"Jujur kamu membuat hatiku tenang, aku selalu tersenyum saat mengingatmu. Ijinkan aku berjodoh denganmu"
Gus Aji
****
Setelah kepergian Sania, Ning Ela dan Gus Aji segera pergi ke parkiran dan kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk ke rumah makan sesuai janji Gus Aji tadi ketika pergi ke toko buku.
Setelah menemukan restauran yang pas mereka turun dan memesan makanan agar tidak pulang terlalu sore. Sambil menunggu pesanan datang mereka asik bercerita hingga Ning Ela menanyakan alasan Gus Aji tidak tinggal di ndalem.
"Mas tadi katanya mau kasih tau alasan mas tidak tinggal di dhalem" tanya Ning Ela polos.
"Iya Ning, jadi begini alasan mas tidak tinggal dipondok itu karena mas tidak mau santri-santri berperilaku aneh pada mas, istilahnya gila hormat, mas ndak mau dek jadi mas putuskan buat tinggal di asrama saja dan menjadi santri dipesantren abi biar tidak ada yang curiga jika mas putra sulung abi yang baru pulang dari Mesir" jujur Gus Aji sambil menghela nafas dan melanjutkannya kembali.
"Mas dapet kabar katanya santri pondok tau kalau mas akan pulang dari Mesir makanya mas ndak mau kepulangan mas ada yang tau ataupun disambut cukup keluarga dhalem saja yang tau. Dan alasan selanjutnya mas dijodohkan Ning" kali ini ucapan Gus Aji terdengar melemah.
"Hah! Mas serius mau dijodohkan?" Terkejut ning Ela tak percaya.
"Iya Ning, abi sendiri yang bilang dengan mas waktu mas masih di Mesir" jelas gus Aji sendu.
"Terus mas mau dijodohkan? Dengan siapa mas dijodohkan? Mas sudah bertemu dengan calon istri mas?" Serentetan pertanyaan dari ning Ela membuat gus Aji terkekeh, adiknya ini cerewet sekali.
"Satu-satu Ning mas bingung mau jawab yang mana dulu" gus Aji terkekeh melihat adiknya yang mulai kepo akan dirinya.
"Jawab saja mas" dan kembali lagi Ning Ela cemberut karena melihat Gus Aji yang terkekeh.
"Iya Ning, mas mau dijodohkan karena itu amanah almarhum kakek kita Ning sebelum beliau wafat. Dan mas tidak tau siapa wanita yang dijodohkan dengan mas. Kata abi setelah Ujian nanti yang akan dijodohkan dengan mas mau tinggal dipesantren agar tau kehidupan pesantren seperti apa, begitu kata abi" jujur gus Aji.
Dan ketika itu pula pesanan makanan mereka datang dan segera saja mereka memakannya agar bisa segera pulang.
"Ya sudah mas makan dulu saja dan makasih ya mas sudah mau bercerita sama Ning" gus Aji mengangguk dan tersenyum tak lupa mengacak jilbab adiknya ini. Gemas sekali gus Aji dengan adiknya ini.
Tak lama mereka makan dengan hening dan menikmati pesanan mereka masing masing.
Hingga mereka memutuskan untuk segera kembali ke pesantren agar tidak terlalu sore dan juga mereka masih punya jadwal mengaji dan hafalan dipondok tentunya.
Setelah sampai didepan dhalem Gus Aji dan Ning Ela segera masuk dan bersiap dengan kegiatan mereka masing masing.
Gus Aji kembali ke kamar asramanya dan segera pergi ke masjid agar tidak terlambat menjalankan ibadah salat ashar.
Saat diperjalanan menuju kamar pondoknya Gus Aji bertemu dengan kedua sahabatnya.
"Assalamu'alaikum Gus jenengan dari mana?" Ujar Fiqi sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Teen FictionCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...