29(Revisi)

11.7K 429 6
                                    

"Bahagia bisa datang kapanpun asalkan diri ini ikhlas dan terus bersabar"

***

Waktu berlalu begitu cepat, Sania dan temannya sudah menyelesaikan kegiatan hari ini. Acaranya selepas shalat isya mereka akan kembali ke kamar karena esok sudah mulai berkuliah. Kebetulan Sania, Rara dan Suci satu fakultas dan satu kelas jadi esok mereka akan mulai masuk kampus baru mereka sebagai mahasiswa baru yang akan mengikuti masa orientasi.

Sama dengan Gus Aji esok juga akan mulai mengajar setelah diterima menjadi dosen agama di universitas Al Amin yang masih satu yayasan dengan pondok pesantren Al Furqon.

Gus Aji sendiri mengajar mahasiswa disemester awal itu artinya ia juga akan mengajar Sania nantinya.

****

Meski Sania tidak tinggal di dhalem bersama keluarganya, Gus Aji tetap tinggal dikamar asramanya bersama Iqbal dan Fiqi. Mereka sedang mempersiapkan untuk keperluan mengajarnya.

"Gus apa santri sudah tahu perihal khitbah yang sudah dilakukan Gus Aji" suara Fiqi yang tiba-tiba bertanya pada Gus Aji yang sedang merapikan bukunya setelah selesai dibaca.

"Sepertinya tidak ada yang tahu Fiq" jawabnya dengan masih merapikan buku.

"MasyaAllah kalo salah satu tahu pasti langsung heboh Gus bisa-bisa mereka langsung bikin hari galau seantero pesantren" kini suara Iqbal yang berbicara dengan kekehannya.

Pasalnya fans Gus Aji sendiri banyak dari kalangan santriwati hampir semua mengidolakan bahkan menginginkan menjadi pendamping hidup dari seorang Gus Aji.

"Ngawur sampean bicaranya Bal, kalaupun mereka tahu ya mau bagaimana lagi yang terpenting jangan sampai ada yang berlebihan" ujar Gus Aji santai namun berbeda dengan kedua sahabatnya yang bingung dengan jawaban Gus Aji.

"Berlebihan bagaimana Gus?" pertanyaan Fiqi yang masih setia menatap Gus Aji dengan kening berkerut tanda ia tidak paham dengan yang dikatakan Gus Aji

"Ya berlebihan Fiq sampai menyakiti dirinya sendiri, ya saya tidak mau suudzan Fiq. Biarkan kabar ini yang tahu keluarga dhalem saja" perkataan Gus Aji yang kali ini mengandung kekhawatiran terlebih Sania calon istrinya tinggal dipesantren ini walaupun sekarang sebagai santri cepat atau lambat kabar ini akan terdengar ditelinga para santri. Sesegera mungkin Gus Aji membuang pikiran negatifnya dengan langsung beristigfar.

'Astagfirullah hal adzim' gumam Gus Aji

"Baik Gus" ucap Iqbal dan Fiqi bersamaan dengan mereka menganggukan kepala tanda paham akan penjelasan Gus Aji.

"Ya sudah istirahat saja, besok kan sudah mulai kegiatan jangan sampai kesiangan" ujar Gus Aji mengajak kedua sahabatnya tidur agar esok mereka tidak kesiangan dan diangguki oleh kedua sahabatnya.

****

Tidak jauh berbeda dengan kamar yang ditempati Sania dan kedua temannya. Mereka sedang mempersiapkan seragam untuk esok mengikuti masa orientasi mahasiswa baru.

Biasanya mahasiswa baru diperkenankan menggunakan pakaian putih serta rok dan jilbab hitam bagi perempuan sedangkan laki-laki menggunakan pakaian putih serta celana dan peci hitam agar berbeda dengan mahasiswa yang lama.

"Eh San, Ra tahu ndak itu Gus Aji katanya mulai besok bakal jadi dosen diuniversitas kita" suara Suci yang memberitahukan jika Gus Aji akan menjadi dosen diuniversitas tempat mereka menimba ilmu.

Sania yang sudah tahu hanya menautkan alisnya tanda ia bingung kenapa temannya sangat antusias memberi tahu perhal Gus Aji.

"Oya? Kata siapa kamu Ci, wah bakal tambah banyak nih fensnya" perkataan Rara membuat Sania kaget walaupun Ning Ela sudah menceritakan sedikit tentang Gus Aji padanya namun ia tetap masih kaget dan penasaran.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang