawa karena ulah teman-teman mereka yang menggoda Bu Ida hingga bu Ida terkadang menunjukkan sikap killernya.
Namun disisi lain ada seorang laki-laki yang terus memperhatikan mereka bertiga terutama pandangannya tertuju pada Sania yang tersenyum manis dan membuatnya merasa nyaman ketika memandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Teen FictionCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...