Bagian 53

436 71 6
                                    

Seungwoo berfokus pada ponselnya ketika ia membuka pintu kamar rawat Jinhyuk. Setelah menutup rapat pintu, dengan masih terpaku pada layar ponselnya, Seungwoo berjalan masuk kamar.

"Jinhyuk..." Seungwoo mengangkat kepalanya dan bertatap mata dengan Jinhyuk yang tengah bertelanjang dada melepaskan pakaian rumah sakit. Dalam millisecond, Seungwoo langsung berbalik. "Sorry!"

Wajah Seungwoo terasa panas. Namun, di sisi lain Jinhyuk hanya mendengus melihat reaksi Seungwoo. Seperti Seungwoo tidak pernah melihat laki-laki lain bertelanjang dada saja.

"Kenapa sih?" tanya Jinhyuk sembari melepaskan beberapa kancing terakhir.

Seungwoo kembali berbalik dengan ragu. Ia memperhatikan Jinhyuk yang melepaskan pakaian rumah sakitnya. Ia yakin kalau wajahnya masih merah. Dengan menyimpan ponselnya di saku mantel, Seungwoo berjalan mendekati Jinhyuk.

Seungwoo berusaha untuk tidak memperhatikan bagian torso Jinhyuk. Hanya saja, ada bagian yang terus menarik perhatiannya. Sebuah bekas luka di dada Jinhyuk.

Jinhyuk menyadari kalau Seungwoo memperhatikan bekas lukanya. Ia menarik nafas lalu memakai kaus untuk menutupinya. "Bekas operasi pas gue umur sepuluh tahun."

"Oh."

Jinhyuk melirik Seungwoo lalu mendengus. Ia kemudian memakai turtleneck berwarna putih gading. "Kata Youn, gak jadi ke sini."

"Kalo yang lain gak jadi ke sini, terus gue gak boleh ke sini?" ujar Seungwoo.

Jinhyuk mendengus mendengar jawaban dari Seungwoo. Hanya sebuah alasan. Tangan Jinhyuk kemudian sibuk merapikan rambutnya yang berantakan. Itu sedikit membuat tangan Seungwoo gatal. Dengan gerakan spontan, Seungwoo mengulurkan tangannya untuk merapikan bagian belakang rambut Jinhyuk.

"Ya, enggak juga," tukas Jinhyuk yang sedikit berputar jadi menghadap Seungwoo, membiarkan pemuda itu merapikan rambutnya. "Tapi gue udah bilang Seungyoun, kalo hari ini gue pulang. Emang dia gak ngasih tau di grup?"

"Engga. Mungkin lupa, kan dia masih ujian. Semua ujian lo udah selesai?" tanya Seungwoo yang kini merapikan bagian poni yang menutupi kening Jinhyuk. "Lagian kenapa gak masuk lagi ke grup sih? Kan bisa bilang sendiri."

"Nanti, Seungwoo."

Seungwoo mendengus. Ia kemudian menyentil kening Jinhyuk. "Dari kemarin, nanti-nanti terus. Terus ujian gimana? Belum dijawab, heh."

"Udah semua. Pak Kim dari KLE sama Bu Lee dari FE dateng tiga hari kemarin."

Seungwoo mengernyit. "Lo ngerjain ujian dari dua jurusan, sebanyak itu dalam tiga hari? Gak dimarahin dokter?"

"Dimarahin sih. Tapi udahlah. Daripada lama-lama mending sekaligus banyak. Lagian gak enak juga, bikin Pak Kim sama Bu Lee harus dateng ke rumah sakit segala. Padahal gue bisa ajah nemuin professor setelah keluar rumah sakit."

Seungwoo kemudian mencubit kedua pipi Jinhyuk. Membuat pemuda itu meringis pelan lalu menepuk punggung tangan Seungwoo.

"Lepasin ih! Seneng banget nyubit pipi gue."

Seungwoo tertawa kecil. "Abisnya suka bikin kesel. Gembil banget jadi pengen nyubit terus."

Jinhyuk mendengus. Ia kemudian berjalan menuju sofa dan membuka sebuah tas yang berada di sana. Jinhyuk mengeluarkan sebuah mantel coklat dan memakainya. Seungwoo sendiri duduk di ujung ranjang rawat.

"Nyokap yang jemput?"

"Bukan tapi..."

Tak lama pintu kamar terbuka. Seorang gadis berjalan masuk dan sedikit terkejut melihat sosok Seungwoo yang masih anteng duduk di ranjang rawat. Jinhyuk menghembuskan nafas dan sedikit merapikan mantelnya.

Portrait of YouWhere stories live. Discover now