Liam masih menyetir mobilnya, sedangkan Harley sedang tidur didalam mobil karena kelelahan. Liam melirik Harley dan menatap wajah Harley yang sangat mulus tanpa ada bekas luka. Tak sadar Liam mengelus pipi Harley dengan lembut.
'lembut' ujar Liam. Tak lama kemudian mereka sampai dirumah lama Harley. Liam lalu menepuk pipi Harley untuk membangun kan nya.
"Hei bangun Hanna. Sudah sampai" Harley lalu mengucek matanya dan dia sudah sampai dirumah lamanya. Liam lalu turun dari mobilnya dan mengambil tas ransel Harley. Dia lalu menyusul keluar dari mobil Liam. Harley menatap luar rumah lamanya.
"Masih sama" ujar Harley. Pria itu lalu membuka pintu rumahnya dan menyuruh Harley masuk. Harley melangkahkan kakinya dan melihat seisi rumah itu.
"Sama" ujar Harley kembali. Tak lama kemudian Harley teringat orangtuanya tertembak didepan tangga rumahnya. Dia menyentuh lantai yang menjadi saksi bisu kematian orangtuanya. Membayangkan betapa takutnya melihat orangtuanya mati bergeninang darah. Air mata Harley turun dan dia mulai menangisi.
"Mama,papa hiks" Liam menghampiri Harley yang berlutut didepan tangga rumahnya dan segera memeluknya.
"Sudah Hanna, itu sudah kejadian masa lalu. Kau sudah membunuh penjahat itu bukan?" Harley mengangguk pelan.
"Tapi membunuh mereka tidak bisa mengembalikan mama papaku begitu juga adikku yang berada didalam kandungan mama" isak Harley didada Liam. Pria itu lalu mengendong Harley yang sedang menangis menuju kamar paling atas. Liam membuka pintu kamar itu dan menaruh Harley diatas kasur single bed nya.
"Istirahatlah Hanna,kau tampak lelah" ucap Liam. Harley mengangguk pelan dan Liam keluar dari kamarnya. Harley melihat sekeliling kamarnya dan benar saja ini kamar lama Harley. Dia melihat seisi ruangan itu dan kamar itu selalu bersih tidak ada yang merubahnya. Dia menatap foto yang ada dimeja kecilnya dan ada wajah orangtuanya beserta dirinya waktu dia merayakan ulangtahun nya yang berusia 4 tahun. Harley menaruh foto itu tadi dan mengambil tas ranselnya dan dia keluarkan isinya. Kebanyakan isinya ada 10 senjata api laras pendek besera 1 kotak peluru,beberapa pak uang dolar yang totalnya semua $95.000 dolar dan sedikit baju. Dia mengambil kotak beludru biru dan membukanya. Itu kalung yang diberikan Livia sebelum dia tewas.
'kamu bawa ya sayang, ini pelindungmu' Harley mengingat perkataan ibunya yang terakhir kalinya. Dia lalu memakai kalung itu dilehernya. Lalu Harley menuju cermin besar yang ada dikamarnya dan menatap dirinya yang sangat mirip dengan ibunya walau yang membedakan warna matanya. Harley menguncir rambutnya menjadi dua dan mengambil gunting yang ada dimeja kamarnya. Dia menatap kedua rambutnya yang berbeda warna dan langsung memotongnya rambut panjangnya menjadi pendek yang menyisakan sedikit warna merah dan biru dirambutnya, Harley memotong rambutnya menjadi sebahu dan memegang rambutnya sambil mengusap air matanya yang turun dengan sendirinya.
"Tok..tok.."
"Hanna, kau perlu bantuan?" Tanya Liam diluar kamar Harley. Dia lalu membuka pintunya dan Liam terkejut melihat rambut Harley menjadi pendek.
"Kau apakan rambutmu?" Tanya Liam sambil memegang rambut Harley. Wanita itu memberi kartu ATM nya pada Liam.
"Aku memotongnya. Liam bisakah kau mengambil tabunganku di atm in? Aku tidak bisa keluar karena aku harus mengawasi rumah ini. Ambilah semua yang ada dikartu ini" Harley menyerahkan atmnya pada Liam. Pria itu melihat kalung yang ada dileher Harley.
"Itu kalung kesayangan aunty bukan?" Tanya Liam. Harley mengangguk.
"Cepat lah, aku sedang sibuk. PINnya tanggal ulang tahunku. Aku harap kau masih ingat dengan ulangtahun ku" ujar Harley.
"Apa 251200?" Tanya Liam. Harley mengangguk.
"Cepat lah aku sibuk" ucap Harley dan menutup pintu kamarnya. Liam tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Dia lalu pergi ke ATM didekat rumahnya. Didalam kamar Harley membuka laptopnya dan melacak keberadaan anak buah Eddy dengan GPS. Bersyukur mereka belum menemukan Harley karena Harley berada dirumah lamanya.
"Aku harus mandi" dia lalu melangkah kakinya kekamar mandi pribadinya dan dia mandi dibawah guyuran air dingi. Setelah mandi dia memakai kaus oversize dan celana kain. Dia menatap bungkusan burger yang belum dia sentuh. Akhirnya dia memakannya dengan lahap.
