Bagian 64

410 73 6
                                    

Dokter Kang menghela nafas panjang setelah ia membaca hasil pemeriksaan Jinhyuk. Ia menatap pemuda itu dengan lekat. Sebelumnya, dokter Kang meminta Nyonya Yoo untuk pergi ke administrasi untuk mengurus biaya obat Jinhyuk. Hanya sebuah alasan, sebenarnya. Karena dokter Kang tahu Jinhyuk tidak akan bicara jujur jika ada Nyonya Yoo bersama mereka.

Jinhyuk sendiri tidak menghindari tatapan serius sang dokter. Bagaimana pun, Jinhyuk tahu persis kondisi tubuhnya beberapa hari terakhir ini.

"Saya pikir..." ucap dokter Kang. "Kamu bakal lebih nurut. Apalagi setelah kamu mutusin untuk fokus kuliah di satu jurusan. Kenapa lagi sih, Jinhyuk?"

"Gak papa, dokter," jawab Jinhyuk tenang.

"Tapi hasil pemeriksaannya berbeda, Jinhyuk. Kapan terakhir kamu kambuh?"

"Dua hari lalu."

Well, kalaupun Jinhyuk ingin berbohong, itu pun sudah tidak pantas. Jika Jinhyuk paham kondisi tubuhnya, dokter Kang jauh lebih memahami kondisinya sekarang. Dan itu buruk.

"Obatnya gak bekerja?"

Jinhyuk terdiam sejenak. "Obatnya bekerja kok, dok. Hanya butuh satu setengah menit. Tapi mungkin, saya suka telat minum obat dari jadwal."

"Jinhyuk..."

"Saya janji, saya bakal pasang reminder buat minum obatnya."

Dokter Kang tidak ingin beradu argument dengan pasien yang sudah menjalani empat tahun sebagai pasien tetapnya. Jujur saja, dibandingkan dengan hasil pemeriksaan dua tahun sebelumnya, kondisi Jinhyuk menurun drastis sejak awal tahun lalu. Jinhyuk sendiri selalu beralasan dia selalu disibukkan dengan tugas kuliah dan kegiatan lainnya.

Dokter Kang sudah memberikan peringatan keras pada Jinhyuk. Tapi entah, dia dapat sifat keras kepala dari siapa. Pemuda itu selalu mengatakan kalau dia bisa mengatur waktu. Hanya saja, hasil pemeriksaan tiap-kali Jinhyuk check-up mengatakan hal sebaliknya.

Jinhyuk tidak baik-baik saja.

"Jinhyuk, saya tahu kamu gak ingin mempertimbangkannya. Tapi please, untuk sekali ini ajah. Pertimbangkan lagi tentang opsi operasi itu."

Jinhyuk menghela nafas. Sudah sering-kali, ia mendengar dokter Kang menekankan opsi operasi transplantasi jantung padanya. Dan sesering itu juga, Jinhyuk menolak. Memang dengan kondisinya yang sekarang, nama Jinhyuk mungkin akan berada di urusan atas sebagai penerima donor.

Terlebih dengan status Papa sekarang. Tidak akan ada yang menyangkal, jika Jinhyuk mengatakan iya pada opsi operasi itu, maka hanya dalam hitungan minggu sudah akan ada nama pendonor yang cocok untuknya.

"Dokter udah tahu kan alasan saya untuk gak milih opsi itu. Jadi tolong, jangan minta saya untuk mikir ulang. Saya janji buat jaga diri baik-baik. Akhir-akhir ini, memang sedikit stress. Tapi saya masih bisa atasi kok."

Dokter Kang menghembuskan nafas frustasi. Benar-benar keras kepala. Tapi jika Jinhyuk sudah memutuskan begitu, ia sama sekali tidak bisa memaksa. Tidak sesuai dengan kode etiknya. Beliau kemudian membuka dokumen lainnya.

Tidak ingin meneruskan argument tanpa akhir ini.

"Saya udah dapet medical record kamu dari rumah sakit di Yeosu. Sedikit sulit karena data lama. Dari medical record lama kamu, ada beberapa obat yang kamu konsumsi. Dan sepertinya...."

*****

Jinhyuk tersenyum ketika ia melihat sosok Mama yang diikuti oleh beberapa agen NSA kembali dengan membawa kantung obat. Jinhyuk sendiri memilih menunggu di deret kursi tunggu di luar ruangan dokter Kang. Jinhyuk menyimpan ponselnya lalu berdiri menyambut Mama.

Portrait of YouWhere stories live. Discover now