41

10.9K 412 5
                                    

"Itu bukan cinta tapi obsesi.
Cinta itu rela dan ikhlas. Karena sebenarnya cinta sejati adalah cinta yang tidak harus memiliki"

****

Mirna

Hari ini aku berencana menemui Gus Aji dengan memberinya surat untuk menemuiku ditaman dekat masjid setelah pulang kuliah. Untung saja jadwal pertama hanya ada dua mata kuliah saja jadi aku pulang lebih awal.

Tadi pagi setelah selesai shalat subuh aku menemui salah satu teman dari Ning Ela, biasanya sih semua surat dititipkan pada Ning Ela. Tapi aku ndak yakin jika aku memberikannya langsung pasti Ning Ela akan curiga denganku.

Akhirnya aku menitipan surat itu pada temannya saja, dengan sedikit mengancam jika suratnya tidak sampai ditangan Gus Aji makan aku akan membuatnya tidak betah hidup dipondok.

Aku sedang duduk didekat ruang kelasku karena sebentar lagi jam pertama dimulai. Aku melihat kanan kiriku ramai suara berbisik dan menyapa.

Karena rasa penasaran aku melihat sekeliling dan ternyata mahasiswa maupun mahasiswi semua menyapa Gus Aji. Agh bakal sulit pasti banyak sainganku. Batinku.

****

Gus Aji sudah sampai ditempat parkir mobil. Meski jarak kampus dan ndalem teekesan dekat namun ia jaga jaga bila ada tugas mendadak ke kota dan memerlukan kendaraan jadi ia sudah stay terlebih dahulu.

Setelah melihat jam dipergelangan tangannya Gus Aji memasuki koridor, banyak sekali mahasiswa ataupun mahasiswi yang menyapanya. Banyak pula yang berbisik namun masih terdengar oleh Gus Aji.

"Masyaallah indah sekali ciptaanMu"

"Calon suami idaman"

"Ganteng Ya Allah, sisain satu"

Banyak suara namun Gus Aji hanya fokus dengan jalan dan segera memasuki ruang khusus dosen. Ia teringat akan surat pemberian dari Ning Ela. Ia juga masih memikirkan tentang kejadian yang menimpa Sania.

Gus Aji mendudukan dirinya dikursi mejanya setelah menyapa dosen yang lain. Segera saja Gus Aji mengambil amplop berwarna biru didalam tasnya.

Assalamualaikum Gus

Maaf sebelumnya saya lancang. Tidak seharusnya saya memberi njenengan surat seperti ini.
Namun apalah daya rasa ini sudah membuncah, saya suka bahkan cinta dengan njenengan Gus.
Jika Gus Aji ingat, saya adalah wanita yang pernah menyatakan perasaan saya ketika bertemu njenengan ditaman dekat masjid.
Saya mohon Gus temui saya ditaman saat saya mengungkapkan perasaan saya pada njenengan
Tolong Gus beri saya jawaban yang pasti
Maaf sebelumnya Gus saya lancang...

Wassalamualaikum...

Yang mengagumimu..
Mirna

Gus Aji tampak berpikir dengan isi surat yang diberikan Mirna. Hari ini jadwalnya tidak begitu padat, namun ia juga harus mencari siapa pelaku penguncian Sania.

Berakhirlah pada idenya yang mendadak terlintas. Jam sudah menunjukkan jam delapan dan artinya ia harus segera masuk kelas untuk mengajar hari pertama.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang