70. Gelap.

68 6 1
                                    

Saham milik Mano company tiba-tiba menurun membuat Daddy manoban berpikir keras hari ini, berbagai situasi ia perkirakan namun tak satupun menjadi alasan pasti kenapa itu bisa terjadi.

Pria tua ini memijat keningnya pusing berpikir, sampai putri semata wayangnya datang.

Lisa tersenyum menyapa Daddy. "Sibuk dad?"

"Sangat." Pria tua itu menghela nafas.

"Selalu." Di susul dengan tawa pelan.

Daddy tersenyum, ia segera menghampiri putrinya. "Bukankah ini terlalu pagi untuk petugas kepolisian berjalan-jalan?" Canda nya.

Lisa menghela nafas lalu tersenyum dan menatap Daddy nya. "Aku sudah selesai bermain polisi-polisian."

"Selesai?" Daddy meyakinkan pendengaran nya.

Lisa mengangguk. "Ya dad. Semua selesai."

"Apa maksudmu nak?" Daddy tentu tak paham dengan maksud lisa.

Tiba-tiba setetes air mata lisa jatuh membasahi pipinya. "it's over." Lisa mengusap air matanya. "Aku berhenti dari kepolisian, dad."

"Bag.." Daddy tentu terkejut, ia segera memeluk putri semata wayangnya itu.

Daddy tahu itu pasti sangat menyakitkan bagi lisa, perjuangan yang selama ini lisa lakukan hilang begitu saja.

Lisa menangis sejadi-jadinya dalam pelukan daddy. Berhenti dari kepolisian bisa membuat lisa begitu hancur.

.

.

.

Nyonya gong tersenyum melihat berita saham hari ini, ingin rasanya ia berpesta sekarang juga bahkan jika perlu ia akan mengadakan pesta yang sangat besar sampai-sampai uang milik nya habis.

Nyonya gong tertawa. "Tapi uang ku tak akan pernah habis.." nyaring.

"Nyonya." Bawahan setia nya menyadarkan si nyonya besar ini. "Ini laporan dari pengacara Park." Ia menyerahkan berkas ke meja nyonya gong.

Nyonya gong menerima dan membaca nya, kini tawa nya semakin keras karena sebuah tanda tangan dengan nama kang seulgi di bawahnya.

"Kau tahu.." nyonya gong memberikan dokumen itu pada bawahannya. "Darah itu begitu kental.." senyumnya begitu cerah. Nyonya gong bangkit dari singgasana nya berjalan menuju jendela besar yang menampilkan pemandangan kota besar di luar sana. "Hyun sejak kecil memang persis dengan ku, apa pun ia lakukan untuk kepuasan nya."

.

.

.

Jihyo menghela nafas berulang kali, ia bahkan tak fokus latihan, pikiran kini bercabang.

"Unnie.." tegur tzuyu menepuk bahu jihyo. "Semangat lah." Si kecil ini terkadang mengerti situasi.

"Hmm.." jihyo ingin sekali bersemangat namun sungguh kali ini ia benar-benar dilema.

Nayeon sebagai yang tertua pun sadar akan leader mereka ini, segala sesuatu memang bisa jihyo hadapi namun kali ini sulit dan nayeon sedikit tahu jika si leader tengah banyak pikiran.

Nayeon duduk di sebelah jihyo. "Mau berbagi cerita?" Tanya nya memberikan sebotol air.

"Unnie.." raut wajah jihyo memang tak bisa membohongi.

Baru saja ingin memeluk nayeon dan mencurahkan semua isi hatinya tiba-tiba suara nyaring menyapa dari pintu masuk.

"Hay semua." Si bocah nakal datang tersenyum lebar.

Love BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang