59. Gelap

84 9 8
                                    

Jennie perlahan membuka mata, matanya menangkap sosok yang ia kenal tepat di depan mukanya.

"Jisoo unnie.." lenguhnya memanggil nama jisoo.

"Jisoo unnie?" Hyun melongo mendengar jennie menyebut jisoo padahal di depan nya itu hyun.

"Hyun?" Tentu jennie tak menduga jika dia akan tertidur dengan hyun seperti sekarang, ini di rumah sakit jika di kamar mereka tak masalah.

"Hyun? Ais, ck." Hyun menyingkirkan lengan nya dari kepala jennie, ia tak terima sikap jennie itu. "Jika tak mau tidur dengan ku ya sudah." Hyun acuh, ia berbalik tak ingin berhadapan dengan jennie.

"Ehm." Jisoo berdeham, ia melipat kedua tangannya. "Sudah sadar pembuatan onar?"

Hyun meruntuki dirinya sendiri yang terbangun, harusnya ia tetap tidur.

.

.

.

Hyun berlutut di atas ranjang mengangkat kedua tangan menunduk tak berani menghadapi kelima kakak nya, termasuk alice.

"Sudah bosan hidup?" Ucap jisoo santai, ia tak mau gegabah seperti sebelumnya, ia harus tahu apa yang menjadi dasar tindakan hyun.

Hyun tak berani menunjukkan mukanya didepan mereka, ia tahu apa yang ia lakukan salah dan sangat berbahaya.

"Kamu tahu, unnie dari Australia mencari penerbangan apa pun yang segera menuju korea demi melihat keadaanmu? Unnie bahkan tak ikut rapat penting." Keluh alice berkacak pinggang.

Hyun semakin tak berani mengangkat mukanya, alice sangat khawatir dengan nya.

Tok

Tok

Tok

Pintu di ketuk dari luar, seseorang dibaliknya menunggu orang di dalam mempersilahkan ia masuk.

"Masuk." Rose mempersilahkan.

Wendy membuka pintu lalu melangkah masuk, sesekali ia membungkuk menyapa para kakak hyun.

"Oh wendy, sudah baikan?" Sapa rose, Wendy mengangguk pelan tersenyum pada rose.

Wendy diam bingung melihat apa yang tengah hyun lakukan padahal kan ia tengah di rawat.

"Duduklah disana dulu, kami sedang melakukan sidang." Ucap lisa juga tersenyum pada wendy.

"Harusnya dia juga disidang." Gerutu hyun.

"Kamu mengatakan sesuatu hyun-i?" Tegur jisoo, jelas-jelas mereka bisa mendengar apa yang hyun ucapkan. Hyun menggeleng pelan.

Diam-diam jennie tersenyum lucu melihat hyun saat ini, astaga jennie benar-benar menyukainya.

"Jelaskan apa dasar dari tindakan yang hampir merenggut nyawa mu itu?" Pinta jisoo.

"Apa menurutmu tindakan yang kamu lakukan itu benar hyun-i." Rose melipat kedua tangannya. "Bukannya mencegah teman mu justru kamu membuat nya terjun dari sana." Cerca rose. "Unnie mengijinkan mu datang kesana untuk mencegah teman mu hyun-i."

Wendy menelan ludah dengan susah, ini merupakan suasana yang menegangkan, ia tak harusnya datang untuk menjenguk hyun.

"Maaf." Ucapan itu saja yang keluar dari mulut hyun. Hyun bersalah.

"Hanya maaf?" Rose marah.

"Chaeng.." alice hendak menarik rose agar tak emosi.

"No." Rose berkilah tak ingin di sentuh kakak nya itu. "Aku berhak memarahi adik ku ini, bagaimana bisa dengan entengnya ia melakukan hal berbahaya seperti itu?" Rose menunjuk hyun. "Teman mu memang penting tapi nyawa mu juga penting.."

Love BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang