Bagian 20

424 74 20
                                    

Selepas makan malam, seisi panti kembali ke lapangan yang sudah diubah layaknya blanket fort –bukan terbuat dari selimut betulan, hanya sebuah tenda besar yang didekor dengan selimut-selimut tebal, beberapa plushie dan tumblr-lamp. Entah bagaimana anggota klub Sejin bisa membuat itu selagi anak-anak makan malam. Seungwoo juga melihat sebuah teleskop besar yang sudah disetting di tengah lapangan.

Teleskop milik Jinhyuk.

Dan sepertinya anak-anak panti terlihat begitu antusias. Mereka mengelilingi teleskop itu. Byungchan dan satu teman Sejin yang bertugas mengatur dan mengajari anak-anak itu menggunakan teleskop. Mereka mengatur urutan dan lainnya bisa menemani anak-anak sembari menunggu di dalam tenda besar tersebut.

Seungwoo sendiri hanya duduk di satu anak tangga –tempat ia istirahat tadi sore setelah bermain.

"Sendirian ajah.." gumam Jinhyuk yang tiba-tiba langsung duduk di sebelah Seungwoo.

Seungwoo menoleh dan mengernyit. Saat ini, Jinhyuk memakai sweater dan selimut yang disampirkan pada bahunya. "Jadinya nurut?"

"Daripada gak dibolehin sama Wooseok. Mending nurut," ucap Jinhyuk.

Ah... tadi saat makan malam, Seungwoo sempat dengar ancaman Wooseok pada Jinhyuk. Jinhyuk ingin ikut melihat bintang dengan anak-anak, tapi suhu malam turun begitu drastis. Mungkin karena sudah masuk musim gugur. Jadi, Wooseok mengatakan kalau Jinhyuk harus memakai jaket tebal jika ingin berada di luar. Tapi pemuda itu cukup nakal dan hanya memakai sweater dan membawa selimut tambahan.

Seungwoo hanya bisa menggeleng lalu kembali fokus pada anak-anak. Ada lima orang yang tengah berbaris menunggu giliran untuk menggunakan teleskop, sisanya berada di dalam tenda, bergulung dalam selimut sembari mendengarkan dongeng yang dibacakan oleh Sejin.

Seungwoo melirik teleskop milik Jinhyuk. "Lo suka astronomi ya?"

"Engga juga," ujar Jinhyuk. "Cuma seneng liat bintang ajah. Dulu waktu masih di Yeosu hampir setiap malam, duduk di balkon sembari ngeliatin bintang sebelum tidur. Sama bunda. Tapi sejak pindah ke Seoul, ngeliat bintang jadi susah."

"Terus dibeliin teleskop sama bokap?" tebak Seungwoo.

Jinhyuk tertawa kecil. "Sorry, kali ini tebakan lo salah. Gue beli sendiri. Ngumpulin dari uang saku yang dikasih selama sekolah. Kira-kira dua belas tahun gue nabung. Teleskop itu pertama-kali dipake pas mau stargazing di semester dua lalu. Yang gagal itu, tapi abis itu jarang kepake."

Seungwoo mengernyit.

Jinhyuk menoleh pada Seungwoo dan tersenyum. "Kenapa? Kaget ya, kalo gue beli teleskop pake uang tabungan sendiri?"

Sontak Seungwoo mengangguk. "Gue pikir, lo bisa beli apa ajah yang lo mau."

"Bisa ajah sih. Tapi gue menahan diri. Sejak gue tinggal sama bokap, gue gak pernah minta hal yang aneh-aneh. Kalo pun dibeliin sesuatu sama bokap atau nyokap, ya gue terima. Tapi cuma dipake sesekali ajah. Dijaga baik-baik."

"Termasuk sneakers inceran gue itu? Lo beli sendiri apa dibeliin?"

"Ahh... Itu bukan gue yang beli. Youn yang kasih. Sebagai hadiah ulang tahun."

"Seungyoun?!! Tapi dia bilang...!! Wah, parah!! Jadi, itu alesan dia cuma ketawa-ketawa gak jelas pas gue ngomel-ngomel karena gak dapet sneakers. Waah...!!"

Oh, kini Seungwoo tahu arti tatapan meledek Seungyoun saat ia marah-marah karena tidak mendapatkan sneakers itu. Jinhyuk sendiri hanya tertawa melihat reaksi Seungwoo. Ia kemudian merapatkan selimutnya, bahkan menariknya hingga menutupi kepala. Seungwoo yang tadinya marah-marah, hanya terdiam melihat Jinhyuk yang terlihat begitu manis dibalik balutan selimut putih.

Portrait of YouWhere stories live. Discover now