please

76 0 0
                                    

Keesokan harinya

Eddy dan Noah  bergegas keluar dari pesawat pribadi Eddy menuju mobil Eddy yang sudah ditunggu oleh anak buahnya. Eddy memasuki mobilnya dan disusul oleh Noah.

"Kita bergegas mencari keberadaan Martinez sekarang juga. Kita akan menyerang tanpa ampun" gertak Eddy didalam mobilnya. Noah berusaha menenangkan tuannya itu.

"Tuan, lebih baik kita kemansion terlebih dahulu. Kebetulan Ray sudah diperbolehkan pulang dan sekarang dia sudah di mansion untuk menjelaskan apa yang terjadi" Eddy meremas tongkat emasnya geram dan dia menghembuskan nafasnya.

"Baiklah, kita dengar kan apa yang sebenarnya terjadi. Kemungkinan Ray membawa teman-teman Harley itu dan tahu keberadaan putriku" Noah menganggukan kepalanya sopan dan mereka pergi menuju mansion Eddy.

Seattle

Harley menatap kaki kanannya yang sudah diberi gips karena kaki kanannya patah saat dia loncat dari mobil Ray. Kondisi badannya sudah stabil karena efek obat pelumpuh itu hanya bertahan selama 8 jam. Harley meniup poni depan nya dengan kesal.

"Huftt aku harus melakukan sesuatu" ucap Harley melihat sekeliling nya. Benar-benar tidak ada jendela atau celah apapun kamar ini, begitu juga dengan kamar mandi yang kemarin. Harley menolehkan kepalanya dan melihat kedua tangannya yang masih dirantai, hanya saja kakinya yang tidak diikat.

"Arghh lama-lama aku bisa gila disini. Ini lebih parah dari rumah sakit jiwa atau penjara bawah tanah" geram Harley menggoyangkan kedua tangannya kesal. Tak lama kemudian Evan memasuki kamar Harley dan membawa sepiring roti panggang beserta susu coklat panas.

" Selamat pagi Quinn. Tidurmu nyenyak?" Tanya Evan menaruh sarapan itu dimeja. Harley melirik Evan dengan datar.
"Bisakah kau membunuhku saja? Aku tak mengerti tujuanmu ini. Menyiksa ku dengan toy sex dan memberiku obat pelumpuh? Jika kau ingin menyakitiku lebih baik tembak aku dijantungku" kesal Harley menbuang wajah nya. Evan terkekeh mendengar permintaan Harley dan mengelus kaki Harley yang di gips itu.

"Hahaha tidak semudah itu Quinn, aku hanya mempermainkan mu sebelum membunuhmu. Ikuti saja permainan ku ini dan kau akan terbebas" balas Evan memotong roti itu dan mendekati bibir Harley.
"Makanlah sedikit Harley, aku tahu sup kemarin tidak membuat perutmu kenyang" paksa Evan menyuapi Harley. Harley melirik potongan roti itu didepannya.

"Apa kau memberikan obat perangsang dimakanan dan minuman itu?" Tanya Harley curiga. Evan terkekeh mendengarnya dan memasukan roti itu di dalam mulutnya dan meneguk sedikit susu coklat. 
"See... Aku baik-baik saja" jawab Evan mengunyah roti itu. Dengan terpaksa Harley membuka mulutnya dan Evan memberikan roti panggang itu sampai habis. Evan memberikan segelas susu coklat kebibir Harley dan Harley meneguknya sampai tak tersisa. Evan menatap mata biru Harley yang sedang melihat sekeliling kamarnya.

'cantik' umpat Evan dalam hati. Harley melirik Evan yang terus menatap dirinya.
"Hey, apa kau lihat-lihat hah?" Bentak Harley menendang pinggang Evan sampai jatuh. Evan bangkit dari lantai dan menaiki tubuh Harley dan menamparnya.

'plakk'
"Jangan membuatku emosi nona Quinn. Aku tahu kau sangat ahli melarikan diri tetapi tidak disini" Harley menahan perih dipipinya itu dan melihat Evan mengambil cambuk diatas meja. Harley menutup matanya dengan erat. Dia tahu apa yang akan terjadi.

'ctarr'
Evan mencambuknya badan Harley dengan kerasnya. Harley menutup matanya dan mengigit bibir bawahnya untuk menahan rasa perih ditubuhnya.

"Da...sar sadisme" umpat Harley melirik Evan. Dia membuang cambuknya sembarangan arah dan mengambil sesuatu dilaci mejanya. Evan menaiki kasurnya dan merobek baju yang dikenakan oleh Harley. Sontak Harley membulatkan matanya.

"Apa yang kau lakukan hah?" Bentak Harley melihat Evan mengambil kain basah dan baju kering untuk Harley.
"Diam lah! Aku sedang membersihkan bekas cambuk ku" balas Evan mengelap seluruh badan Harley dengan kain basah. Lalu dia memberikan obat salep pada bekas cambukan Harley yang sudah memerah.
"Ssttt perih" rengek Harley menahan perih di dadanya dan tangan kakinya. Evan memakaikan baju one piece kuning tanpa lengan dari kaki Harley dan mengangkat paha kiri Harley  lalu diciumnya dengan lembut. Harley bergidik geli dan menggerakkan kakinya.

