Masyaallah terimakasih untuk 1k bintangnya.
Saya senang sekaligus nggak nyangka bisa banyak yang baca juga meninggalkan jejak. Ahamdulillah terimakasih untuk apresiasinya❤️
Saya nggak nyangka saja, ini cerita pertama saya. Murni dari pemikiran saya yang amburadul ini.
Terimakasih berkat dukugan dan komentar kalian saya jadi semangat menulis dan melanjutkan cerita ini
Semoga tidak membosankan
*
*
Spesial part 1k vote hehe
*
*
Happy Reading❤️❤️**
"Husnudzan saja Allah lebih tahu, serahkan saja yang terbaik padaNya"*****
Fajar telah datang menggantikan temaramnya malam. Hari ini mentari begitu ceria, merasakan dinginnya cuaca dipagi ini.
Mungkin banyak manusia yang masih bergelut dengan dunia mimpinya. Bagaimana tidak, cuaca begitu dingin meski mentari mulai naik memancarkan sinar paginya.
Tapi jika yang malas tetap akan enak berada dikasur dengan balutan selimut tebal. Nikmat bukan, namun tidak dengan Sania.
Sedari pagi ia sudah rapi bersama kedua sahabatnya. Melakukan segala rutinitas dengan semangat. Bersyukurlah Sania ketika ia masih bisa menghirup udara dengan bebasnya tanpa alat bantu apapun, sehat wal afiat. Alhamdulillah.
'Nikmat mana lagi yang dustakan' batin Sania.
"Hayo pagi pagi udah senyum senyum sendiri" tanya Suci.
Bukan menjawab justru Sania menatap sahabatnya dengan tatapan tajam pasalnya Suci sahabatnya sudah mengagetkannya.
Beda dengan Sania, Suci justru cengengesan dengan menggaruk belakang kepalanya yang tertutup jilbab, ia tahu jika sudah mengagetkan Sania jadi ia pura pura tidak tahu saja.
"Kebiasaan ngagetin" ketus Sania.
Rara yang datang melihat tingkah kedua sahabatnya hanya geleng geleng kepala saja. Ya tahulah Suci kalau sudah ditatap seperti itu oleh Sania pasti sudah melakukan sesuatu.
"Pagi pagi sudah ngusilin Sania aja Ci, kebiasaan" celetuk Rara. Bagaimana dengan Suci? Ia tetap polos menggaruk belakang jilbabnya dengan cengiran khasnya.
"Lagian Sania aneh pagi pagi udah senyum senyum sendiri" jelas Suci.
"Udah udah yuk sarapan abis itu berangkat. Ohya San nanti sehabis dari kampus ditunggu Ning Ela dindalem" jelas Rara.
Sania menoleh karena penjelasan Rara. Tumben biasanya Ning Ela akan menghampirinya dikamar pondok, tidak berpesan seperti ini.
"Ada apa?" Tanya Sania. Baik Rara ataupun Suci hanya mengangkat bahunya tanda mereka tidak tahu.
"Yasudah yuk sarapan dulu keburu siang"
Mereka bertiga sarapan dengan nikmat dengan tidak bersuara saking menikmatinya.
****
"Assalamualaikum mbak Sania" Dengan nafas tersengal ning Ela menghampiri Sania yang baru saja pulang dari kampusnya.
"Waalaikum salam, ada apa ning kok lari lari" tanya Sania heran.
"Mbak dicari mas Aji katanya ada yang mau dibicarakan" Sania bingung, tadi pagi yang mencarinya ning Ela kenapa sekarang jadi Gus Aji, ada apa sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)
Teen FictionCerita ini berubah judul dari Kamu Gusku menjadi Meniti Rasa. Ceritanya tetap sama, hanya diubah judulnya saja. *** Dijodohkan? Dengan siapa? Tapi kenapa harus aku? semua pertanyaan yang hanya ada dibatinku tanpa bisa aku ungkapkan sebelumnya Jika...