56

13.4K 502 24
                                    

"Sejatinya menikah adalah menyatukan dua hati dan dua pemikiran hingga menjadi satu tujuan yang sama. Dan itu pula bukan hal yang mudah"

****

Tiga hari setelah sakit dan gus Aji selalu menjadi suami siaga. Hari ini keadaan Sania sudah lebih baik, dan itu artinya sudah tiga hari pula usia pernikahannya.

Namun yang dirasakan Sania adalah rasa bersalah karena dirinya hanya bisa menyusahkan suaminya saja. Meski berkali kali Sania meminta maaf dan berterimakasih namun tetap saja jawaban gus Aji sama.

"Sania istri abi jadi Sania adalah tanggung jawab abi"

Kalau sudah begitu Sania bisa apa selain bersyukur dan menangis, bukan tidak bahagia justru itu tangis bahagia ketika Allah maha pemurah meberikan Sania begitu banyak kasih sayang padanya.

"Abi apa Sania boleh tanya" tanya Sania hati hati.

Saat ini Sania dan gus Aji sedang menikmati udara pagi dibelakang rumah Sania yang masih asri dan segar dengan duduk digazebo bersama.

"Tentu saja, insyaallah jika abi bisa jawab akan abi jawab" jelas gus Aji.

Sania tampak merilekskan badannya sebelum bertanya. Walaupun pertanyaannya bukan pertanyaan berat menurut Sania.

"Abi ngijinin Sania cuti berapa hari bi" tanya Sania dengan memandang lekat wajah teduh gus Aji.

Gus Aji menoleh dan tersenyum memandang istrinya. Ia tahu pasti istrinya bosan dan jenuh karena sehabis sakit hanya berdiam diri dirumah, keluar pun hanya duduk digazebo belakang rumah.

"Satu setengah bulan memangnya kenapa?" Tanya gus Aji dengan masih memandang wajah istrinya yang saat ini tengah terkejut akan jawaban gus Aji.

"Abi ndak bercanda kan?" Tanya Sania. Gus Aji menggeleng.

Memang benar gus Aji mengambil cuti selama satu setengah bulan itu pun dengan alasan agar dirinya dan Sania bisa beradaptasi sekaligus mempersiapkan acara untuk resepsi dikediaman gus Aji.

Sania menghela nafasnya berat, satu setengah bulan adalah waktu yang lama. Belum lagi ia hanya dirumah dan belum kembali ke pondok. Rasanya bosan sekali hanya berdiam diri seperti ini.

"Sania bosan? Mau jalan?" Tanya gus Aji yang seperti tahu akan isi otak Sania yang sedang membicarakan tentang bosan.

Sania memandang iris mata teduh gus Aji. Tidak ada kebohongan jika memang suaminya ini mengajak jalan.

"Mau tidak" tanya gus Aji lagi dengan menaik turunkan alisnya dan senyum yang menggoda Sania.

Sania tersenyum dan mengangguk mengiyakan ajakan gus Aji. Lagipula ia sudah bosan tiga hari hanya berdiam diri dirumah dan dikamarnya karena sakit.

"Ya sudah nanti siang kita jalan jalan ya" ajak gus Aji. Sania hanya mengangguk dengan senyum yang selalu tersungging dibibir manisnya.

****

Suci dan Rara sedang menghindari seseorang yang beberapa hari ini sering bertanya perihal Sania.

Sebenarnya bisa saja Suci dan Rara menjelaskan semuanya. Namun mereka berpikir jika menjelaskan semuanya tanpa memberitahu Sania pasti masalahnya akan lebih panjang.

Terlebih ini yang menjadi suaminya adalah gus Aji, salah satu dosen yang digemari kaum hawa.

Sudah beberapa hari ini semenjak Sania mengambil cuti, Suci dan Rara berangkat ke kampus dengan jalan yang berbeda karena menghindari seseorang.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang