Hyun baru bangun mengusap matanya masih mengantuk, ia terduduk di ranjang mengumpulkan nyawanya. Hyun bangkit dari ranjang berjalan sempoyongan ke kamar mandi.
Jisoo masih terlelap di sana, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Jennie tengah membuat sarapan untuk mereka semua, ia memotong beberapa sayuran. Ia terlihat menawan walau dengan celemek.
Hyun sudah mengenakan seragam sekolahnya, ia berjalan keluar kamar dengan sempoyongan lalu mendaratkan diri di sofa.
"Aku tak mau sekolah." Pekik nya.
Jennie melihat nya menggelengkan kepala karena tingkah hyun di pagi hari. 15 menit kemudian jisoo keluar karena aroma masakan yang di buat oleh jennie.
"Jendeuk kau masak apa?"
"Bulgogi, unnie. Tolong bangun kan hyun, dia bisa terlambat sekolah."
"Ah ya." Jisoo berjalan menuju sofa lalu menduduki hyun yang tertidur tengkurap di sana. "Bangun, sekolah, aku tak membiayai mu untuk malas-malasan." Ucap jisoo.
"Aku tak mau sekolah hoon unnie." Ucap hyun masih terkantuk-kantuk. Ucapan hyun sukses membuat jisoo sadar total, ia bangkit langsung menatap hyun.
Jisoo menatap hyun ragu dengan apa yang baru di katakan hyun, merasa di tatap aneh oleh jisoo hyun pun bangun lalu mencubit gemas kedua pipi jisoo.
"Aku menyayangimu jisoo unnie." Ucap hyun melepas cubitannya lalu berjalan menuju dapur.
"Yak anak nakal." Teriak jisoo.
"Kau yang mengajarkan ku bad jokes." Balas teriakan hyun. "Hmm sepertinya enak jennie-si." Hyun tersenyum di meja makan menghirup aroma makanan yang di buat jennie.
"Menyesal aku mengajari mu." Jisoo berjalan menuju dapur dengan mengusap pipinya yang di cubit hyun. "Hyun jika ada yang mengganggu pikiran mu katakan pada unnie, paham?"
"Memang ada gitu yang bisa menganggu ku? Justru aku sedang senang sekarang." Ucap hyun menghadap ke arah jennie.
"Hyun, unnie sedang serius."
"Aku juga, unnie tak lihat? Hmm kalah dengan ku yang tak bisa melihat." Hyun membuka kedua tangannya dengan sombong.
"Yak hentikan bad jokes mu."
"Hahaha." Jennie tertawa melihat jisoo yang tengah kesal.
"Akhirnya kau bisa tertawa jennie-si, jangan terbebani oleh ku dan hoon unnie, kembali lah tata hidup kalian seperti dulu." Hyun mulai menyantap makanan yang di hidangkan jennie. "Jisoo unnie berbaikan lah dengan appa, berbicaralah baik-baik dengan appa, banyak hal yang appa lakukan untuk ku tanpa sepengetahuan mu." Hyun kembali menyuap makanan ke mulutnya. "Jennie-si, cobalah bercerita pada jisoo unnie apa yang kau lalui tanpa dia disisimu, dia tak akan pernah membenci adiknya."
"Hyun-i kenapa kau tiba-tiba berbicara seperti itu?"
"Jangan pernah merasa bersalah akan diriku dan keluarga ku yang telah tiada, karena kenyataan nya ini bukan kesalahan mu jennie-si. Donor yang kamu dan rosie unnie terima atas persetujuan ku tak ada pemaksaan, jadi jisoo unnie tak perlu lagi membenci appa." Hyun meletakkan sendok sumpitnya selesai makan.
"Hyun-i lihat unnie." Jisoo memaksa hyun menghadap dirinya "apa yang merasuki mu sampai kau berkata seperti itu? Apa appa?"
"Sudah ku kata kan aku tak di paksa sama sekali, sudah seharusnya keluarga kalian utuh, jennie sudah kembali dan sudah seharusnya aku juga kembali ketempat ku."
"Tidak, kau tak boleh kemana-mana. Kau juga adik ku."
"Tidak, aku hanya adik karena rasa bersalah kalian pada nasib yang menimpa ku melibatkan keluarga kalian, bagaimana jika keluarga kalian tak terlibat? Akan kah unnie tetap menjadikan ku adik unnie? Tentu tidak, jadi berhentilah. Dan jangan pernah menyalahkan appa mau pun jennie, mereka juga korban."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blind
FanfictionKamu adalah Hyun, Gadis buta yang merubah hidup semua orang di sekitar mu. Nikmatilah perjalanan cintamu disini