"Ikuti saja alurnya, nikmati setiap langkahnya. Jika ragu berhentilah sejenak tenangkan pikiranmu. Jangan takut takdir Allah selalu yang terbaik"
****
Dan tepat pukul 13.00 waktu setempat Sania sudah bersama ning Ela untuk bersiap pergi mencari buku keperluan ning Ela.
"Mbak nanti anterin ning ke mall sama toko buku deket mall ya ning mau beli novel sama buku paket matematika" jelas ning Ela pada Sania
"Iya ning mbak ngikut kamu saja"
Sania dan ning Ela akan pergi bersama dengan kang Usman menggunakan mobil. Kebetulan kondisi pondok sekarang sedang sepi jadi Sania setuju jika menggunakan mobil. Awalnya Sania menolak karena takut jika dikira macam macam pergi dengan ning Ela karena ya tahu sendiri kan kabar Sania dan Gus Aji tidak ada yang tahu selain orang terdekat mereka.
"Mau kemana ning" tanya Gus Aji yang baru saja ingin masuk ndalem.
"Eh mas udah pulang, ning mau ke toko buku sama mbak Sania dianter kang Usman" jelas ning Ela.
"Kok ndak ajak mas aja ning" rajuk Gus Aji.
"Ning kan tahunya mas pulang sore, yaudah ayo kalo mau ikut" ajak ning Ela.
"Memangnya boleh" tanya Gus Aji dengan melirik Sania yang dari tadi menunduk.
"Kalau ning boleh, ndak tahu kalo mbak Sania ngijinin ndak" goda ning Ela.
"Eh, boleh kok ning" jawab Sania gugup.
Gus Aji tersenyum, segera ia masuk ndalem berpamitan kepada umi dan menyuruh kang Usman untuk menunggunya.
****
Perjalanan dari pondok menuju pusat kota memakan waktu sekitar limabelas menit. Memang jaraknya tidak terlalu jauh namun berhubung tidak ada kendaraan umum jadi masyarakat harus berjalan kaki terlebih dahulu. Tapi jika mempunyai kendaraan pribadi hanya membutuhkan waktu yang ssbentar.
Pusat kota biasanya terkenal dengan ramai dan macet, apalagi siang hari sepertinya mall dan toko buku menjadi incaran remaja yang ingin sekedar jalan jalan saja.
"Kita kemana dulu ning" tanya kang Usman.
Gus Aji dan kang Usman duduk didepan sedang Sania dan ning Ela dibelakang. Sedari tadi berangkat hening tidak ada percakapan semua bergelut dengan pikirannya masing masing.
"Tolong anterin ning ke toko buku dulu ya kang, habis itu ke mall" pinta ning Ela.
Kang Usman mengangguk mengerti, sedang Gus Aji menaikkan sebelah alisnya bingung. Tadi katanya ke toko buku kenapa jadi ke mall.
"Kok ke mall ning" tanya Gus Aji bingung.
"Iya mas, ning pingin cari gamis mumpung sama mbak Sania, nanti bisa minta dipilihin model hehe" jelas ning Ela dengan cengiran khasnya.
Kini giliran Sania yang bingung, pasalnya sebelum berangkat memang ning Ela bilang dengan Sania untuk mengantarnya mencari buku untuk reverensi dan sekalian ke mall main bukan mencari gamis.
"Memangnya mbak Sania nya mau" goda Gus Aji. Sania tersenyum dengan godaan gus Aji pada ning Ela.
Ning Ela memandang Sania dengan wajah memelas meminta persetujuan pada Sania.
"Mbak mau kan ya tolong mbak" ucap ning Ela dengan nada manjanya dan menangkupkan tangannya didepan dadanya tanda minta tolong.
"Iya mbak mau ning" jawab Sania dengan terkekeh.
"Dasar manja" cletuk Gus Aji.
Ning Ela yang mendapat ejekan hanya memanyunkan bibirnya sedang Sania yang melihat tingkah kakak beradik ini hanya geleng geleng kepala tidak lupa senyum dibibirnya selalu terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Teen FictionCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...