Keputusan yang alice ambil sangat lah tepat di saat yang tepat, ia mendengarkan dengan seksama apa saja yang hyun sampaikan hingga ia paham maksud dari..
Aku tak ingin siapapun tahu..
Benar atau salah keputusan yang hyun ambil ia harus mendukungnya, itu yang terpenting.
"Tinggal satu orang lagi." Hyun duduk di kursi roda.
Mereka berdua tengah berada di lobby rumah sakit dimana banyak orang berlalu-lalang.
"Dia telinga imo."
"Dari mana kamu tahu semua itu?"
"Pendengaran ku sangat baik unnie dan juga.." ia mengetuk-ngetuk sisi kursi rodanya. "Ahjushi jahat membantu."
"Ahjushi jahat?"
"Teman lama.." hyun tersenyum cerah. "Unnie pasti tahu dia." Hyun lalu menggunakan dagu nya untuk menunjuk pada seorang dokter muda.
"Dia?" Hyun pun mengangguk. "Oke biar dia jadi urusan ku."
"Yang pasti aku sudah menceritakan semua pada unnie."
.
.
.
Jennie tak melihat hyun maupun alice dalam kamar jadi ia mencoba menghubungi alice mencari keberadaan mereka, baru saja keluar kamar ia melihat melihat hyun di depan pintu hendak membuka pintu.
"Darimana saja?" Jennie memicingkan matanya curiga.
"Hanya jalan-jalan, aku bosan di kamar."
"Sendiri?"
"Dengan alice unnie.." hyun memalingkan wajahnya. "Tadi."
Jennie pun berjongkok di depan hyun. "Lalu kenapa kembali sendirian?" Ia menatap tajam.
"Kabur, hehe." Hyun menyengir.
"Dasar nakal." Jennie mengacak rambut hyun. "Ayo masuk, aku bawa makanan untuk mu." Jennie pun mendorong kursi roda hyun.
Sampai di dalam hyun pun berusaha bangun jennie membantunya, hyun merangkul jennie yang lebih pendek darinya sebagai penopang.
"Sayang.." panggil hyun, jennie pun menoleh melihat hyun. "Miss you."
"I miss you too, lebih dari yang kamu tahu." Jennie membawa hyun menuju sofa.
"Seperti?" Hyun mendudukkan dirinya.
"Ini." Jennie mengecup bibir hyun.
"Hanya segitu? Itu bahkan tak lebih dari yang aku tahu." Cibir hyun.
"Kamu masih sakit." Jennie mencubit gemas hidung hyun.
"Yang sakit perutku bukan bibir ku." Hyun sedang mode manja, ia cemberut.
"Lalu kamu mau seperti apa?" Jennie berbalik memunggungi hyun, ia membuka kotak makanan yang ia bawa.
Greb.
Hyun melingkarkan tangannya di perut jennie menariknya duduk di pangkuan, jennie pun terperanjat kaget menoleh kearah hyun, ia berusaha bangun namun hyun menahan nya. Dengan tangan satunya hyun menahan wajah jennie agar tetap menghadap nya, perlahan hyun memajukan wajahnya.
Pergulatan kecil pun terjadi, jennie tak akan menolak justru ia senang bocah nakal nya ini selalu mendominasi seperti biasa, namun tiba-tiba lumatan kali ini terasa lebih dalam membuat jennie menggenggam erat tangan hyun di perut nya.
Jennie tak bisa mengontrol dirinya, hormon sebagai wanita dewasa mulai memenuhinya, ia melepas pangutan mereka lalu berbalik kembali mencium hyun lebih dalam dan si bocah mendukung itu dengan menarik jennie merapat dengan tubuhnya, perlahan ciuman jennie turun ke leher hyun hingga meninggalkan sebuah jejak kemerahan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blind
FanfictionKamu adalah Hyun, Gadis buta yang merubah hidup semua orang di sekitar mu. Nikmatilah perjalanan cintamu disini