Jinhyuk baru saja memarkirkan mobilnya, ketika ia menyadari ada dua mobil di garasi –selain mobil Papa. Langit sudah gelap tapi Jinhyuk pulang tepat sebelum jam makan malam. Karena mengantarkan Yohan dulu, Jinhyuk jadi harus terjebak macet. Namun, paling tidak Jinhyuk sudah bicara pada Yohan mengenai dua opsinya.
Yohan tidak banyak mengatakan pendapatnya. Tapi tidak berbeda jauh dengan pendapat kakaknya, Yohan sendiri hanya ingin kalau Jinhyuk lebih mementingkan kesehatannya. Well, untuk saat ini, Jinhyuk mungkin akan memutuskan cuti.
Tapi masih banyak factor bisa mengubah keputusannya kelak.
Jinhyuk menutup pintu mobil lalu berjalan menuju pintu samping garasi yang langsung terhubung ke area dapur. Jinhyuk melepaskan sepatunya dan menyimpannya di rak sebelum memasuki area dapur di mana Mama sedang menyiapkan makan malam.
"Aku pulang.." ucap Jinhyuk.
Mama menoleh, lalu menghampiri Jinhyuk yang menutup pintu. "Katanya mau pulang cepat."
"Maaf, Ma. Tadi kena macet. Tapi.. siapa yang datang?" tanya Jinhyuk.
Mama mengernyit. "Om sama Tante kamu. Ada Chaeyeon juga. Hasilnya sudah keluar. Chaeyeon diterima di SNU."
"Ahh.. Selamat," tutur Jinhyuk.
"Ucapin ke Chaeyeon langsung, ya, sayang," tukas Mama. "Tapi cepat cuci tanganmu dulu, setelah itu langsung ke meja makan, okay?"
Jinhyuk mengangguk.
*****
Makan malam kali ini begitu menyesakkan bagi Jinhyuk.
Sedari awal, Lee Jinwook, adik dari Papa terus saja membanggakan putri semata wayangnya, Chaeyeon. Karena dari hasil ujian masuk universitas, nilai Chaeyeon masuk 5% paling tinggi secara nasional. Dari cara bicaranya, Om Jinwook terkesan begitu merendah.
Tapi Jinhyuk tidak buta.
Entah, apa Papa dan Mama juga menyadarinya. Tapi karena sepanjang percakapan di meja makan, Papa dan Mama juga memuji Chaeyeon, menanggapi ucapan Om Jinwook dan ikut merasa bangga.
Atau mungkin, itu memang hanya Jinhyuk sendiri yang merasa berbeda.
Selepas makan malam, Jinhyuk yang menawarkan diri untuk mencuci piring. Rasanya, dia tidak sanggup jika harus duduk di ruang keluarga dan kembali mendengarkan ucapan Om Jinwook. Dia lebih baik bersembunyi di dapur lalu kembali ke kamarnya dengan alasan mengerjakan tugas.
"Sayang..."
Jinhyuk menoleh pada Mama yang telah menyiapkan beberapa cangkir teh. "Ya, Ma?"
"Kamu yakin bisa sendiri?"
Jinhyuk mengangguk. "Ngga papa. Aku bisa kok. Mama temenin Tante Sora ajah. Kasian masa harus dengerin obrolan bapak-bapak."
"Kamu tuh, ya. Oh ya, ada kotak buah potong di lemari pendingin. Itu buat Jinwoo. Yang kotak paling besar buat kamu."
Jinhyuk tersenyum dan kembali mengangguk. Kemudian Mama meninggalkan dapur dengan membawa nampan berisi cangkir-cangkir teh tersebut. Setelah makan malam, Jinwoo langsung pamit ke kamarnya untuk mengerjakan tugas. Dia harus melakukan panggilan video dengan salah satu temannya, karena tugas kelompok. Chaeyeon sendiri ikut berbincang di ruang keluarga.
Jinhyuk menghela nafas pendek lalu kembali pada pekerjaannya.
Di rumah besar itu, memang ada beberapa pengurus rumah. Tapi biasanya, jika urusan makan malam keluarga, Mama yang selalu mengurusnya sendiri. Mulai dari memasak, merapikan meja makan hingga membersihkannya. Terkadang, Jinhyuk, Papa dan Mama suka bergantian gilir untuk cuci piring.
YOU ARE READING
Portrait of You
أدب الهواةAwalnya penasaran. Akhirnya malah jadi sayang ***COMPLETED***