"Kau gila?" Umpat Harley melihat Evan mencium pahanya. Dia melepaskan paha Harley dan menutup bawah Harley.
"Aku tidak ingin melakukannya walau kau membuatku bergairah setiap kali melihatmu kesakitan" Evan turun dari kasurnya dan pergi meninggalkan Harley dikamarnya. Harley mengerutkan dahinya seakan tak mengerti tujuan pria itu.

' sebenarnya ada apa dengan pria itu?' tanya Harley didalam hatinya. Dia berbaringkan badannya dan melihat langit-langit kamar itu. Air mata Harley turun sendirinya.
'hiks.. ayah... badanku perih sekali ayah, kedua tanganku dirantai sampai sakit tidak bisa digerakkan hiks.. . Pria itu gila' isak Harley sambil terbentang dikasur nya.

Eddy yang sudah sampai dimansion tiba-tiba dia terjatuh dari mobilnya sambil memegang dadanya. Noah segera menolongnya.

"Tuan besar, kau kenapa?" Tanya Noah membantu Eddy berdiri.
'entah perasaan ku tidak enak. ada apa dengan anakku?' Eddy menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa Noah. Aku merasa Harley sedang kesakitan" balas Eddy memasuki mansionnya dan menuju ruang senjata Harley.  Diruang senjata dia melihat Ray yang tangannya diberi gips bersama teman-teman Harley yang sibuk dengan peralatan elektronik, dan ada Liam. Eddy menghampiri Ray yang duduk disofa sambil melihat peta.

"Ray jelaskan apa yang terjadi sampai pria ini berani memasuki mansion ku?" Tanya Eddy menatap Liam dingin. Ray beranjak dari sofa dan mendekati Liam untuk melindunginya.

"Tuan, nona telah dibawa oleh anak buah Martinez dan membiusnya. Aku berusaha menolongnya tetapi aku tidak sadarkan diri sampai Allan dan Slava menemukanku dan membawaku kerumah sakit" jelas Ray melindungi Liam dibelakangnya.
"Dan Liam ingin membantu mencari Harley tuan. Tolong izinkan dia mencari Harley hidup-hidup" pinta Ray memohon. Eddy melirik Liam yang sedang menunduk menyuruhnya menghampiri Eddy.

"Kau.. kesini!" Suruh Eddy pada Liam menghampiri nya. Eddy melihat Liam yang menunduk hormat.
"Kau mau membantu mencari Harley dalam keadaan hidup?" Tanya Eddy pada Liam. Liam menaikkan kepalanya dan menatap Eddy dengan tegas.

"Aku bersedia tuan" jawab Liam tegas. Eddy menatap Liam datar dan menepuk bahu kiri Liam dan mengatakan sesuatu yang tak terduga.
"Jika kau menemukan nya dalam keadaan sehat dan hidup, aku akan merestui hubungan kalian" balas Eddy sampai seluruh orang diruang tamu itu terkejut mendengarnya, begitu juga Ray dan Liam.

"Benarkah itu tuan?" Tanya Liam seakan tak percaya apa yang didengarnya. Eddy tersenyum kecil dan memberikan tongkat emasnya pada Noah.
"Aku tahu anakku masih menyukai mu anak muda. Tapi dia berusaha menyembunyikan perasaannya dihadapanku karena takut. Jadi aku ingin melihat bukti seberapa cintanya kau pada putriku"balas Eddy duduk dikursi sofa besar itu. Liam mengangguk kepalanya dengan mantap.

"Aku akan berusaha menemukan nya" ucap Liam tegas. Eddy tersenyum menyilang kan kakinya. Dia melirik Slava yang masih berkutik dilaptopnya.

"Apa yang kau dapat Slava?" Tanya Eddy pada Slava yang membuka headphone nya dan  memasang pengeras suara.
"Anda akan kecewa dengan ini" dia menyalakan tombol play dilaptopnya dan mendengarkan suara Harley. Dia sengaja membuat anting Harley dengan pelacak dan penangkap suara.

"hiks.. ayah... badanku perih sekali ayah, kedua tanganku dirantai sampai sakit tidak bisa digerakkan hiks.. . Pria itu gila" Eddy mendengar suara Harley yang kesakitan. Dia meremas ujung sofa itu dan membanting sofa yang dia duduki.

'brakk'
"Sialan! Dia apakan anakku !" Geram Eddy  sampai Belle Domain dan Suri teriak ketakutan. Noah dan Alfredo berusaha menenangkan Eddy.
"Tuan, sabar tuan. Kita sudah tahu keberadaan Harley. Dia berada di Seattle dan sekarang kita butuh rencana yang tepat untuk menyelamatkan nya" ucap Alfredo menenangkan emosi Eddy. Dia menghembuskan nafasnya kasar.

"Seattle? Bukannya itu tempat yang dibenci oleh Harley?" Tanya Eddy melirik Alfredo. Ray menganggukan kepalanya dan menyuruh Eddy duduk.
"Benar tuanku, dari anting pelacak nona bahwa Evan membawa Harley kesana. Entah tujuannya membawa nona kesana" jawab Ray menjelaskan pada Eddy. Eddy melirik Ray sebagai tangan kanan Harley.

"Jelaskan rencanamu apa nak?" Tanya Eddy sambil tersenyum seringai.

like Harley Quinn ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang