Jinhyuk meringis ketika Mama menekan icepack pada hidungnya. Ia mengambil icepack itu dari tangan Mama dan melakukannya sendiri. Yoo Inna terlihat jengkel pada putra sulungnya. Setengah jam lalu, Yoo Inna mendapatkan telepon dari pihak kampus dan mengatakan kalau ada mahasiswa yang memukul Jinhyuk.
"Besok Papa pulang," ujar Yoo Inna.
Jinhyuk menatap Mama lekat. "Bukannya baru mau pulang hari Rabu?"
"Siapa yang gak langsung pulang setelah denger anaknya kena pukul?" seru Yoo Inna dengan jengkel. Jinhyuk terlihat santai saja, padahal hidungnya masih merah.
"Untungnya pihak kampus bilang yang mukul kamu dapet hukuman. Kakak tingkat kamu yang ngebelain kamu juga dapet hukuman. Tapi cuma hukuman ringan," ujar Yoo Inna lagi.
Jinhyuk mengangguk kecil. Dia mungkin harus menemui Daniel untuk meminta maaf secara langsung sekaligus berterima-kasih. Jika bukan karena Jinhyuk yang insiatif mendorong Jungho keluar dari ruangan latihan mereka, mungkin dia tidak akan kena pukul. Tapi masa Jinhyuk harus diam saja mendengar semua teriakan Jungho yang menghina klub fencing hanya karena salah satu dari anggotanya dituduh merebut kekasihnya.
Teriakan Jungho juga menarik perhatian mahasiswa lain. Jinhyuk hanya ingin Jungho bicara di luar ruangan. Tapi malah dia yang terkena tinju Han Jungho.
"Emang ada masalah apa sih?" tanya Yoo Inna dengan nada khawatir.
Jinhyuk melirik sang Mama lalu menurunkan icepack dari hidungnya. "Nggak tau. Tiba-tiba aja dia dateng trus marah-marah. Bilang kalo anggota klub ada yang ngerebut ceweknya. Karena berisik, aku sama yang lain berusaha nyuruh dia pergi. Tapi dia gak terima dan malah langsung mukul."
"Cuma karena perempuan?"
"Ya, gitu. Udahlah. Gak usah dibahas lagi. Aku juga gak papa."
"Tapi bukan kamu kan, kak?"
Jinhyuk tersenyum kecil. "Aku mana kenal sama perempuan sih, Ma. Tiap hari udah sibuk sama tugas kuliah, masa masih punya waktu buat ngerebut cewek orang."
"Mama cuma tanya. Tapi beneran Mama gak perlu ke kampus?"
Jinhyuk menggeleng. "Nggak usah. Nanti malah tambah panjang. Bukan aku juga yang ngerebut cewek dia. Dan dia juga udah dapet hukuman."
"Yaudah. Kamu istirahat, ya. Tapi kalo kamu ngerasa sakit, bilang ya. Biar kita ke rumah sakit."
Jinhyuk hanya bergumam. Yoo Inna tersenyum lalu beranjak dari tempat tidur. Jinhyuk sendiri terus memperhatikan Mama keluar kamarnya sampai pintu tertutup rapat. Jinhyuk menghela nafas panjang lalu mengeluarkan sebuah liontin kalung dari balik kausnya yang masih ada noda darah. Jinhyuk mengecup liontin itu.
"Jinhyuk gak papa kok, Bun. Jangan khawatir ya."
*****
"Abang!!"
Jinhyuk menoleh dan tersenyum lebar ketika adik kecilnya, Jinwoo, tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Iya, panggilannya abang. Beda sama Mama yang manggil Jinhyuk dengan sebutan kakak. Jinwoo langsung berlari memeluk Jinhyuk yang tengah duduk di windowsill sembari membaca salah satu materi kuliahnya.
Jinhyuk menaruh materinya dan menerima pelukan adiknya. "Jinwoo baru pulang sekolah?"
Jinwoo yang berusia dua belas tahun masih mengenakan seragam sekolahnya. Dan Jinhyuk yakin Jinwoo melemparkan tas ranselnya sembarangan di ruang tamu dan langsung ke kamarnya. Jinwoo jarang sekali bertemu dengan Jinhyuk sebenarnya. Walaupun satu rumah, tapi Jinhyuk selalu pulang malam setiap harinya. Jadi, Jinwoo merindukan kakaknya tersebut.
YOU ARE READING
Portrait of You
FanfictionAwalnya penasaran. Akhirnya malah jadi sayang ***COMPLETED***