20(Revisi)

13.5K 504 3
                                    

"Kamu doa yang Allah kabulkan untukku"

****

Malam harinya dikediaman keluaraga Kyai Sulaiman semua sedang bersiap untuk pergi menghadiri acara makan sekaligus membahas perjodohan Gus Aji.

Gus Aji sudah bersiap dengan koko putih yang ia balut dengan jas berwarna abu-abu serta sarungnya yang berwarna hitam.

Sedangkan Ning Ela masih bersiap dikamarnya, Ning Ela menggunakan gamis berwarna hijau tosca dengan jilbab yang senada dengan motif bunga dan daun, Ning Ela juga menambahkan bros berbentuk bunga yang ia pasangkan dibawah pundaknya hingga jilbabnya menutupi dadanya.

Berbeda dengan Nyai Latifah dan Kyai Sulaiman yang menggunakan batik couple berwarna cokelat dengan Kyai Sulaiman menambahkan surban dan Nyai Latifah menambahkan kain seperti jilbab pashmina untuk menutupi bagian depannya.

Setelah semua merasa siap dan lengkap keluarga Kyai Sulaiman segera berangkat menuju lokasi yang sudah diberitahu oleh budhe Intan atau budhe dari Sania.

*****

Suasana dirumah Sania tak kalah ramai dan semua bersiap dengan pakaian masing-masing.

Sania sedari tadi sudah didepan cermin, ia sudah mengenakan gamis yang dibelikan oleh ibunya, dan ibunya meminta Sania memakai gamis itu. Gamis yang dipakai Sania saat ini adalah perpaduan antara warna kuning dan hitam yang sangat bagus dipakai Sania.

Sania juga memakai jilbab syar'i berwarna hitam yang menambah kecantikannya dengan hiasan bros kupu-kupu yang Sania pakai dibawah pundaknya.

Saat Sania sedang didepan cermin ibunya mengetuk pintu dan masuk kedalam kamar Sania. Ibunya mengusap lengan Sania yang masih menatap kaca meja riasnya sembari tersenyum

"Kamu cantik sekali nak" puji ibu Sania yang masih setia mengusap lengan Sania.

"Terimakasih bu, siapa dulu ibunya" Sania tak kalah memuji ibunya dengan senyuman yang selalu menghiasi bibir manisnya.

"Apa kamu bahagia nak?" Pertanyaan ibu yang membuat senyum Sania hilang dan diganti dengan tatapan kebingungan akan pertanyaan ibunya.

"Maksud ibu bagaimana bu?" Bingung Sania.

"Kamu bahagia dengan perjodohan ini nak?" Sekali lagi Sania menganggum dengan pertanyaan sang ibu tambah lagi dengan tersenyum walaupun ada rasa ragu dalam dirinya.

"Insyaallah Sania bahagia bu, perjodohan ini juga demi kebaikan Sania kan" Sania berusaha meyakinkan sang ibu, juga meyakinkan dirinya sendiri.

"Iya nak ibu percaya sama kamu, semoga kamu selalu bahagia ya nak" ibu Iza memeluk putrinya dari belakang.

"Aamiin terimakasih bu" Sania mengangguk masih dengan tersenyum dan membalas pelukan ibunya dengan memegangi kedua tangan ibunya.

"Ya sudah nanti ibu jemput ya kalau tamunya sudah datang, ibu kebawah dulu assalamu'alaikum" jelas ibu sembari melepaskan pelukkannya dan melenggang pergi keluar kamar Sania.

"Iya bu, wa'alaikum salam" gumam Sania masih dengan tersenyum walau sebenarnya ia ingin sekali menangis namun sebisa mungkin ia tahan agar ibunya tidak khawatir dengannya.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang