Seungwoo membukakan pintu untuk Seungyoun.
"Masih tidur anaknya?" tanya Youn sembari melepaskan sepatu di foyer.
Seungwoo menutup pintu terlebih dahulu. Ia mengangguk dan berjalan menuju ruang tengah. Seungyoun mengikutinya sembari melepaskan mantel.
"Masih. Gue ngecek beberapa kali, masih pules tidurya," ujar Seungwoo sembari duduk.
Seungyoun menaruh jaketnya di lengan sofa kemudian beranjak menuju kamar Seungwoo dulu. Ia perlu melihat Jinhyuk. Dengan sedikit membuka pintu kamar, Seungyoun bisa melihat Jinhyuk masih tidur dengan bergulung selimut tebal. Tapi sebelum menutup pintu, Seungyoun melihat dua benda asing di atas meja belajar Seungwoo.
Sebuah glass-globe dan music box.
Seungyoun berjalan menuju sofa lalu duduk. Ia menatap Seungwoo lekat. Seungwoo sendiri hanya menghela nafas. Wajah sahabatnya itu begitu serius. Seungwoo tak terbiasa melihatnya begitu.
"Udah mastiin gimana perasaan lo ke dia?" tanya Seungyoun.
Seungwoo mengangguk. "Udah."
"Jadi...?"
"Gue serius, Youn. Gue gak mau lepasin dia. Tapi gue juga ngerti kalo gue gak bisa langsung confess ke Jinhyuk soal perasaan gue ini."
"Kenapa gak bisa?"
Seungwoo menyandarkan punggungnya di sofa. Lengannya kanannya menyentuh jaket parka Jinhyuk yang diletakkan begitu saja di sofa. Kemudian jemarinya mengusap lembut parka berwarna hitam tersebut. Seungwoo menatap parka itu dan tersenyum tipis.
Kemudian, Seungwoo menjawab pertanyaan Seungyoun.
"Karena belom tentu Jinhyuk punya perasaan yang sama kayak gue. Dan kalo gue confess, bisa jadi malah bikin hubungan kita malah awkward. Gue gak mau usaha beberapa bulan ini buat jadi temen dia malah sia-sia karena keputusan bodoh gue."
"Tapi lo gak akan tau, kalo lo gak ngomong ke dia, Seungwoo."
Seungwoo mengangguk kecil.
"Paham. Tapi waktunya gak tepat, Youn. Semakin gue kenal Jinhyuk, rasanya tuh gue jadi protektif banget sama dia. Kayak yang pernah lo omongin di studio waktu itu. Gue pengen liat dia senyum terus, pengen dia bisa cerita apa ajah gue tanpa beban. Tapi susah, Youn. Bukan di gue, tapi di Jinhyuk. Sering banget gue liat dia kayak nahan diri untuk gak cerita apa-apa. Padahal dia lagi punya masalah. Tapi gak mau ngerepotin orang lain."
Seungyoun tersenyum tipis mendengar ucapan Seungwoo. "Sekarang lo sadar kan?"
"Alesan protektifnya kalian ke Jinhyuk?"
"Iya. Jinhyuk mikirnya kita protektif karena dia sakit ato karena masalah rumor-rumor gak bener tentang dia. Tapi lebih dari itu, Woo. Orang-orang gak bakal pernah tau kenapa kita bisa protektif banget sama dia tanpa mereka kenal gimana sifat asli Jinhyuk. Makanya pas lo mau kenal dia, gue pikir lo bakal sama kayak orang lain. Lo gak akan paham dengan sifat dan sikap Jinhyuk, lalu pergi gitu ajah. Tapi lo malah akhirnya jatuh hati sama dia."
Seungwoo tersenyum simpul. Jatuh hati, Seungyoun bilang. Seungwoo bahkan belum berani menyatakan kalau dia sudah jatuh hati dengan Jinhyuk. Lalu bagaimana Seungyoun bisa mengambil kesimpulan itu?
"Kalo lo emang masih belum mau confess ke dia, itu pilihan lo. Gue cuma mau ingetin ajah, ada Hangyul sama Yohan di belakang Jinhyuk, Woo. Walaupun lo temen gue dari lama, gue juga gak segan buat nonjok muka ganteng lo itu, oke?"
Seungwoo sendiri hanya bisa merespon dengan cengiran.
*****
Jinhyuk terbangun perlahan. Setelah perenggangan otot, ia bangun dan memeriksa sekeliling kamar Seungwoo. Iya, Jinhyuk masih ingat kalau dia ada di apartment Seungwoo –bahkan numpang tidur siang. Ia meraih ponselnya di meja nakas dan memeriksa waktu. Sepertinya dia tidur cukup lama. Hampir dua jam.
YOU ARE READING
Portrait of You
FanfictionAwalnya penasaran. Akhirnya malah jadi sayang ***COMPLETED***