Lalu, bagaiman hari-harimu kala malam terakhir kita bertukar gusar? Senanglah? Lapangkah dadamu saat kau putuskan garis-garis semu? Bebaskah kau pada saat itu? Bagaimana pejammu ketika aku sudah tiada? Pulas tanpa ada rasa kesal? Bersukacita lah engkau?
Kabarnya, terbangmu sudah temu tuntas dengannya, betulkah itu?
Kudengar , kau bisa mengucap dan mengatup, membuka dan menyentuh sampai ke tepi tanpa rasa ngeri. Benarkah itu?Bagaimana dengan kabar yang baru?
Jelitanya lebih nampak dengan garis perangnya, ya? Eloknya lebih nyalang daripada yang diluar kah? Ia merupakan suakasanggama- tempatmu berlumur dosa, bukan? Ia yang betul-betul kau jadikan tempat cumbu, titik tumpu, tempatmu berputar-putar pada satu, kan?Telingaku sudah tidak asing dengan yang sekarang menggema. Mataku sudah berpaling arah dari yang ternyata ada. Halo, hai, iya, jika begini sakitnya menerima yang kau hadirkan - tidakkah kau merasa sedikit saja nyeri dalam hal pergi?
Patut dipertanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkit Dari Keterpurukan
PoesíaBangkit dari masa lalu yang menghantui pikiran, dan kenangan. Fase dimana dari awal saya terpuruk menjadi bahagia seperti sekarang. Semua tergantung masing-masing orang. Ingin bertahan tetapi disakiti atau melepaskan Demi kebahagiannya. Tuhan tidak...