Jinhyuk menarik tangannya dari telinga Seungwoo.
Pemuda Han itu berkedip beberapa-kali setelah mendengar pertanyaan Jinhyuk. Pernyataan yang aneh menurut Seungwoo. Tapi mungkin, Seungwoo bisa paham kenapa Jinhyuk bertanya seperti itu padanya.
Seungwoo menghela nafas pendek, lalu merapatkan jaket yang dipakai Jinhyuk. "Kenapa nanya begitu?"
"Karena, gak ada orang yang seneng disuruh nunggu lama-lama," ujar Jinhyuk.
Seungwoo menarik tangannya dan memasukkan ke dalam saku mantelnya. Ia menatap Jinhyuk dengan lekat.
"Well, sebenernya gue bukan tipe orang yang sabar kalo nunggu. Setiap janjian, gue tipe yang on-time. Kecuali, kalo emang macet atau ada hal lainnya yang bikin terlambat. Gue masih bisa nunggu asal ada kabar sebelumnya. Tapi kebanyakan, gue cuma betah nunggu kurang dari lima belas menit. Lewat dari itu, gue tinggal," jelas Seungwoo.
Jinhyuk bergumam pelan. Iya juga. Jinhyuk juga tipe on-time yang tidak suka dibuat menunggu terlalu lama. Tapi ia malah sering-kali membuat Seungwoo harus menunggunya cukup lama. Hari ini saja, Seungwoo harus menunggunya selama dua jam lebih.
Selain itu, Jinhyuk juga tidak ada kabar kalau dia akan terlambat.
Tapi berbeda dengan ucapan Seungwoo barusan yang hanya betah menunggu lima belas menit, pemuda itu malah menunggu Jinhyuk begitu lama. Dan Seungwoo masih bisa tersenyum pada Jinhyuk.
"Sorry," ucap Jinhyuk pelan.
Seungwoo mengernyit. "Maaf buat apa?"
"Karena udah bikin lo nunggu lebih dari dua jam."
Seungwoo kemudian tertawa. "Ya ampun, gue pikir apa. Gak papa, Hyuk. Omongan gue tadi jangan dipikirin banget. Batas toleransi gue nunggu emang cuma lima belas menit, tapi gue bisa nunggu lebih lama untuk sesuatu yang gue anggap penting. Jadi, gak usah minta maaf."
"Sesuatu yang lo anggap penting?"
"Hm!" Seungwoo mengangguk cepat. "Contohnya, ngantri beli sneaker. Atau gak nungguin COD figurin tapi sellernya sok sibuk berasa dia yang punya Seoul. Atau gak, nemenin kak Sun beli baju di butik. Well, untuk yang terakhir itu, rada ngebosenin sih. Tapi gak papalah. Kakak sendiri."
"Oh."
Seungwoo mengulas sebuah senyuman. Ia mengeluarkan kedua tangannya dari saku mantel lalu mengambil satu langkah mendekat pada Jinhyuk. Dengan kedua tangannya, Seungwoo menangkup wajah Jinhyuk. Ia mengusap lembut pipi Jinhyuk lalu mencubit gemas.
"Ada lagi sih, yang penting banget sampe gue rela nunggu lama. Ada kali tiga bulan, gue nunggu."
Jinhyuk terdiam mendengarnya. Tadinya ia ingin protes karena pipinya dicubit oleh Seungwoo. Tapi akhirnya, dia hanya membiarkan Seungwoo melakukan apa yang ia ingin lakukan. Mungkin sebagai kompensasi.
Seungwoo kemudian mengusap pipi Jinhyuk lagi. Sedikit meminta maaf karena membuat pipi Jinhyuk terlihat memerah. Ia kemudian menarik tangannya dan kembali memasukkan ke dalam saku mantel. Fokus pandangan Seungwoo tidak pernah lepas dari sosok Jinhyuk di hadapannya kini.
"Sebenernya, tanpa ngasih tau pun, lo pasti sadar. Entah emang lo lagi denial, atau emang lo butuh waktu. Apapun itu, gue gak pernah narik ucapan sebelumnya. Kalau gue gak akan pergi ke mana-mana. Kalau gue masih bisa nunggu.
Sampe lo siap dengan keputusan sendiri."
Oh!
Jinhyuk tidak menjawab.
"Udah mulai gelap," ucap Seungwoo lagi.
Iya, kini langit orange itu perlahan menghilang. Digantikan warna yang lebih gelap dengan menyisakan semburat kemerahan dari sisa matahari yang perlahan tenggelam, menyapa sisi lain dari bumi.
YOU ARE READING
Portrait of You
FanficAwalnya penasaran. Akhirnya malah jadi sayang ***COMPLETED***