Rose POV
Aku terbangun dengan tangan lisa yang melingkar di pinggangku, jika di lihat-lihat wajah nya sekarang lebih sering terlihat lelah, tugas nya pasti sangat melelahkan.
"CHIPMUNK." Teriakan si kucing dari luar kamar sungguh menganggu.
"IYA.." balas ku, mau teriak sekeras apa juga lisa tak akan bangun. Ku lepas tangan nya dari pinggangku perlahan sebelum akhirnya aku beranjak ku kecup singkat kening nya lalu berlalu menuju dapur.
"Maaf." Jennie hanya menyengir setelah ku tatap dengan wajah datar andalanku, siapa yang tak kesal jika di paksa bangun seperti tadi.
"Tidak akan."
"Baiklah." Dia menyunggingkan senyumnya tahu jika aku bergurau.
"Kamu akan ke rumah sakit?" Tanya ku duduk di meja makan, melihatnya berinteraksi dengan alat-alat dapur mengingatkan ku akan jiwa ilmuan kami dulu yang membuat bereksperimen dengan berbagai bahan makanan tentu dengan jisoo unnie dan lisa yang menjadi kelinci percobaan nya.
"Tentu nya, liburan kemarin cukup menumpukkan pekerjaan." Dia sedikit mencicipi apa yang di masak nya.
"Jika jam istirahat datanglah ke kafe, kan dekat dengan rumah sakit." Ku tuangkan susu dari kotak karton nya yang di letakan jennie di meja untuk kami bertiga.
"Iya aku pasti kesana, sekalian perlahan merebut hyun dari irene unnie." Ia meletakkan beberapa pancake di piring saji.
"Wah sudah ambil ancang-ancang rupanya, jangan jadi perebut milik orang jika memang berjodoh dia pasti jadi milik mu." Ucap ku meneguk susu.
"Tenang saja aku tak seperti itu, aku hanya akan memberi perhatian lebih padanya seperti apa yang kita bahas waktu itu." Jennie sudah duduk berhadapan dengan ku.
"Dia berhak mendapatkan itu dari kita." Ya hyun berhak mendapatkan perhatian khusus dari kami berdua sebagai ganti kakak nya yang telah kami rebut.
"Banyak hal tentang hyun yang aku ketahui dari jihyo, ternyata usia hoon sama dengan kita, hyun sangat menyayangi kakak nya, hyun suka sekali dengan susu tapi sayang dia punya alergi pada susu, hyun suka sekali alat musik biola katanya dia ingin jadi seperti mendiang ibu nya." Ku lihat sahabat ku ini sangat antusias bercerita tentang bocah kesayangan kami. "Lalu hyun itu ternyata punya tubuh yang sangat lemah, tak kuat berolahraga dan mudah terluka."
"Hmm, ya hyun memang sangat lemah bahkan aku ingat saat dia dan yeri bercanda hingga ada insiden yeri mencubitnya keesokan harinya ada lebam yang sangat besar di lengan nya, aku syok melihat nya sampai aku menelepon lisa dan berpikir bahwa hyun berkelahi di sekolah, ternyata bukan." Sedikit tawa ku di akhir mengingat kejadian itu, adik kesayangan.
"Hmm, kata jihyo juga hyun tak pernah kuat berolahraga tapi hyun suka.."
"Berenang." Ucap kami bersamaan.
"Kalian sedang apa? Bermain tebak kata?" Ku berbalik melihat jisoo unnie baru saja masuk.
"Begitulah unnie, mau makan?" Tawar jennie.
"No, aku mau lanjut tidur." Jisoo unnie berjalan gontai menuju kamar nya
"Memang unnie dari mana?" Tanya ku membuatnya berhenti sejenak.
"Dari dorm jihyo."
"Wuuu.." seru kami berdua.
"Banyak kemajuan." Ucap jennie menggoda. "Tak sia-sia aku memberinya info tentang unnie."
"Kamu menjual unnie mu?"
"Iya kenapa? Marah?" Kini jennie mengejek jisoo unnie. "Kapan unnie akan menikahinya?" cibir jennie, aku yakin karena insiden dimana dia melihat jisoo unnie tanpa pakaian dengan nona idol itu, dia menceritakannya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blind
FanfictionKamu adalah Hyun, Gadis buta yang merubah hidup semua orang di sekitar mu. Nikmatilah perjalanan cintamu disini