Bagian 10

499 83 3
                                    

Seungwoo membukakan pintu apartmentnya untuk Seungyoun dan Sejin. Sepasang kekasih itu juga terlihat sama khawatirnya seperti Wooseok. Setelah melepaskan sepatunya di foyer, mereka bertiga berjalan melewati hallway menuju ruang tengah. Beruntung Seungsik belum kembali.

Wooseok yang melihat Sejin langsung memeluknya erat. Seungwoo bisa melihat kalau Wooseok begitu ketakutan saat ia melihat kondisi Jinhyuk di toilet. Walaupun penasaran, Seungwoo tidak bisa bertanya pada Wooseok ataupun Yohan karena situasi.

Seungyoun menatap Seungwoo. "Woo? Jinhyuk di mana?"

"Kamar gue," ujar Seungwoo.

Seungyoun mengangguk lalu pergi ke kamar Seungwoo. Sang pemilik kamar menghampiri Sejin dan menepuk punggungnya pelan. "Jin? Ajak Wooseok buat duduk. Lo juga baru dateng."

Sejin mengangguk. Ia melepaskan pelukan Wooseok dan membawanya duduk di sofa. Tapi ketika mereka duduk di sofa, Wooseok kembali memeluk Sejin. Seungwoo melirik Yohan yang hanya berdiri di beranda. Ia menghampirinya.

"Yohan, lo mau pesen sesuatu buat makan siang?" tanya Seungwoo.

Yohan menoleh. Kedua tangannya masih memegangi railing beranda. "Kak Seungwoo emang mau makan? Pesen duluan ajah." Ia melirik pada kakaknya yang memeluk Sejin. "Kalo buat aku sama Kak Seok nanti ajah."

Seungwoo menghela nafas pendek. Dia juga tidak memaksa sebenarnya. Seungwoo lalu menepuk bahu Yohan dan beranjak menuju kamarnya. Di kamar, Seungwoo melihat Seungyoun duduk di pinggir tempat tidur sembari memperhatikan Jinhyuk yang masih tidur.

Setelah minum obat, Jinhyuk langsung tertidur di bahu Seungwoo. Mereka bahkan masih di toilet. Sampai Seungwoo yang harus menggendongnya ke mobil Wooseok. Yohan bilang, Jinhyuk harus istirahat setelah minum obat. Jadi, Seungwoo mengusulkan agar mereka ke apartmentnya.

Awalnya Wooseok menolak dan ingin membawa Jinhyuk pulang ke rumahnya. Tapi Seungwoo berargumen, dengan kondisi Wooseok yang masih gemetaran, ia tidak akan bisa menyetir. Yohan juga belum lulus ujian mengemudi. Jadi, Wooseok menyerah.

"Youn..." ucap Seungwoo berjalan masuk dan menutup pintu kamarnya. "Jinhyuk sakit apa?"

Kali ini, Seungwoo tidak memikirkan persetujuan dari Jinhyuk. Ia sudah melihat cukup banyak mengenai pemuda itu. Mengenai keluarganya. Pekerjaan part-time. Dan kini sakit yang dialami oleh Jinhyuk.

Seungyoun menatap Seungwoo lekat. "Lo tanya Jinhyuk langsung ajah, Woo."

"Tapi dia gak bakal jawab, Youn."

"Yaudah. Itu jawaban yang lo dapet."

Seungwoo menarik nafas. Dia berusaha untuk tetap sabar. Bagaimana pun Jinhyuk baru stabil. Kalau Seungwoo harus bertengkar dengan Seungyoun di saat Jinhyuk masih tidur, itu juga tidak baik. Seungwoo memijat pelipis keningnya.

"Tanyain Yohan sama Wooseok gih. Mau makan apa? Kayaknya mereka tadi mau pergi makan siang," Seungwoo mengubah pembicaraan.

Youn menggumam pelan. Ia mengusak rambut Jinhyuk lalu berdiri. Youn menatap Seungwoo dan menepuk bahunya sebelum beranjak meninggalkan kamar. Tinggal Seungwoo yang memandangi Jinhyuk tidur di tempat tidurnya. Sekilas, ia melirik jaket denim dan tas ransel milik Jinhyuk di ujung tempat tidur.

Seungwoo lalu berjongkok tepat dekat wajah Jinhyuk. "Lo udah bikin semua temen lo khawatir. Termasuk gue. Tapi gue bahkan gak dibolehin tau tentang penyakit lo. Apa karena kita bukan temen? Lo bahkan udah tidur di tempat tidur gue."

*****

Jinhyuk terbangun perlahan. Ia mengerjapkan mata beberapa-kali dan menyadari kalau itu bukanlah kamarnya. Bahkan baunya terasa berbeda. Jinhyuk menghembuskan nafas dan menutup matanya dengan lengan. Jinhyuk ingat tentang kejadian di toilet FH tadi. Bagaimana Seungwoo memergokinya ketika kondisinya begitu buruk. Ekspresi Wooseok dan Yohan yang sangat khawatir. Tangan Wooseok yang gemetaran. Nafanya yang tercekat. Dadanya yang terasa begitu nyeri. Semua sensasi itu masih terasa nyata dalam benaknya.

Portrait of YouWhere stories live. Discover now