14(Revisi)

11.9K 397 1
                                    

"Aku mengenalmu namun aku yakin kau tak mengenalku"

~Mirna

****

Part ini kusus Mirna :v

Aku sudah bersiap sedari tadi sesudah sholat isya. Aku juga sudah mengganti bajuku dengan gamis yang cocok untuk pengajian rutinan.

Aku bersiap berangkat ke aula lebih awal agar bisa duduk didepan dan melihat siapa sebenarnya putra sulung Kyai Sulaiman yang membuat geger seantero pesantren.

"Ika ayo berangkat nanti kita dapet tempat dibelakang kalo kelamaan" kesalku pada Ika karena lelet sekali dandannya.

"Iya Mir sebentar lagi pake bedak" aku membola, bisanya Ika membuatku bertambah kesal.

"Ah lama sekali kamu, nanti kita kebagian dibelakang gabisa liat putra sulung Kyai,siapa tau dia ganteng" desakku antusias agar Ika lebih cepat.

Setelah menunggu Ika bersiap aku dan Ika segera menuju ke aula, tak lupa aku membawa buku catatan siapa tau ada hal penting yang bisa dicatat.

Aku memasuki aula bersama Ika, netraku melebar melihat para santri putra maupun putri sudah banyak yang datang.

Bisanya jika pengajian rutinan biasa mereka datang lebih lama dari pada ini yang sebagian sudah duduk dan menunggu acara dimulai. Apa karena kabar putra sulung kyai yang sudah menyebar jadi mereka berbondong-bondong berangkat awal agar bisa duduk didepan? Mungkin saja begitu

Aku mencari tempat bersama Ika hingga menemukan tempat didepan yang tidak jauh dari kursi keluarga dhalem.

Aku dan Ika duduk sambil sesekali bercerita dengan Ika tentang siapa sebenarnya putra sulung kyai hingga tiba-tiba suasana aula ramai riuh seperti kedatangan keluarga dhalem.

Deg....

Ya benar saja dari pintu utama aula terlihat abdi dhalem berjalan dan diikuti Kyai Sulaiman beserta bu nyai dan Ning Ela tapi siapa laki-laki yang digandeng Ning Ela?

Seperti laki-laki tampan yang ingin aku cari namanya. Laki-laki yang begitu cuek ketika aku temui ditaman dan apa hubungan mereka berdua? Batinku bertanya-tanya hingga aku beranikan bertanya pada Ika siapa tau dia tau sesuatu.

"Ik kamu tau dia siapanya Ning Ela" tanyaku penasaran.

"Ndak tau Mir, tapi mereka cocok ya Mir" jawaban Ika membuatku merasa marah.

"Kok kamu jawabnya begitu Ik, kamu kan tau aku suka sama dia" tegasku yang membuat Ika seperti tak enak hati

"Aduh Mir jangan marah ya maafkan aku, ya mungkin saja itu putra sulung kyai makanya Ning Ela seperti itu. Dan pilihan keduanya itu suami Ning Ela" benar juga apa ucapan Ika yang hanya aku angguki saja karena kesalku padanya.

"Yaudah Mir kita nyimak aja acara hari ini siapa tau ada kesempatan buatmu deket sama putra Kyai Sulaiman" lanjut Ika menyemangatiku.

Meniti Rasa (Selesai, Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang