45. Gelap

81 9 0
                                    

Rose tak fokus mengajar karena dua orang yang duduk paling belakang pada kelasnya, lisa dan hyun berpura-pura memperhatikan apa yang tengah rose jelaskan namun sesekali mereka bercanda lalu pura-pura memperhatikan lagi saat rose menjelaskan materi kuliah hari itu.

"Oke nona yang berponi di belakang sana bisa jelaskan bagaimana cara bernyanyi dengan suara bariton?" Rose sengaja menunjuk lisa.

Hyun menyenggol lengan lisa yang kebingungan harus menjawab apa, salahnya tak mau diam atau sekedar benar-benar berpura-pura tengah memahami materi.

"Hmm miss.. ah" lisa kebingungan.

"Mungkin yang berkacamata hitam di sebelahnya bisa membantu." Pinta rose menunjuk hyun.

"Haruskah unnie?" Ucap hyun lupa dengan situasi saat ini, lisa membekap mulut hyun.

"Miss, hyun, bukan unnie, kita tengah di kelasnya mengajar." Bisik lisa.

"Ah maafkan aku miss, tentu akan ku tunjukan bagaimana itu." Hyun bersiap.

"Memang kamu bisa menyanyi?" Bisik lisa sedikit menunduk karena semua mahasiswa tengah melihat ke arah mereka berdua.

"Adik Park Chae young tentu bisa." Sombong hyun.

Ucapan hyun barusan di dengar oleh mahasiswa di depan nya lalu berbisik dengan mahasiswa lain, hingga menyebar ke seluruh mahasiswa di kelas itu.

"Ada adik miss Park dalam kelas ini." Itulah yang di ucapkan salah seorang mahasiswa di depan Rose yang melihat bergantian antara hyun dan rose sambil menutup mulut tak percaya.

Salahku mengajak mereka kedalam kelas ku, harusnya ku biarkan mereka di ruangan ku saja.-batin rose.

.

.

.

Jisoo berhasil melakukan operasi pengangkatan kapak yang bersarang di punggung preman termuda itu, untuk pulih mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama tapi jika saja pemimpin preman itu telat beberapa jam saja mungkin pemuda ini sudah diambang kematian.

Jennie memandang ngeri kapak yang kini berlumuran darah itu.

"Kenapa benda tajam ini bisa menjadi alat perang?" Jennie berjalan keluar dari ruang operasi.

"Untuk bertahan hidup sunbae." Jawab yena di sebelah jennie tengah melepaskan atribut operasi nya.

"Tapi masih ada jalan lain untuk bertahan hidup kan?" Jennie melirik yena ikut melepas atribut nya.

"Tapi tak semua orang bisa dan tahu caranya sunbae." Yena memasukkan kedua tangannya dalam saku celana berjalan beriringan dengan jennie.

"Kamu benar yena, jika di perhatikan kamu lebih dewasa dari yang terlihat." Puji jennie sungguh ia kagum dengan jalan pikir yena sejauh ini.

"Ceh, sunbae sedang mengejek ku?" Yena sepertinya salah paham. "Apa wajah ku ini tak mencerminkan kedewasaan ku?" Tunjuknya pada diri sendiri.

"Sebelumnya?" Yena mengangguk. "Tidak karena kamu, minho oppa dan mini oppa selalu berebut makanan jadi ya begitulah." Jennie menggedikkan bahunya.

"Wah sunbae." Yena tercengang dengan penuturan jennie. "Jangan lupa unnie sunbae juga tak jauh berbeda dengan kami, hampir bisa di bilang hanya sunbae dan yuri saja yang di anggap waras dalam team kita." Yena mengerucutkan bibirnya.

"Lucu." Jennie tersenyum memuji yena.

.

.

.

Love BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang