Seungwoo memperhatikan Jinhyuk yang tengah menyiapkan makan malam untuknya dan Seungyoun. Youn sendiri masih di salah satu kamar tamu untuk membersihkan diri dan ganti pakaian. Seungwoo bisa melakukannya saat ia hendak tidur nanti.
Kini, dia tengah duduk di salah kursi kayu meja counter dapur, memperhatikan Jinhyuk. Pemuda itu sudah menyiapkan dua mangkuk nasi, beberapa piring side-dish dan kini tengah menunggu sup kimchi yang dihangatkan.
Seungwoo memperhatikan mangkuk nasi dihadapannya dengan sepasang sumpit dan sendok. Di sebelahnya sudah tersedia mangkuk nasi untuk Youn. Entah mengapa ini terkesan begitu domestik.
"Lo bisa masak?" tanya Seungwoo memecah keheningan.
Jinhyuk menoleh sejenak. Ia mematikan kompor. "Sedikit. Cuma resep-resep sederhana," ujarnya sembari menuangkan sup itu ke dalam dua mangkuk.
Kemudian Jinhyuk membawa dua mangkuk itu ke counter. Satu untuk Seungwoo, lainnya untuk Youn. "Lo makan duluan ajah. Nungguin Youn bakal lama. Dia mandi kayak putri raja."
"Siapa putri raja?"
Baru diomongin, orangnya lalu muncul. Youn terlihat segar. Rambutnya masih setengah basah tapi dia sudah berganti dengan piyama. Youn duduk di sebelah Seungwoo dan tersenyum melihat makanan yang sudah tersedia.
"Makasih sayangnya Youn."
Jinhyuk mendelik. "Jijik, Youn."
Seungwoo hanya tertawa melihat interaksi keduanya.
"Tapi lo belom bilang siapa putri raja?"
"Jinhyuk ngomongin lo, Youn. Kata dia, lo mandinya lama," tukas Seungwoo seraya mengangkat sendoknya. Ia mencicipi sup kimchi terlebih dahulu.
Youn cemberut. "Sayangnya Youn, jahat banget. Ngeledek Youn kayak putri raja. Padahal kan seharusnya pangeran."
Jinhyuk menghela nafas panjang. Ia ikut duduk berhadapan dengan Seungwoo dan Youn. "Makan ajah deh. Nggak perlu manja-manja gitu. Kecapean di jalan, otak lo jadi geser ya?"
"Kok tau? Youn kecapean nyariin orang yang namanya Lee Jinhyuk. Coba kalo Lee Jinhyuk gampang dihubungin dan gak kabur-kaburan gak jelas. Youn kan gak perlu nyamperin ke Yeosu begini."
Oh, itu sebuah sarkasme. Seungwoo saja sampai berhenti makan saat mendengarnya. Ia melirik Youn yang memulai makan. Seungyoun sepertinya begitu mudah mengatakan itu pada Jinhyuk. Kemudian Seungwoo sedikit berani melirik pada Jinhyuk –untuk melihat bagaimana responnya.
Tapi Jinhyuk terlihat santai saja. Dia masih bisa tersenyum menatap Youn yang lahap menyantap makan malamnya. Seungwoo menghela lega dan melanjutkan makan. Dia pikir Jinhyuk akan merasa tersinggung dengan ucapan sarkas Youn. Hanya, sepertinya ucapan Youn kemarin ada benarnya. Mereka berdua saling mengerti karena mengalami situasi hampir sama. Jadi, Jinhyuk tidak mudah tersinggung.
"Tapi Hyuk, serius deh," ucap Youn lagi, yang kini memandang Jinhyuk lekat. "Kenapa lo tiba-tiba pergi ke Yeosu? Bahkan nyokap lo gak tau. Tante Inna taunya lo pergi ke kampus. Terus kalo lo gak pulang, lo kasih alesan apa?"
Jinhyuk diam untuk beberapa jeda. "Cuma kangen sama bunda. Kalau pun gue ijin sama nyokap, gue gak akan bisa pergi sendiri. Tenang ajah, Youn. Gue bilang sama nyokap gak pulang karena mau ngerjain tugas. Bakal nginep di dorm temen."
"Temen yang mana?! Siapa temen lo yang tinggal di dorm kampus?! Coba sini kenalin ke gue. Sekarang pinter bohong ya, Lee Jinhyuk. Siapa yang ngajarin coba?"
Jinhyuk tertawa ringan. "Kan sering ngeliat orang-orang bohong di depan mata langsung. Masa gak bisa ikut praktekin?"
Jawaban Jinhyuk, sontak menutup mulut Youn. Seungyoun tahu persis apa yang dimaksud oleh Jinhyuk –mengenai orang-orang yang berbohong tepat dihadapannya. Tapi bagaimana bisa Jinhyuk terlihat begitu biasa saja?
Suasanya kemudian menjadi canggung. Seungwoo yang mencoba untuk tidak ikut campur dalam perbincangan keduanya, merasa tidak enak. Karena dia seperti orang ketiga dalam percakapan kasual Jinhyuk dan Seungyoun, Seungwoo yang tidak tahu apa-apa hanya bisa diam dan menghabiskan makanannya.
