4 (Revisi)

16.1K 596 0
                                    

"Kenapa harus aku? Bukan mereka saja lagipula bukan aku perempuan satu satunya dikeluarga besar kita"

~ Sania Putri Maheswara

****

Cuaca malam ini sangat mendukung bagi keluarga Maheswara, pasalnya mereka sedang mengadakan acara makan malam dan malam hari ini penuh dengan bintang bahkan bulan yang memancarkan sinar indahnya.

Malam ini sudah berkumpul keluarga antara keluarga Ilham, Budhe Intan dan Bulek Ita yang mempunyai nama belakang sama yaitu Maheswara. Mereka sudah berkumpul dengan keluarga mereka masing-masing. Ya acara makan malam akan segera dimulai, mereka keluarga bahagia banyak sepupu dan ponakan Sania yang datang dan meramaikan acara makan malam hari ini.

Sania juga sedang bermain dengan sepupu dan ponakannya yang masih kecil. Mereka asik bermain dihalaman belakang rumah Sania yang memang memiliki taman dan kolam hingga asik untuk bermain, ada juga ayunan yang selalu Sania gunakan jika sedang bosan dirumah Sania akan bermain ayunan dan membaca buku kesukaannya.

Seperti saat ini Sania sedang duduk diayunan bersama dengan sepupunya yang seumuran dengannya, namanya Sovia Dwi Maheswara sama dengan Sania, Sovia juga duduk dibangku kelas tiga SMA tapi beda SMA dengan Sania walaupun satu kota dengan Sania. Mereka sangat akrab bisa dibilang kembar karena sering menghabiskan waktu bersama ketika liburan tiba. Sovia anak kedua kakaknya laki-laki sudah menikah dan sudah memiliki satu anak bernama Genta.

"San gimana sekolahmu?" Suara Sovia memecahkan keheningan.

"Baik kok Sov, kamu sendiri bagaimana?" Sania balik bertanya pada Sovia. mereka memang dekat, dari dulu mereka selalu berbicara dengan menggunakan bahasa aku kamu jadi mereka selalu halus kalau sedang berbicara.

"Aku baik, hanya saja sedang ada masalah tapi bukan masalah besar kok" keluh Sovia jujur, Sovia juga sering curhat dengan Sania begitu juga sebaliknya. Tapi ingat Sania lebih terkesan tertutup dan lebih baik diselesaikan sendiri.

"Masalah apa Sov cerita aja sih" ujar Sania

"Gatau San, aku lagi ada masalah dengan pacarku" ujar Sovia jujur. Sania mengerutkan dahinya ia kaget karena mendengar Sovia pacaran.

"Kamu pacaran Sov? Sejak kapan? Sama siapa? Kok gapernah cerita sama aku?" Serentetan pertanyaan yang mirip seperti introgasi mengalir begitu saja dari mulut Sania.

"Haduh satu satu napa San heran aku sama kamu" keluh Sovia pusing.

"Hehe ya mon maap Sov kan aku kaget, yaudah sih jawab aja" ujar Sania

"Iya dengerin jangan motong ceritaku ya" ujar Sovia dan diangguki oleh Sania

"Jadi gini, belum lama ini ada cowok ngedeketin aku. Awalnya aku biasa aja tapi semakin lama aku nyaman sama dia. Dia juga sering nyemangatin aku, sampai suatu hari dia nyatain cinta dan aku terima aja sebagai penyemangat, eits jangan salah paham dulu, aku pacaran juga tau aturan kok San. Aku cuma saling menyemangati aja. Nama pacarku Ardan satu kelas sama aku" ujar Sovia menjelaskan semua pada Sania.

"Tapi kamu nggak pernah macem-macem kan sama dia? Lalu apa masalahmu?" Introgasi Sania kembali. Sovia menghela nafasnya pasrah.

"Ya enggak lah gila kali aku juga masih inget San. Aku cemburu San, Ardan deket sama cewek dikelas kadang juga dia cuek sama aku" Jujur Sovia sedih, ini kali pertama bagi seorang Sovia merasakan cemburu pada pacarnya Ardan.

"Yaudah kamu positif aja, jangan macem-macem. Inget pesanku kalo bisa jangan pacaran Sov gabaik loh" ujar Sania memberi saran pada sepupunya ini. Ia takut sepupunya akan sakit hati dan justru akan menjadi beban dana berpengaruh pada sekolahnya nanti. Doa Sania hanya satu, semoga Sovia segera disadarkan dari zinanya karena pacaran.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang