Jinhyuk menunggu di cafeteria gedung kementerian, sementara Mama yang naik ke lantai delapan, letak kantor Papa. Sebenarnya, Jinhyuk menolak untuk ikut naik dan memilih menunggu di cafeteria. Tapi sepertinya keputusannya sedikit salah. Karena hampir semua pegawai kementerian yang sedang makan siang tengah mencuri pandang ke arahnya.
Jinhyuk menarik nafas lalu melirik dua agen NSA yang menemaninya. Dua agen itu duduk di meja sebelah meja yang ditempati Jinhyuk. Keduanya agen itu terlihat tidak begitu peduli dengan situasi ini.
"Pak, pesan ajah duluan," ucap Jinhyuk.
Dua agen itu menatap Jinhyuk lalu saling melempar pandang. Keduanya lalu menggeleng.
"Kami akan menunggu sampai Pak Wakil Menteri datang."
Jinhyuk mendesah. Terkadang semua agen-agen NSA itu begitu keras kepala. Entah memang sudah protocol dari NSA atau itu memang kepribadian semua agen.
Kemudian, Jinhyuk merasakan ponselnya bergetar. Ada sebuah panggilan masuk. Saat ia melihat peneleponnya, ada nama Seungwoo. Well, sepertinya Seungwoo sudah tahu tentang keisengan kakaknya. Jinhyuk hendak berdiri untuk keluar dari cafeteria untuk menerima panggilan tersebut. Tapi dua agen itu juga ikut berdiri.
Jinhyuk menatap dua agen itu lekat. "Saya cuma mau nerima telepon. Di sini berisik. Gak perlu ikutin saya, ya."
Dan sebelum dua agen itu mencari alasan untuk mengikutinya, Jinhyuk bergegas keluar dari cafeteria. Ia membuka sebuah pintu yang langsung keluar ke taman. Cafeteria di gedung kementerian memang berada di lobby yang letaknya bersebelahan dengan taman gedung.
Jinhyuk lalu menerima panggilan Seungwoo ketika ia sudah berada di taman, dekat sebuah pohon besar. Jinhyuk bisa melihat ada beberapa pegawai yang tengah mengobrol dengan gelas kopi di tangan mereka. Jarak mereka mungkin ada sekitar tiga atau empat meter, tapi secara samar, Jinhyuk masih bisa mendengar obrolan mereka.
"Ya, Woo?"
"Kakak gue gak ngomong yang aneh-aneh selain di chat kan?"
Jinhyuk tertawa kecil. "Engga, Woo. Cuma yang dichat ajah kok. Panikan banget."
"Ya, abisan. Takutnya, ada chat yang dia hapus. Iseng banget deh!"
"Gak ada yang dihapus kok. Lagian kalo dihapus pun, harusnya chat balesan dari gue masih ada. Kecuali, kakak lo hapus semua chat. Termasuk chat yang udah lama. Eh, tapi mungkin history chat kita udah lo hapus," ujar Jinhyuk.
"Engga kok! Gue gak pernah hapus history chat kita. Gak akan gue hapus."
Jinhyuk mengulas senyuman. Ia merapatkan jaketnya dan hendak bicara lagi tapi satu telinganya menangkap percakapan beberapa pegawai kementerian tadi.
"Iya, tadi gue juga liat Nyonya Yoo sama anak adopsinya itu di lobby. Tapi masih gak paham ajah, kenapa harus ngadopsi anak itu."
"Bisa ajah karena emang kasian kan? Dan anak itu gak punya keluarga lain."
"Masa sih gak ada? Keluarga dari ayah atau ibunya gak ada yang mau ngurus apa? Tapi ya kecuali, kalo orang tua anak itu bikin masalah sampe keluarganya gak ada yang mau nampung anak itu. Kan bisa dibawa ke panti."
"Hush! Ngomongnya jahat banget!"
"Cuma realitis ajah. Lagian kan emang gak ada ikatan apa-apa. Dari press statementnya mungkin dibilang kerabat jauh. Tapi apa masih punya ikatan darah?"
"Hmm..."
"Tuh, lo ajah setuju sama gue!"
"Gue cuma bergumam doang. Bukan berarti setuju, bego! Udah, ah! Gue mau makan."
YOU ARE READING
Portrait of You
FanfictionAwalnya penasaran. Akhirnya malah jadi sayang ***COMPLETED***