Seungwoo melirik mangkuk supnya yang hampir habis. Ia menatap Jinhyuk lekat. "Hyuk... Boleh minta supnya lagi?"
*****
Seungwoo menuruni anak tangga perlahan. Lampu ruang tengah sudah dimatikan, digantikan dengan cahaya temaram dari table-lamp. Seungwoo baru selesai mandi dan ia hendak mengambil air di dapur. Selesai makan malam, Seungwoo mengatakan kalau dia ingin pergi mandi.
Alasannya pun selain badannya terasa lengket, ia ingin memberikan waktu agar Jinhyuk dan Seungyoun bisa bicara dengan nyaman. Pembicaraan saat makan malam terasa begitu canggung. Terlebih Seungyoun dan Jinhyuk terlihat sama-sama menahan diri karena ada Seungwoo di antara mereka. Jadi, tidak banyak yang bisa mereka bicarakan karena kehadiran Seungwoo –sebagai orang luar.
Entah berapa lama keduanya bicara, karena kini mereka berdua sudah masuk ke kamar masing-masing. Sudah hampir pukul sebelas malam. Oh ya, Youn dan Seungwoo diberikan kamar terpisah yang ada di lantai dua. Sedangkan Jinhyuk akan tidur di kamar utama di lantai bawah.
Seungwoo hendak berjalan menuju dapur ketika ia siluet Jinhyuk yang baru saja minum obat. Karena Seungwoo bisa melihat shiba-pouch yang digunakan untuk menyimpan obat-obatan milik Jinhyuk di atas meja counter dapur.
"Oh.. Sorry. Gue pikir gak ada orang."
Jinhyuk menatap Seungwoo sekilas lalu menaruh gelas mug ke wastafel. "Kenapa?"
"Mau ambil air," ucap Seungwoo. "Gue pikir lo udah tidur."
Jinhyuk hanya bergumam pelan. Ia lalu membuka lemari pendingin dan mengeluarkan satu botol air dan menaruhnya di atas counter. Seungwoo berjalan lebih dekat untuk mengambil botol tersebut.
"Thanks.."
Jinhyuk mengangguk sembari membuang plastik pembungkus obat ke tempat sampah lalu merapikan pouch-nya. Seungwoo sendiri masih berdiri dengan memegang botol air yang terasa dingin.
"Gue tau lo sakit apa," ucap Seungwoo tiba-tiba.
Jinhyuk hanya menatap Seungwoo lekat, sebelum buka suara. "Dari Youn?"
"Bukan!" seru Seungwoo sembari menggeleng. "Pas lo ilang, gue ikut bantu nyari. Agak sedikit maksa juga sih gue-nya. Terus gue sama Yohan disuruh ketemu sama dr. Kang. Karena masuk department kardioviskular dan ngeliat nama spesialis di luar ruangan dokter itu," jelasnya.
Seungwoo menggenggam erat botol minuman itu. Entah rasanya begitu gugup. Terlebih dengan ekspresi tenang Jinhyuk yang mendengarkan penjelasan Seungwoo.
"Dari itu, gue bisa ambil kesimpulan. Tapi gue gak mau berspekulasi kayak duluan. Akhirnya gue coba tegasin lagi ke Yohan dan nanya soal dokter itu. Jangan marahin Yohan ya, Hyuk. Bukan salah Yohan kok. Yohan gak cerita apa-apa selain dokter lo kok," ujar Seungwoo.
Jinhyuk menghela nafas pendek. Ia membawa pouch itu lalu berjalan menghampiri Seungwoo hingga mereka berhadapan. "Kenapa semua mikir gue bakal marah kalo mereka ngebocorin apa pun tentang gue?"
"Karena mereka ngehormatin privasi lo, Hyuk. Dan lagi itu kan informasi pribadi lo. Kalo lo cerita ke mereka, artinya lo percaya kalo mereka bakal cerita ke siapa pun tanpa ijin lo," tutur Seungwoo. "Cerita tentang lo yang gue tau dari Youn juga gak melewati batas privasi lo. Dan.. gue juga gak bakal ceritain balik ke orang lain."
Jinhyuk memandang Seungwoo diam cukup lama. Kemudian ia sedikit memiringkan kepalanya. Ekspesi Jinhyuk yang fokus menatapnya sedikit membuat Seungwoo salting.
"Kenapa?" tanya Seungwoo pelan.
Jinhyuk kemudian menggeleng. "Udah malem. Tidur sana. Youn paling masih vidcall sama Sejin."
Jinhyuk menepuk bahu Seungwoo sebelum meninggalkannya di dapur untuk kembali ke kamar utama. Namun saat melewatinya, Seungwoo bisa mendengar ucapan pelan Jinhyuk. Ucapan singkat tapi entah malah membuat wajah Seungwoo terasa menghangat.
Malam, Woo.
*****

YOU ARE READING
Portrait of You
FanfictionAwalnya penasaran. Akhirnya malah jadi sayang ***COMPLETED***