Sementara di mansion
Eddy Quinn memukul Noah dengan tongkat emasnya sampai Noah babak belur.
"Apa yang kau bilang dengan Harley Quinn Noah? Kenapa anak itu tau tentang masa laluku dengan Livia?" Tanya Eddy sambil mencengkram kerah baju Noah. Pria itu memegang tangan Eddy yang mencengkram kerah bajunya dan membuka suaranya.
"Aku tidak tahu tuan. Nona mengetahui dari seseorang tuan. Aku tidak tahu siapa orang itu..." Eddy melepaskan cengkraman nya dan mengambil senjata revolver nya dan menodongkan ke arah Noah.
"Kau tahu Noah. Walau Livia tidak bisa menjadi milikku, tapi anaknya bisa menjadi milikku" Eddy seringai menatap Noah. Pria itu bangkit dari lantai dan mengarahkan senjata Eddy kearah jantungnya.
"Bunuh aku tuan, jika itu lebih baik" ucap Noah. Eddy menurunkan senjatanya dan menuju meja ruang tamu dan mengambil winenya. Dia menyuruh Noah untuk duduk.
"Kau tahu, aku tidak ingin membunuh tangan kananku yang sudah bersamaku selama bertahun-tahun. Aku hanya ingin bertanya padamu apa yang ditanya Harley sampai dia tahu masa lalu ibunya dengan diriku?" Eddy lalu menatap Noah yang duduk didepannya. Noah menghembuskan nafasnya.
"Dia menanyakan kenapa orangtua nyonya Livia tewas dan kenapa nyonya Livia bisa masuk rumah sakit karena depresi. Lalu saya menceritakannya dengan nona muda dan dia membanting meja halaman belakang dan kabur entah kemana. Saat saya mengatakan sejujurnya tentang anda dan nona muda dia kabur dan pergi" jawab Noah menunduk. Eddy lalu menghampiri Noah dan berdiri didepannya sambil menyerahkan senjatanya.
"Bawa kendaraan ku, kita akan berjalan-jalan" Eddy lalu pergi meninggalkan Noah diruangan tamu dan Noah mengusap wajahnya gusar. Hampir saja dia ditembak oleh tuannya. Dia menatap punggung Eddy yang menaiki tangga mansionnya.
"Kau sangat mencintai Livia tuan, dan sekarang kau menyayangi anak dari Livia. Anda terlalu obsesi pada wanita itu sampai dia tewas" ujar Noah sambil membawa kunci mobil tuannya.
Eddy berada dikamarnya untuk mengganti pakaiannya yang menurut nya sudah lengket dengan keringatnya. Dia mengganti bajunya dan melihat luka tembak yang Harley lakukan. Eddy tersenyum seringgai didepan cermin besarnya dan membuka cermin itu. Didalamnya terdapat foto-foto Livia yang masih remaja hingga dewasa. Dia mengambil salah satu foto itu dan menciumnya.
"Anakmu memang mirip denganmu sayang. Aku berjanji akan menyayangi nya dan menjelaskan apa yang terjadi dengan kita dimasa lalu" Eddy menaruh foto itu dan menutupnya didalam cermin. Dia lalu keluar dari kamarnya dan menaiki mobil bersama Noah.
"Kita ke makam Livia. Aku ingin berkunjung malam ini" ucapnya pada Noah. Dan mereka pergi ke makam Livia.
Sementara itu Liam...
Liam masih sibuk mengambil uang di ATM Harley. Sungguh lelah dia mengeluarkan uang sebanyak itu,Untung saja dia sengaja membawa ransel besarnya untuk menampung uang yang banyak itu.
"Anak ini bekerja apa sampai memiliki uang sebanyak ini?" Liam lalu selesai mengambil uang dan lalu pulang.
"Besok saja aku ambil lagi, ini sudah terlalu banyak" Liam bergegas pulang kerumahnya.
Harley masih sibuk dengan laptopnya untuk melihat keadaan sekitar di drone nya dan handphonenya berbunyi, ternyata itu Sarah yang sedang menelfon. Harley lalu mengangkatnya.
"Hi Sarah" ucap Harley.
"Hi Hanna, kau berada dimana choco girl? Kami berdua sangat merindukan mu" jawab Sarah ditelpon. Harley menghembuskan nafasnya dan dia ingin jujur pada kedua temannya.
"Sarah, kau masih temanku bukan?" Tanya Harley. Sarah kebingungan dan memposisikan badannya untuk duduk dikasurnya.
"Apa maksudmu Hanna? Kita selalu menjadi temanmu. Ada apa sebenarnya?" Tanya Sarah.
"Besok siangbisakah kalian ke McDonald yang dekat kampus itu? Aku ingin jujur dengan kalian" Harley mematikan handphonenya. Sarah lalu menatap handphone kebingungan.
'ada apa dengan anak ini?'
KAMU SEDANG MEMBACA
like Harley Quinn ( End )
Actionapa kalian tau jika anak polos di didik dengan orang benar akan menjadi manusia normal? begitu kebalikannya. Hanna, seorang perempuan yang di didik dengan seorang pemimpin mafia Eddy Quinn dan diangkat menjadi anak dan dilatih menjadi mesin pembunu...