Bagian 30

422 78 10
                                    

Kali ini, bukan hanya Jinhyuk yang terkejut. Seungwoo pun.

Sesaat bibirnya mengecup pipi Jinhyuk, tubuh Seungwoo membeku. Seolah menyadari kebodohan besar yang telah dibuatnya. Mengusap pipi itu satu hal, tapi kalau mencium, itu sudah berbeda.

Seungwoo perlahan menarik wajahnya. Ia menatap Jinhyuk yang masih termenung –mungkin terlalu shock karena kecupan tiba-tiba itu. Apalagi mereka baru berkenalan hampir empat bulan, dan baru sedikit akrab dua bulan terakhir. Bagaimana bisa Seungwoo berbuat kebodohan begitu?

Rasanya tenggorokan Seungwoo menjadi kering. Ia sulit bicara. Padahal di kepalanya sudah muncul ratusan kata maaf yang harus dia lafalkan. Tapi melihat ekspresi Jinhyuk dan bahkan telinganya yang memerah, Seungwoo seolah kehilangan kontrol kemampuan bicara.

Ruangan VIP yang luas itu kemudian menjadi sesak karena canggung. Heck, kalau kakinya bisa digerakkan Seungwoo mungkin sudah kabur sejak tadi. Hanya saja, jika ia kabur, Jinhyuk akan menjadi salah paham padanya. Seungwoo tidak mau membuat Jinhyuk salah paham.

Seungwoo membuka mulutnya. Berharap ada satu kata yang terucap. Namun, tidak ada. Tidak kata yang terlontar.

Jinhyuk sendiri mulai memulihkan kesadaran. Ia mengerjapkan mata beberapa kali. Telinganya terasa panas, begitu juga wajahnya. Walaupun Jinhyuk bisa mengontrol ekspresi wajahnya, tapi ia tidak yakin dengan bisa mengontrol telinganya yang pasti sudah memerah.

Byungchan memang beberapa-kali mencium pipinya. Jinhyuk sudah terbiasa dengan afeksi Choi Byungchan. Tapi ini Han Seungwoo?

Satu kekacauan lain karena lo egois, gak jadi masalah kan?

Apa pun reaksi atas keegoisan lo itu, temen-temen lo masih ada buat lo.

Gue masih di sini.

Kata-kata itu.

Kata-kata yang pernah diucapkan oleh Seungwoo satu bulan lalu di apartmentnya, ketika Seungwoo selesai mengobati luka Jinhyuk. Seungwoo mengatakan kalau Jinhyuk bisa bersikap egois. Jika Jinhyuk egois, teman-temannya tidak akan meninggalkannya. Seungwoo akan masih ada untuknya.

Tapi benarkah?

Kemudian mendadak, terdengar suara pintu terbuka kasar. Seungwoo sontak menoleh dan melihat sosok dokter Kang dengan dua suster memasuki kamar VIP dengan wajah penuh kekhawatiran dengan tergesa. Namun, sang dokter dan dua suster itu malah kelihatan bingung.

"Jinhyuk...? Kamu gak papa?" tanya dokter Kang.

Jinhyuk mendesah. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Seungwoo. Tangannya terangkat lalu mengibaskan perlahan. "Gak papa. Dokter Kang keluar ajah."

Seungwoo tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Namun, telinganya menangkap sebuah suara. Terdengar beep beep begitu cepat. Suara mesin EKG. Seungwoo membulat dan melihat mesin EKG itu menunjukkan detak jantung Jinhyuk yang bahkan mencapai 130 denyut per menit.

"Jinhyuk...?" ucap dokter Kang lagi.

Jinhyuk mengangkat kepalanya, menatap dokter Kang dari balik bahu Seungwoo. "Visitnya nanti ajah, ya, dok. Masih dua jam lagi, kan?"

Dokter Kang masih terlihat tidak yakin untuk meninggalkan kamar rawat tersebut. Tapi melihat kondisi Jinhyuk yang tidak kesakitan, sepertinya semua baik-baik saja.

Dokter Kang mengangguk. "Oke. Nanti saya ke sini lagi, ya. Orang tua kamu nitipin kamu ke saya."

Kemudian dokter Kang dan dua suster itu keluar kamar. Meninggalkan kesunyian lagi. Kecuali suara mesin EKG yang perlahan menunjukkan penurunan menjadi 100 denyut per menit. Jinhyuk agaknya mulai tenang. Walaupun ia masih menyembunyikan wajahnya di bahu Seungwoo.

Portrait of YouWhere stories live. Discover now